Rasulullah Resah Melihat Awan atau Angin, Mengapa?

Rasulullah Resah Melihat Awan atau Angin, Mengapa?



Dalam beberapa pekan terakhir, negeri kita dilanda bencana bertubi-tubi. Belum habis duka saat longsor memakan korban 93 orang di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada 12 Desember lalu.

Kini, duka itu kian bertambah saat pesawat Air Asia QZ8501 menghilang. Ada 155 orang di pesawat yang belum jelas nasibnya. Pencarian pun dilakukan dengan kekuatan penuh. Negara-negara sahabat ikut berembuk mencari lokasi di mana pesawat nahas itu berada.   


Dalam berinteraksi dengan bencana, Islam mengajarkan penganutnya untuk bersabar dan mengambil pelajaran atas kejadian tersebut. Tidak ada suatu kejadian di dunia terjadi secara kebetulan. Semua atas izin Allah dan menyimpan banyak hikmah. Semakin orang memahami hikmah di balik kejadian itu, ia akan semakin lapang hati menerimanya.

“Allah Menganugerahkan hikmah kepada siapa yang ia kehendaki. Dan barang siapa dianugerahi hikmah itu, ia benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan, hanya orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.” (QS al-Baqarah [2]: 269)

Kesadaran kepada kekuasaan Allah merupakan pelajaran terpenting dari bencana alam. Semesta dan isinya tunduk kepada perintah Allah. Manusia, jin, hewan, gunung, air, bumi, dan semua ciptaanya berada dalam genggaman-Nya.

Bila Allah berkehendak, tidak ada yang dapat mencegah gunung yang kokoh itu meletus, air yang turun dari langit kemudian mengalir membentuk banjir, dan tanah tiba-tiba longsor memakan korban. Capaian Kecerdasan manusia dengan segala peralatan super canggih tak mampu untuk membendung kuasa Allah.

Orang beriman melihat bencana dari segi metafisika, yaitu keinginan tersirat Sang Pencipta di belakang bencana. Sikap yang patut diambil orang mukmin terhadap bencana alam yang menimpa saudara kita, yakni rasa takut bencana-bencana itu akan menimpa kita. Sebagaimana bencana melanda daerah mereka, kawasan kita juga sangat mungkin untuk ditimpa.

Dari Sayyidina Aisyah Ra bercerita bahwa Wajah Rasulullah  SAW berubah ketika melihat awan atau angin. Maka Sayyidina Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, saya melihat manusia gembira ketika melihat awan karena mereka mengharap turunnya hujan dan saya tampak wajah engkau resah melihatnya.”

Kemudian Rasulullah berkata, “Wahai Aisyah, apa yang membuat saya aman bahwa dalam awan/ angin itu tidak ada azab? Telah disiksa suatu kaum dengan angin dan  kaum lain ketika melihat awan-azab berkata, ‘Awan ini datang untuk memberi hujan kepada kita’.” (HR Abu Daud)

Kedua, mencegah kemungkaran. Sebagian orang terkadang mementingkan kesalehan pribadinya. Ia tidak tergerak untuk mencegah kemungkaran yang tersebar di sekelilingnya. Kemungkaran yang dibiarkan bisa menyebabkan turunnya siksa dari Allah.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya manusia apabila melihat kezaliman dan tidak berusaha untuk mencegahnya maka dihawatirkan Allah akan meratakan azabnya.” (HR Abu Daud). Berikutnya, bertobat dari segala dosa. Karena tobat dapat menolak bencana. Allah berfirman “Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah pula akan menghukum mereka, sedangkan mereka masih memohon ampunan.” (QS al-Anfal [8]: 33). 



Oleh: Imam Sadli
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/14/12/30/nhdshj-rasulullah-resah-melihat-awan-atau-angin-mengapa

 http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2014/12/rasulullah-resah-melihat-awan-atau.html

CARA BERJALAN RASULULLAH SAW



Meneladani Cara Berjalan Rasulullah saw

Bila kita perhatikan dengan seksama, cara berjalan Rasulullah saw itu tidak lepas dari akhlaknya. Ini yang perlu ditiru dan dipraktekkan oleh kaum muslimin. Berjalan adalah hal yang paling mudah dilakukan jika kita termasuk manusia yang beruntung mendapatkan sepasang kaki yang normal dari Allah SWT. Sayangnya, tidak banyak diantara kita yang tahu bagaimana cara berjalan yang baik. Ingin tahu bagaimana cara Rasulullah SAW tercinta berjalan. Simaklah hal-hal berikut ini:
  1. Langkah kaki beliau mantap
  2. Postur tubuh beliau ketika melangkah tegap dan kuat seperti orang yang berjalan menuruni perbukitan
  3. Beliau mengangkat kakinya ketika berjalan, tidak diseret.
  4. Walaupun tegap dan kuat, gerakan beliau tetap terkesan santun dan tidak sombong
  5. Cara berjalan beliau melambangkan langkah orang yang memiliki tekad tinggi, visioner dan gagah berani

Ibnu Sa'ad meriwayatkan dari Yazid bin Murtsad, "Rasulullah saw cepat ketika berjalan (seperti terburu-buru), sehingga orang yang berada di belakangnya mempercepat jalannya (sampai terkadang), ia tidak bisa menyusul Rasulullah saw."

Al Hakim meriwayatkan dari Jabir, bahwa Rasulullah ketika berjalan tidak (banyak menoleh). Abu Dawud dan Al-Hakim meriwayatkan dari Anas bahwa, Rasulullah ketika berjalan menunduk, seakan-akan terbebani (punggungnya). Sedangkan Al-Thabrani meriwayatkan dari Abi Unbah, bahwa Rasulullah ketika berjalan sendirian menjauhkan diri.

Abu Hurairah dan Al-Hakim meriwayatkan dari Anas, "Ketika Rasulullah saw berjalan, maka para sahabat berjalan di depannya, karena Rasulullah saw di belakang berjalan dengan malaikat."

Disebutkan dalam kitab Maulid Al Barzanji, Rasulullah sering berjalan di belakang para sahabatnya karena beliau pernah berpesan, "Kosongkanlah tempat di belakangku untuk malaikat Ruhaniyah." Rasulullah juga tampak condong ketika berjalan, seakan-akan seperti jalan turun dari tempat yang tinggi.

Kalau diperhatikan dari keterangan beberapa hadis tersebut, menunjukkan bahwa Rasulullah saw ketika berjalan tidak menoleh, berjalan cepat, selalu menundukkan pandangannya ke bawah, dan memilih jalan yang sepi bila berjalan sendirian. Ketika beliau bersama-sama dengan para sahabatnya, beliau lebih senang berjalan di belakang.

Ini semua membuktikan tentang kerendahan hati Rasulullah saw yang tidak ingin disanjung dan dipuja secara berlebihan. Beda dengan para pembesar Romawi dan Persia, ketika mereka berjalan maka para pengikut dan bawahannya selalu berada di belakangnya. Jik ada yang sampai berani mendahului jalan para pembesar itu, maka pasti akan mendapat hukuman. Karena perbuatannya itu dianggap melecehkan dan tidak menghormati pembesar negara yang sedang berjalan.

Rupanya, gaya jalan para pembesar Romawi dan Persia ini sekarang banyak diikuti oleh para pembesar negara di seluruh dunia. Melihat gaya jalannya saja, tampak sekali kalau mereka ingin disanjung, dimuliakan, dan dihormati. Perbuatan semacam ini sangat jauh dengan keagungan kepribadian Rasulullah saw yang lebih mengutamakan ketawadhu'an dengan merendahkan diri serta tidak gila hormat.

 Referensi:
  1. Sahabat Anas Radhiallahuanhu, menceritakan : “Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam orangnya berpostur sedang, tidak tinggi ataupun pendek, fisiknya bagus. Warna kulitnya kecoklatan. Rambutnya tidak keriting, juga tidak lurus. Apabila berjalan, beliau berjalan dengan tegak (Hadist Shahih asy-syamail no 2)
  2. Sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiallahuanhu, juga memberikan gambaran tidak berbeda: “Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam orangya tidak tinggi juga tidak pendek (sekali..) Jika melangkah, beliau berjalan dengan tegak layaknya orang yang sedang menapaki jalan menurun. Aku belum pernah melihat orang seperti beliau sebelum atau setelahnya. (Hadist shahih, Mukhtashar asy-Syamail no 4
  3. lihat Ibnul Qayyim dalam Zadul ma’ad 1/167
  4. Imam as-SuyuthiRadhiallahu anhu mengatakan :’Perlu diketahui, tuntutan agama tidaklah seperti it. yang tepat ialah tata cara yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dan para sahabat, dilanjutkan oleh generasi Slafus Shalih. Sungguh, penghulu generasi terdahulu dan generasi belakangan (Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam) jika berjalan, mereka berjalan dengan tegap seolah-olah berjalan dari arah ketinggian” (Al amru bi lit-Tiba’a hlm 193).
  5. http://dianbilqis.multiply.com/journal/item/13

Kisah Dibalik Nama Nabi Nuh (Meraung Tanpa Henti)

Kisah Dibalik Nama Nabi Nuh (Meraung Tanpa Henti)

Di suatu ketika, pada zaman itu, ada seekor anjing dengan kondisi yang sangat ganjil menarik perhatian khalayak ramai termasuk Nabi Nuh. Wajah anjing itu sangat tidak lazim, bermata empat dan muka yang aneh.

Jakarta, Aktual.co — Tidak banyak orang yang tahu tentang arti dari nama Nabi "Nuh" a.s. Sebenarnya nama Nuh bukanlah nama asli dari Nabi Nuh a.s. tapi suatu nama lain yang tidak banyak diketahui orang. 

Menurut bahasa Arab, arti "Nuh" sendiri adalah raungan atau tangisan secara terus menerus. Ada sebuah kisah yang menarik dan semoga bisa menjadi contoh yang bermanfaat bagi semua manusia, yaitu soal nama Nabi Allah yang dipanggil dengan nama Nuh. Berikut kisahnya:

Di suatu ketika, pada zaman itu, ada seekor anjing dengan kondisi yang sangat ganjil menarik perhatian khalayak ramai termasuk Nabi Nuh. Wajah anjing itu sangat tidak lazim, bermata empat dan muka yang aneh. 

Nabi Nuh pun menyuruh anjing itu berhenti di depannya lalu bertanya, "Wahai anjing, aku lihat muka kau ini begitu bodoh, mata engkau empat tidak seperti anjing yang lain. Mengapa jadi begini? Anjing itu pun menjawab, "Kau tanyalah siapa yang menjadikan aku. Kau fikir aku yang menghendaki muka ku ini bodoh begini? Tanyalah tuhan yang menjadikan aku dan juga yang menjadikan engkau."

Mendengar jawaban dari anjing itu, Nabi Nuh pun langsung menangis meraung-raung tak henti-hentinya. Nabi Nuh merasa bersalah atas pertanyaannya, dan menyadari kesalahannya yang telah menghina ciptaan Allah. Nabi Nuh memohon ampunan dari Allah SWT atas kekhilafannya tersebut. 

Sejak kejadian itu, namanya dipanggil dengan sebutan Nuh yang berarti raungan. Dan abadilah namanya menjadi Nabi Nuh hingga diabadikan dalam Al Quran dan diampunkan dosanya oleh Allah SWT.