PANDANGAN TASAWUF MENURUT Al HABIB LUTHFI

Berikut ini petikan wawancara crew Habibluthfiyahya.net dengan Al Habib Luthfi bin Yahya. Dalam wawancara kali ini Al Habib menjelaskan bagaimana tasuf dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Apa pandangan-pandangan Al-Habib tentang tasawuf?

Tasawuf adalah pembersih hati. Dan tasawuf itu ada tingkatan-tingkatannya. Yang terpenting, bagaimana kita bisa mengatur diri kita sendiri. Semisal memakai baju dengan tangan kanan dahulu, lalu melepaskannya dengan tangan kiri.

Bagaimana kita masuk masjid dengan kaki kanan dahulu. Dan bagaimana membiasakan masuk kamar mandi dengan kaki kiri dulu dan keluar dengan kaki kanan. Artinya bagaimana kita mengikuti sunah-sunah Nabi. Itu sudah merupakan bagian dari tasawuf.

Bukankah hal semacam itu sudah diajarkan orang tua kita sejak kecil?


Para orang tua kita dulu sebenarnya sudah mengeterapkan tasawuf. Hanya saja hal itu tak dikatakannya dengan memakai istilah tasawuf. Mereka terbiasa mengikuti tuntunan Rasulullah. Seperti ketika mereka menerima pemberian dengan tangan kanan, berpakaian dengan memakai tangan kanan dahulu. Mereka memang tak mengatakan, bahwa itu merupakan tuntunan Nabi SAW.

Tapi mereka mengajarkan untuk langsung diterapkannya. Kini kita tahu kalau yang diajarkannya itu adalah merupakan tuntunan Nabi. Itu adalah tasawuf. Sebab tasawuf itu tak pernah terlepas dari nilai-nilai akhlaqul karimah. Sumber tasawuf itu adalah adab. Bagaimana adab kita terhadap kedua orang tua, bagaimana adab pergaulan kita dengan teman sebaya, bagaimana adab kita dengan adik-adik atau anak-anak kita. Bagaimana adab kita terhadap lingkungan kita.

Termasuk ucapan kita dalam mendidik orang-orang yang ada di bawah kita. Kepada anak-anak kita yang aqil baligh, kita harus bener-bener menjaganya agar jangan sampai mengeluarkan ucapan yang kurang tepat kepada mereka. Sebab ucapan itu yang diterima dan akan hidup di jawa anak-anak kita.

Bagaimana sikap kita berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat yang sudah carut maut?


Mampukah ketika kita berhadapan dengan lingkungan yang demikian itu? Ketika kita asik-asiknya bergurau, maka berhentilah sejenak. Kita koreksi apakah ada sesuatu yang kurang pantas? Agar hal yang demikian itu tak dicontoh atau ditiru oleh anak-anak kita. Itu sudah merupakan tasawuf. Jadi dalam rangka pembersihan hati, bisa dimulai dari hal-hal kecil semacam itu.

Lalu kita tingkatkan dengan tutur sikap kita terhadap orang tua. Ketika kita makan bersama orang tua. Janganlah kita menyantap lebih dahulu sebelum bapak-ibu kita memulai dulu. Janganlah kita mencuci tangan dahulu sebelum kedua orang tua kita mencuci tangannya. Makanlah dengan memakai tangan kanan. Dan jangan sampai tangan kiri turut campur kecuali itu dalam kondisi darurat. Sebab Rasulullah tak pernah makan dengan kedua tangannya sekaligus. Ini sudah tasawuf.

Apa yang sebenarnya menarik dari Al-Habib, sehingga begitu getol menekuni dunia tasawuf?

Yang menarik, karena tasawuf itu mengajarkan pembersihan hati. Saya ingin mempunyai hati yang sangat bersih. Jadi tak sekedar bersih tidak sombong karena ilmunya, tidak sombong karna setatusnya, tidak sombong karena ini dan itu. Namun hati ini betul-betul mulus, selalu melihat kepada kebesaran Allah SWT yang diberikan kepada kita. Itu karena fadhalnya Allah SWT.

Sehingga kita tidak lagi mempunyai prasangka-prasangka yang buruk, apalagi berpikiran jelek dalam pola pikir dan lebih-lebih lagi di hati. Sebab tasawuf itu tazkiyatul qulub, yakni untuk membersihkan hati. Jika hati kita ini bersih, maka hal-hal yang selalu menghalangi-halangi hubungan kita kepada Allah itu akan sirna dengan sendirinya. Sehingga kita senantiasa mengingat Allah.

Ibarat besi, hati kita itu sebenarnya putih bersih. Hanya karena karatan yang bertumpuk-tumpuk lantaran tak pernah kita bersihkan, sehingga cahaya hati itu tertutup oleh tebalnya karat tadi. Na’udzubillah kalau sampai hati kita seperti itu.

Lantas dari mana kita mesti memulai untuk pembersihan hati tersebut?

Ikutlah dahulu ajaran fiqih yang tertera dalam kitab-kitab fiqh. Seperti arkanus shalat (rukun-syarat sholat), lalu adabut shalat, adabut thaharah dan seterusnya. Marilah itu semua kita pelajari dan kita laksanakan dengan sebaik-baiknya.

Ketika kita diundang untuk menghadiri acara walimah di sebuah gedung misalnya, maka kenakanlah pakaian yang bagus-bagus.
Sebab itu demi menghormat dan untuk menyaksikan kehalalan kedua mempelai di pelaminan. Untuk menghormati acara tersebut, kita menggunakan pakaian yang rapi. Sebab pada hakikatnya, kita telah menghormati Allah SWT yang telah menghalalkan hal tersebut.Kita juga menghormati yang telah mengundang kita, serta menghormati sesama kita dalam gedung atau dalam jamuan tersebut.
Kalau kita bisa menyaksikan aqdun nikah (akad nikah) secara demikian, mengapa kalau kita menghadap langsung kepada Allah SWT, tidak pernah melakukan penghormatan yang demikian itu?

A-Habib dikenal sebagai mursyid thariqah, tetapi kelihatan gemar memainkan alat musik?

Di sana kita akan menemukan kekaguman. Ilmullah yang ada dalam music itu sendiri. Diantaranya notnya itu hanya ada 7; do re mi fa sol la si do, do si la sol fa mi re do. Sedangkan oktafnya ada 7, suara miringnya 5, jadi ada 12. Yang memakai adalah di seliruh dunia, dan mengeluarkan lagu yang beragam. Itu merupakan satu hal yang sangat menarik.

Ketika orang mendengarkan musik, mereka bisa menangis dan tertawa, bersedih dan bersuka ria. Nah, yang berupa benda saja bisa menghasilkan efek semacam itu. Lantas bagaimana kalau kita tengah mendengar lantunan ayat Al-Qur’an sedang dibacakan? Mesti akan jauh lebih dari itu. (Ts/hly.net)

Sumber : http://www.habibluthfiyahya.net

APA ITU ALAM JABARUT???

Alam Jabarut merupakan kelanjutan dari alam Malakut. Kedua alam ini sama-sama di dalam alam gaib mutlak. Namun, alam Jabarut berada di atas lagi. Tidak semua penghuni alam Malakut dapat mengakses alam tersebut. Hal ini membuktikan, sesama penghuni alam Malakut tidak memiliki kapasitas yang sama di mata Allah SWT.

Alam Malakut memiliki penghuni tetap, yaitu para malaikat utama, seperti Jibril, Mikail, Israfil, dan lain-lain. Alam ini lebih dekat dengan “Maqam Puncak”, yang biasa disebut Haramil Qudsiyyah.

Dalam suatu pengelompokan, lapisan-lapisan alam dan maqamnya dapat dibedakan pada beberapa tingkatan.

Dalam suatu pengelompokan, lapisan-lapisan alam dan maqamnya dapat dibedakan pada beberapa tingkatan.

Tingkatan itu adalah :

­= Maqam Ahdah yang mencakup alam Lahut dan Martabat Dzat;

­= Maqam Wahdah mencakup alam Jabarut dan Martabat Sifat;

­= Maqam Wahidiyah mencakup Alam Wahidiyah dan Martabat al-Asma’;

­= Maqam Roh yang mencakup alam Malakut dan Martabat Af’al;

­= Maqam Mitsal; dan

­= Maqam Insan dan alam syahadah.

Kalau alam Malakut merupakan tahap atau maqam ruhaniah dan taman jiwa yang hakiki serta senantiasa mempertahankan kesuciannya, alam Jabarut sudah masuk dalam wilayah Lahut atau berada dalam hamparan Ma’rifatullah, tempat seluruh elemen dan yang banyak menjadi satu.

Alam Jabarut sudah masuk di dalam dunia rahasia Ilahi, tetapi masih tetap wilayah alam dalam arti alam gaib mutlak. Alam Jabarut sebagai bagian dari alam gaib mutlak agak sulit dijelaskan secara skematis karena sudah masuk wilayah antara alam dan Maqam Qudsiyah.
Alam ini berada di antara wilayah aktual dan wilayah potensial yang lazim disebut dengan al-A’yan al-Tsabitah (akan dibahas dalam artikel mendatang).

Penghuni Jabarut adalah sesuatu yang bukan Tuhan dalam level Ahadiyyah, melainkan derivasinya dalam level Wahidiyat.

Dalam buku-buku tasawuf, di alam Jabarut ini berlangsung apa yang disebut sebagai Nafakh al-Ruh (peniupan roh suci Allah) yang kemudian mampu manghidupkan jasad. Itulah sebabnya alam Jabarut biasa juga disebut dengan alam roh. Di alam ini, kita juga mengenal adanya realitas kesamaran antara “sesuatu” dan “bukan sesuatu”. Juga kesamaran antara “alam” dan “bukan alam” serta antara “sifat” dan “asma”.

Di dalam alam Jabarut terjadi proses suatu keberadaan dari keberadaan potensial ke keberadaan aktual.

Alam Jabarut adalah suatu alam yang tidak umum dijangkau oleh alam-alam sebelumnya, termasuk alam Malakut.

Ini sebagai bukti, bukan hanya alam Syahadah yang mengalami tingkatan-tingkatan, tetapi alam gaib juga bertingkat-tingkat.

Sesama penghuni alam gaib tidak semuanya bisa mengakses alam Jabarut, berkenalan dengan para penghuninya, dan memahami seluk-beluk peristiwa yang terjadi di dalamnya.

Bangsa jin tidak bisa mengenal seluruh perilaku malaikat, meskipun sama-sama sebagai penghuni Malakut. Sesama malaikat pun tidak saling memahami rahasia satu sama lain. Para malaikat adalah makhluk profesional yang mengerjakan tugasnya masing-masing dan tidak saling mengganggu serta mengintervensi sebagaimana diamanatkan Allah.

Di antara para malaikat, ada malaikat utama dan keutamaannya dilihat dari perspektif manusia yang memilah fungsi-fungsi para malaikat.

Sementara itu, alam Jabarut merupakan alam paling tinggi karena di atasnya sudah tidak bisa lagi disebut dengan alam dalam arti ma siwa Allah.

Di atasnya, sudah bukan lagi alam, tetapi sudah masuk dalam wilayah Qudsiyyah. Sebagai alam paling tinggi, tentu menjadi objek cita-cita dan harapan manusia. Namun, perlu ditegaskan bahwa sebagai manusia kita tidak dituntut secara mutlak untuk memasuki alam-alam itu, namun juga tidak dilarang berupaya untuk itu.

Banyak ayat dalam Alquran yang menjelaskan martabat-martabat kehidupan spiritual manusia dan menantang manusia untuk menaiki jenjang derajat yang lebih tinggi. Alquran mencela manusia yang cenderung set back ke jenjang derajat lebih rendah (asfala safilin).

Kalau manusia sudah berupaya menaikkan status ke alam yang lebih tinggi, namun tidak bisa menembus batas-batas alam tersebut, tidak perlu khawatir dan tak perlu dipermasalahkan. Tugas manusia hanya sebagai hamba dan khalifah. Bagaimana menjadi hamba yang lebih baik dan bagaimana menjadi khalifah lebih sukses di muka bumi ini.

Urusan menembus batas atau menyingkap tabir/hijab lalu memasuki alam dan maqam lebih tinggi itu adalah urusan dan hak prerogatif Allah. Apakah Allah mau memberi petunjuk dan siapa yang akan diberi petunjuk untuk itu, semuanya merupa kan rahasia Allah.

Upaya manusia meningkatkan martabat spiritual ke jenjang lebih tinggi ditempuh para sufi dan pengamal tarekat. Namun, substansi pendekatan mereka mempunyai benang merah yang sama, yaitu manusia selalu harus melakukan pembersihan diri (tadzkiyah al-nafs) melalui berbagai “exercise” (riyadhah) dan perjuangan batin (mujahadah).

Dalam Kitab Manhalus Shafi disebutkan langkah-langkah konkret yang dilakukan para salik untuk mencapai tujuan spiritualnya. Kitab ini memperkenalkan apa yang disebut dengan ilmu martabat tujuh atau ilmu tahqiq.

Ketujuh martabat itu ialah :

­- Hadratul Qudsi (puncak dari tempat penyucian diri) dan Unsi (tempat untuk bermesraan dengan Tuhan),

­- Mufatahah (tempat untuk membuka rahasia Ilahi),

­- Muwajahah (tempat untuk membuka hijab zulmani lalu menggunakan energi nuraniyah),

­- Mujalasah (sarana untuk memisahkan dan membersihkan diri dari segala macam kemusyrikan),

­- Muhadasah (tempat untuk menyingkap rahasia melalui Dirinya),

­- Musyahadah (menyaksikan “wajah” Tuhan melalui seluruh alam ciptaan-Nya), dan Muthala’ah (menghayati keberadaan Tuhan melalui hidayah-Nya).
Bagi para salik yang akan menyingkap hijab dan seterusnya melaju ke alam lebih tinggi, menurut buku ini, sangat dimungkinkan. Jika seseorang mampu melewati maqam-maqam tersebut dengan baik, dipersepsikan manusia bisa mengakses alam manapun yang ia kehendaki.

Tentu saja tidak gampang mengakses maqam demi maqam yang berlapis-lapis itu. Peningkatan dari satu maqam ke maqam berikutnya terkadang ditempuh bertahun-tahun. Namun, tidak perlu berkecil hati karena jika Allah menghendaki, tentu tidak ada rintangan berarti bagi yang bersangkut an.

Memang dalam hadis tasawuf sering diungkap bahwa ada sekitar 70 ribu hijab yang menghijab manusia sehingga sulit mencapai mukasyafah (penyingkapan). Namun, tidak perlu takut dan berkecil hati, karena 100 ribu hijab pun dapat ditembus jika Allah menghendaki.

Seorang sufi mempunyai keuletan karena mempunyai tujuan bukan untuk menembus hijab itu tersingkap, tetapi bagaimana mendekatkan diri kepada Allah, tanpa target lain.

Jika ada kalangan sufi memiliki tujuan membuka hijab atau memperoleh karamah dalam pencahariannya, boleh jadi dua-duanya tidak diperoleh. Tuhannya tidak didapat dan karamahnya pun hilang.

Para sufi dan salik tidak jarang terkecoh karena terdekonsentrasi oleh hal-hal yang tidak substansi. Mereka terkecoh oleh sesuatu yang bersifat sekunder lalu meninggalkan urusan primer. Yang primer itu adalah Tuhan yang sekunder itu adalah kelezatan dalam beribadah, kepemilikan karamah di depan jamaah, dan semacamnya.

(Banyak yang terkecoh oeh rekayasa setan. Mereka menyangka sudah bertemu dengan “Tuhan”, padahal ia adalah setan yg menyaru dan mengaku “Tuhan”. Ciri-ciri pengecohan setan itu antara lain, sifat sombong, meremehkan pelaksanaan syareat, mengabaikan Nabi Muhammad SAW sebagai penunjuk jalan yang lurus
dan lain-lain).


Mari kita mencari yang substansi dan yang primer tanpa harus terkecoh dengan yang nonsubstansi dan yang bersifat sekunder, agar mikraj kita berhasil.
(Prof Dr Nasaruddin Umar)

KHADAM TAK BERKAITAN DG THAREKAT

Mengikuti Tharekat bukan sekadar karena iming-iming fadhilahnya. Namun yang pertama, yang paling penting adalah cara bagaimana mendekatkan diri kepada Allah. Yang kedua, bagaimana kita selalu dekat di sisi Allah SWT dan di sisi Baginda Nabi Muhammad SAW..Mempelajari ilmu tarekat bukan untuk menjadi seorang wali atau mendapatkan karamah. Lebih lebih mempelajari ilmu tarekat sekadar untuk memperoleh khadam.Karamah itu, bagi para kekasih Allah, tanpa diminta pun, Allah Taala akan memberinya. Itu bukan merupakan kebanggaan. Sekali lagi, itu bukan tuju¬an bagi para waliyullah. Kalau mereka diberi kelebihan yang luar biasa sebagainana di-anugerahkan kepada Syaikh Abdul Oadir Jailani, misalnya, itu semata-mata karena kekuasaan Allah. Bahkan mereka sebenarnya malu kepada Allah SWT apabila diberi ke¬lebihan yang luar biasa.

Guru2 tarekat, bila mendapatkan karamah, justru merasa malu kepada Allah SWT. Dia mawas diri, apakah pantas kalau menerima karamah dari Allah SWT? Karena itulah para guru tarekat justru takut mendapatkan karamah, sebab hal itu justru merupakan suatu bentuk ujian kepadanya.
cobaan berikutnya, bila termasyhur karena sebab karamahnya, dia akan sangat malu kepada Allah SWT. Karena kemasyhuran tarekat bukan menjadi tujuannya, kadang justru menjadi beban dan fitnah baginya. Makna fitnah ini bukan dari luar, sepertiorang memfrtnah dirinya. Namun yang ditakutkan justru fitnah yang datang dari dalam dirinya sendiri. Karena, dengan munculnya kemasyhuran namanya, akan timbul sifat egoisme, keakuan, atau annaniyah, selanjutnya mendorong dirinya bersifat sombong dan congkak, serta sifat yang kurang terpuji lainnya. Itulah sikap para auliya, yang bila mendapatkan karamah justru sangat khawatir bila menimpa dirinya sendiri, bukan malah berbangga bangga diri, atau mencari-cari.
Pada hakikatnya ilmu tarekat adalah pengamalan dari bentuk ihsan. Mampukah kita ketika bersujud kepada Allah seolah-olah kita melihatNya. Namun sulit hal demikian ini dilaksanakan bagi awam. Kalau tauhidnya tidak kuat, katakata "seolah-olah melihatNya" nanti bisa menimbulkan efek mengada-ada, Inilah yang sangat dikhawatirkan para guru tarekat terhadap murid-murid yang baru belajar

Ilmu tarekat,Kalau kita tidak mampu merasa seolah-olah melihatNya, kita merasa dilihat dan didengar oleh Yang Mahakuasa. Ini dulu, mampukah kita setiap hari mengamalkan sesuatu yang seolah-olah kita merasa dilihat dan didengar oleh Allah. Bila sikap ini tumbuh di setiap hati masing-masing pengamal tarekat, insyaAllah akan melahirkan sifat-sifat yang terpuji.

pertama:akan tumbuh sifat takut (khauf) kita kepada Allah, yang tujuannya akan menambah ketaqwaan kita kepada Allah. Kita akan mawas hati, muhasabbah, kita takut bila kita digolongkan sebagai orang yang merugi.

Kedua: akan menumbuhkan sifat raja', mengharap semata-mata kepada Allah, karena khauf tersebut

Ketiga: akan menumbuhkan kecintaan kepada Allah, dan kebenaran akan dipegang kuat Dalam arti benar hatinya, benar matanya, benar telinganya, benar tutur katanya, serta benar perilakunya.

Keempat: akan menumbuhkan, di antaranya, alhaya' (malu) kepada Allah. Dan karena cinta kepada Allah dan Rasulullah, kita akan malu kepada Allah dan RasulNya kalau berbuat yang bertentangan dengan perintahNya. Bagaimana kita tidak malu? Kita sudah mendapatkan keutamaan dari Yang Mahakuasa berupa nikmat keutamaan beriman dan berislam, dan melalui Baginda Nabi Muhammad SAW, bahwa kenikmatan iman dan islam merupakan kenikmatan yarig luar biasa dari Allah SWT. Maka, apabila keutamaan yang datang dari Allah malah kita pergunakan untuk hal yang tidak semestinya, akan tumbuh rasa malu kepada Allah dan RasulNya.
Wallahu A'lam

(Habib Lutfi)

Anjuran Menghindari Perdebatan

Rosuluallah saw bersabda, " Aku jamin rumah di dasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam keadaan bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaknya. (HR. Abu Daud)

pelajaran yang dapat kita ambil faedahnya dari hadist diatas:

1. Hindarilah berdebat
Berdebat sering kali memicu perpecahan. Karena dengan berdebat maka akan terjadi perselisihan pendapat baik dalam ucapan, bahasa tubuh hingga akhirnya berujung pada perpecahan dan permusuhan.

Berdebat akan membuang waktu dan pikiran dengan percuma. Karena setiap manusia memiliki hak untuk berpendapat yang pasti belum tentu sama maka sia sialah usaha kita untuk berusaha memaksakan kehendak ego dengan berdebat.

Berdebat bisa membuat sesuatu yang benar menjadi salah dan sesuatu yang salah menjadi benar. Karena yang menjadi pemenang dalam debat adalah mereka yang mampu memutar balikkan kata- kata, bukti, bahasa sehingga suatu yang salah seakan bisa jadi benar. Sedangkan yang namanya kebenaran itu tidak perlu untuk diperdebatkan karena tidak akan berubah kedudukan kebenaran dimata Alloh secerdik apapun kita mengelak, karena semua yang perbuat akan kau pertanggung jawabkan kelak di hari pembalasan.

pertanyaan2
P:nah lantas bagaimana ?
A:hindari perdebatan saudaraku,... apakah kamu menolak janji Rosul mu?
P:tentu saja tidak saudaraku, lantas bagaimana kita mengutarakan kebenaran?
A:sangat wajib hukumnya mengatakan kebenaran walapun itu pahit. namun tidak ada ajaran untuk memaksakan kehendak kepada orang lain, kewajiban kita hanya menyampaikan saja saudaraku.
P:lalu ketika kita rapat dalam memutuskan kebijakan pasti akan terjadi ketegangan dan debat, bagaimana menghindari hal tersebut?
A: dalam memutuskan kebijakan secara bersama Islam mengajarkan untuk musyawarah mencapai mufakat. musyawarah yang berarti berpikir bersama, berdiskusi, menyampaikan pendapat untuk mengambil keputusan bersama. dan mufakat adalah kesepakatan bersama yang harus diterima oleh semua pihak untuk bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah diambil. bila terjadi ketegangan dan debat maka musyawarah ditunda untuk sementara dan di tutup yang akan dilanjutkan di kemudian hari. karena salah satu syarat musyawarah adalah peserta dalam kondisi sehat akal ( tidak gila), sedangkan jika ada peserta yang tegang dan debat itu merupakan peserta yang dalam keadaan tidak sehat akal maka musyawarah dihentikan keadaan tenang kembali.

2. Jangan berdusta walau cuma iseng atau bercanda
Dusta atau bohong dapat merugikan orang lain yang mempercayai perkataanya dan orang lain yang dibicarakan. Dusta akan menimbulkan fitnah. fitnah akan menimbulkan permusuhan dan perpecahan. karena fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.

3. Menjadi manusia yang berakhlak mulia
Jadikanlah Al quran dan Hadist sebagai pedoman dalam berperilaku InsyAlloh kau akan menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Dan manusia yang paling baik akhlaknya adalah Rosul Muhammad SAW. maka hendaklah kita teladani ucapan, perilaku dan perbuatan beliau. Dan tidakkah kau tau bahwa Muhammad SAW dikenal sebagai Al quran yang berjalan.
Wallahu'alam bissawab

PEPE'LING WALI SONGO

A.SUNAN AMPEL :
falsafah “Moh Limo” ;
1. Moh Main atau tidak mau berjudi
Segera basmi segala bentuk perjudian, baik perjudian kelas bawah maupun perjudian kelas atas. Karena bangsa kita tidak akan pernah mendapatkan keberkahan hidup jika perjudian menjamur bebas di sana-sini. Apalagi disinyalir ada beberapa anggora DPR kita yang terhormat melakukan perbuatan ini, na’udzu billlahi mindzaalik.
2. Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan.
Tinggalkan segala bentuk minum-minuman keras yang hanya membawa kenikmatan sesaat, tetapi kemudhorotan yang akan ditimbulkannya jauh lebih besar dari manfaatnya.
3. Moh Maling atau tidak mau mencuri
Segala bentuk pencurian, termasuk di dalamnya korupsi, kolusi, suap-menyuap dan sebagainya harus segera ditinggalkan, jika tidak malapetaka sosial akan semakin marak dalam kehidupan bangsa kita.. Selain itu begitu maraknya korupsi dari birokrasi paling bawah sampai birokrasi teratas menyebabkan bangsa kita akan semakin terpuruk.
4. Moh Madat atau tidak mau menghisap candu, ganja, narkoba dan lain-lain.
Penyalahgunaan narkoba adalah sumber kehancuran negara. Penyakit ini akan menghancurkan bangsa kita, apalagi pengguna terbesar narkoba adalah generasi muda. Jika hal ini terus dibiarkan, apa yang terjadi pada bangsa kita 10, 15, atau 20 tahun yang akan datang. Wallahu a’lam.
5. Moh Madon atau tidak mau berzina/main perempuan yang bukan istrinya.
Penyakit masyarakat lainnya yang begitu mewabah dalam masyarakat kita adalah perzinaan. Arus globalisasi yang begitu dahsyat telah banyak memberi pengaruh besar bagi menjamurnya segala bentuk prostitusi dan perselingkuhan. Kerusakan seperti ini sudah dianggap “biasa” oleh masyarakat kita. Padahal kalau perbuatan seperti ini tidak dicegah, tunggulah azab yang besar akan segera datang dari Allah SWT.
Mudah-mudahan kita semua bisa menghindari lima perbuatan yang terlarang tersebut sehingga kita bisa terhindar dari azab yang lebih besar lagi. Mari kita aktualisasikan dan implementasikan falsafah “Moh Limo” ini dalam kehidupan kita, agar tercipta “Baldatun thayyibatun wa Robbun ghofuur”. Negara yang “Gemah ripah Loh jinawi Toto Titi Tentrem Kerto lan Raharjo”.

B.SUNAN BONANG :
Menurut Sunan Bonang, kebudayaan Islam tidak mesti kearab-araban.
Menutupi aurat tidak mesti memakai baju Arab, tetapi cukup dengan memakai kebaya dan kerudung. Inilah yang kemudian diimplementasikan oleh mayoritas muslim Indonesia.
Di antara upacara keagamaan yang diberi bungkus budaya Jawa, yang sampai kini masih diimplementasikan oleh masyarakat secara turun temurun adalah upacara Sekaten dan Grebeg Maulid..
Keahliannya di bidang geologi dipraktekkan dengan menggali banyak sumber air dan sumur untuk perbekalan air penduduk dan untuk irigasi pertanian lahan kering. Sunan Bonang juga mengajarkan cara membuat terasi, karena di Bonang banyak terdapat udang kecil untuk pembuatan terasi. Sampai kini terasi Bonang sangat terkenal, dan merupakan sumber penghasilan penduduk desa yang cukup penting.
Dengan menyatakan `jagat terbentang dalam diri` Sunan Bonang ingin menyatakan betapa pentingnya manusia memperhatikan potensi kerohaniannya. Adalah yang spiritual yang menentukan yang material, bukan sebaliknya. Tetapi karena pikiran manusia kacau, ia menyangka yang material semata-mata yang menentukan hidupnya. Karena potensi kerohaiannya inilah manusia diangkat menjadi khalifah Allah di bumi, bukan karena harta dan kekayaannya.

C.SUNAN GIRI :
Dalam keagamaan, beliau dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Beliau juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak – cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung yang bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam. Asmara artinya cinta dan dana artinya beramal. Sedangkan pucung artinya dipocong, dengan kata lain sebelum kita dipocong atau meninggal dunia perbanyaklah beramal agar kita bahagia duni dan akhirat, amiin.

D.SUNAN DRAJAT
Tujuh pesan Sunan Drajat :
1. Memangun resep tyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
2. Jroning suko kudu eling lan waspodo (didalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita – cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
4. Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu – nafsu)
5. Heneng – Hening – Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita – cita luhur).
6. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir bathin hanya bisa kita capai dengan sholat lima waktu)
7. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Ajarkan ilmu pada orang yang tidak tau, Berilah makan kepada orang yang lapar, Berilah baju kepada orang yang tidak punya baju, serta beri perlindungan orang yang menderita)
Pesan Sunan Drajat ini dituangkan dalam bentuk gending dan lagu, sehingga orang yang menyanyikan gending secara tidak langsung mempelajari isi ajaran dari sunan Drajat.

E.SUNAN KALIJAGA
Ketenaran Sunan Kalijaga ini dikarenakan beliau seorang ulama yang cerdas dan arif. Kecerdasan dan kearifan yang dimiliki membuat beliau mampu bersenyawa cepat dengan berbagai kalangan, khususnya masyarakat bawah, yang berdampak terhadap kelancaran proses penyebaran ajaran Agama Islam.
Filosofi Kehidupan
Terdapat beberapa hal filosofi kehidupan Sunan Kalijaga yang perlu menjadi renungan kita bersama. Jika pesan-pesan falsafah hidup Sunan Kalijaga ini kita pegang dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, Insya Allah, kita akan dapat selamat di dunia dan akhirat.

Isi filosofi kehidupan Sunan Kalijaga antara lain adalah:
”Lamun sira menek, aja menek andha, awit lamun sira menek andha –sira ancik-ancik untu lan tekan ndhuwur, sira ketemu alam suwung. Nanging lamun sira menek, meneka wit galinggang, sira bakal ngliwati tataran, lan ngrangkul (ngrungkepi) wit galinggang. Tekan ndhuwur sira – ketemu apa? Sira bakal ketemu woh, ya wohing galinggang.

Wohing galinggang wiwit saka ing jeroning mancung, ya kuwi manggar, sakwise kuwi dadi bluluk, terus cengkir, deghan, njur kerambil/kelapa. Perangan njaba, sira ketemu apa? Sira ketemu tepes, sing watake enteng. Perangan njero maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu batok (tempurung) sing watake atos (teguh dalam prinsip). Perangan njero maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu jatine wohing galinggang. Perangan njero maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu banyu ya banyu perwito sari. Ing sak jerone banyu, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu rasa, ya jatining rasa (rasa rumangsa). Lamun sira menek maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu janur sing tegese jatining nur, ya nur muhammad

Makna untuk Kehidupan
Adapun yang dimaksud dengan Wit Galingga adalah Pohon Kelapa. Kenapa pohon kelapa yang dijadikan contoh? Karena Pohon Kelapa itu mulai dari akarnya yang paling bawah sampai ujung daunnya yang disebut janur semuanya bermanfaat. Pohon Kelapa juga sangat kokoh dan kuat tidak pernah roboh.
Kalau kita memanjat Pohon Kelapa maka kita akan medapatkan buahnya. Kita akan bertanggung jawab, tidak sombong, tidak mudah jatuh, kita ikuti tataran yang ada dalam batang kelapa itu, kita akan selalu terus ke atas, kita akan memanjat dengan hati-hati sampai ke atas.
Lantas apa itu Tataran yang dimaksud dalam falsafah hidup Sunan Kalijaga di atas? Tataran itu dapat dimaknai sebagai aturan-aturan yang berlaku. Kalau kita ingin selamat di dunia, maka kita harus mengikuti aturan-aturan atau peraturan- peraturan dunia yang berlaku. Kalau kita ingin selamat di akhirat, maka kita harus mengikuti aturan-aturan atau peraturan-peraturan akhirat yang berlaku. Kalau kita ingin selamat di dunia dan akhirat, kita harus mengikuti aturan-aturan atau peraturan-peraturan yang berlaku di dunia dan akherat.
Buah kelapa menggambarkan secara kronologis kehidupan manusia dari mulai manggar diibaratkan janin, bluluk bermakna bayi, cengkir bermakna balita, deghan bermakna remaja, dan kerambil / kelapa bermakna dewasa. Falsafah ini memberi pencerahan makna hidup manusia yang harus dijalankan secara hati-hati, dari mulai janin sampai dewasa. Karena pada setiap tahapan tersebut bisa saja terjadi musibah dari yang kecil sampai meninggal dunia. Untuk itu kehati-hatian ini harus dijabarkan dalam mempersiapkan diri pada hidup dan kehidupan di dunia. Yaitu selalu berpegang teguh pada aturan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar selamat di dunia. Sejalan dengan itu juga berpegang teguh pada aturan keagamaan berdasarkan Al Qur’an dan hadist agar selamat di akhirat nanti. Kalau pegangan tersebut dilaksanakan secara konstisten dan konsekuen maka manusia tidak perlu gentar menghadapi takdir kematian kapan saja karena sudah siap untuk hidup dunia akhirat.
Dalam memanjat pohon kelapa, kita musti bekerja keras, hati-hati dan disiplin menelusuri tataran pohon kelapa untuk mencapai puncak hingga dapat menggapai buah pohon kelapa yang dapat diambil kemanfaatannya. Hal itu dapat kita petik hikmah bahwa dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kita harus memiliki niat yang baik, bekerja keras, mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku – baik peraturan-peraturan dunia maupun akherat – dan hati-hati untuk mewujudkan kesejahteraan, ketentraman, kedamaian, dan kemamkmuran kita, masyarakat dan bangsa.
Oleh karena itu, implementasi filosofi kehidupan Sunan Kalijaga sangat bermakna dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menuju tercapainya kesejahteraan, ketentraman, kedamaian, dan kemakmuran rakyat dan bangsa Indonesia. Intisarinya adalah, kita sebagai bangsa harus memiliki niat yang baik, bekerja keras, mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku – baik peraturan dunia maupun akherat – dan hati-hati (tidak ceroboh) dalam menjalankan kehidupan demi tercapainya esensi rahmatan lil ’alamiin, tujuan berbangsa dan bernegara, di bumi nusantara tercinta dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia

F.SUNAN KUDUS
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran / padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Suatu waktu, beliau memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, beliau sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.
Dengan sedikit paparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa bukan hanya berdakwah saja yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, beliau juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Cara berda’wanya pun elastis, banyak improfisasi, dan menghormati pemeluk agama yang lain. Metode itulah yang seharusnya kita implementasikan dalam berda’wah, tidak menghukumi orang seenak sendiri, mengkafirkan orang yang tidak sefaham dan sebagainya.

G. SUNAN GUNUNG JATI
Metode Da’wah Sunan Gunung Jati
Kebudayaan pada prinsipnya merupakan media yang memungkinkan pendidikan dapat berlangsung dengan sukses. Colletta seorang ahli antropologi pendidikan dari Amerika, mengatakan bahwa kebudayaan itu memiliki :
1. Legitimasi tradisional.
2. Simbol-simbol dan bentuk komunikasi yang paling dikenal dan dihargai masyarakat
3. Aneka ragam fungsi yang dapat dijadikan sarana untuk perubahan masyarakat (Usman Pelly 1992).
Oleh sebab itu pendidikan akan berhasil, apabila dalam pendidikan mengembangkan bentuk-bentuk komunikasi tradisional. Dengan komunikasi tradisional, Sunan Gunung Jati telah mampu membentuk suatu budaya cara tersendiri dalam menyebarkan agama Islam. Beliau sebagai individu merupakan kreator sekaligus manipulator dalam menciptakan kebudayaan, dalam arti beliau mampu membuat metode khusus dalam berda’wah.
Sebagai anggota Wali Songo dalam berda’wahnya SGJ menerapkan berbagai metode dalam proses Islamisasi di tanah Jawa. Adapun ragam metode da’wahnya menurut Dadan Wildan (2003) adalah sebagai berikut:
1. Metode mau’idhatul hasanah wa mujadalah billati hia ahsan. Dasar metode ini merujuk pada al-Quran surat An-Nahl ayat 125
2. Metode Al-Hikmah sebagai sistem dan cara berda’wah para wali yang merupakan jalan kebijaksanaan yang diselenggarakan secara populer, atraktif, dan sensasional. Cara ini mereka pergunakan dalam menghadapi masyarakat awam. Dengan tata cara yang amat bijaksana, masyarakat awam itu mereka hadapi secara masal, kadang-kadang terlihat sensasional bahkan ganjil dan unik sehingga menarik perhatian umum.
3. Metode Tadarruj atau Tarbiyatul Ummah, dipergunakan sebagai proses klasifikasi yang disesuaikan dengan tahap pendidikan umat, agar ajaran Islam dengan mudah dimengerti oleh umat dan akhirnya dijalankan oleh masyarakat secara merata. Metode ini diperhatikan setiap jenjang, tingkat, bakat, materi dan kurikulumnya, tradisi ini masih tetap dipraktekan dilingkungan pesantren.
4. Metode pembentukan dan penanaman kader serta penyebaran juru da’wah ke berbagai daerah.
5. Metode kerja sama, dalam hal ini diadakan pembagian tugas masing-masing para wali dalam mengIslamkan masyarakat tanah Jawa. Misalnya Sunan Gunung Jati bertugas menciptakan do’a mantra untuk pengobatan lahir batin, menciptakan hal-hal yang berkenaan dengan pembukaan hutan, transmigrasi atau pembangunan masyarakat desa.
6. Metode musyawarah, para wali sering berjumpa dan bermusyawarah membicarakan berbagai hal yang bertalian dengan tugas dan perjuangan mereka. Sementara dalam pemilihan wilayah da’wahnya tidaklah sembarangan, dengan mempertimbangkan faktor geostrategi yang sesuai dengan kondisi zamannya.
Pelajaran yang bisa diambil dari metode da’wah Sunan Gunung Jati
Metode adalah cara menyampaikan pengajaran untuk membantu siswa mencapai tujuannya dalam belajar. Guru harus mampu meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam mencapai kemandirian belajar, serta mampu membentuk sikap belajar untuk mempelajari sesuatu. Profil siswa menuntut guru untuk menguasai ilmu yang diajarkannya dan memahami karakteristik siswanya serta berwawasan pendidikan masa kini dan masa yang akan datang.
Pendekatan pembelajaran aktif dan bermakna, bertumpu dari peningkatan aktivitas. Hal ini terkait erat dengan tujuan pendidikan nasional untuk pembangunan manusia seutuhnya yang mampu berdiri sendiri dan mampu bertanggung jawab atas pembangunan sesamanya.
Tujuan pembangunan nasional tersebut akan dapat dicapai melalui proses belajar mengajar, yang merupakan interaksi antara guru dan siswanya dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan. Dalam interaksi tersebut guru hendaknya menaruh pertimbangan yang kuat atas keunikan dan keragaman siswa. Seorang guru dituntut untuk mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi. Menurut Mulyani Sumantri (2002) mengatakan : “metode apapun yang digunakan guru hendaknya menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar serta tercapainya prestasi belajar siswa yang memuaskan, karena mereka benar-benar aktif melalui PBM yang bermakna”.
Untuk mewujudkan amanah diatas bukanlah hal yang bebas nilai, karena pendidikan tidak sewajarnya hanya diarahkan pada pemilikan ilmu pengetahuan dan teknologi atau kemahiran dan keakhlian tertentu. Tugasnya adalah membangun diri pribadi sebagai penanggung eksistensi, pengukuhan diri pribadi sebagai kesejatian berhubungan dengan pembentukan identitas diri yang mantap.
Oleh karena itu para pengajar baik guru atau dosen memahami metode da’wahnya Sunan Gunung Jati dalam mendidik dan mengajar sehingga terbentuk insan yang Imtaq dan menguasai iptek dengan mantap. Walaupun metode da’wah SGJ itu “tradisional”, namun masih relevan pada saat sekarang, misalnya metode yang pertama bila dipergunakan oleh guru dalam semua bidang studi akan banyak membawa manfaat.
Adapun Ibroh atau pelajaran yang bermanfaat dari metode berda’wah dari SGJ yang layak untuk diimplementasikan dalam sistem pendidikan kita diantarannya adalah:
1. Menyeru manusia (murid) menuju jalan yang diridhoi Alloh AWT. Kepada mereka diberikan keterangan, pemahaman, dan perenungan tentang Islam, bertukar pikiran dari hati ke hati, penuh toleransi dan pengertian dari pihak pengajar kepada muridnya.
2. Sebagai upaya mengenalkan adanya Alloh SWT sedini mungkin, kalau nilai agama sudah kuat dimiliki anak didik, pelajaran apapun tidak akan menjadi masalah dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan
3. Bila semua mata pelajaran disampaikan kepada murid atau siswa atau mahasiswa berdasarkan metode da’wahnya SGJ yang berlandaskan pada agama, akan mendekati kebenaran yang mutlak.
4. Pendidikan nasional harus mengakar pada kebudayaan nasional, yang merupakan hasil karya dari bangsa Indonesia sendiri, mengandung ciri ciri khasnya orang Indonesia dan menjadi kebanggaan

H. SUNAN MURIA
Sunan Muria adalah salah satu bagian dari Wali Songo. Dari caranya memilih lokasi padepokan, Sunan Muria menjadi wali yang paling eksotik. Padepokan itu terletak di kaki Gunung Muria, Jawa Tengah, tepatnya di Colo, yang dari kakinya sendiri masih harus mendaki jalan melingkar sepanjang 7 kilometer. Disebut kaki gunung, tapi posisinya berada di suatu puncak.
Sejarawan De Graaf dan Pigeaud berdasarkan sumber-sumber literer menyatakan dalam Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa (1974) bahwa semula Demak merupakan sebuah distrik yang “terletak di pantai selat yang memisahkan Pegunungan Muria dari Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik, sehingga kapal-kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang. Tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak lagi dapat dilayari setiap saat.”
Dalam bukunya yang lain, Disintegrasi Mataram di Bawah Mangkurat I (1961), De Graaf masih mencatat, “… residen ini dengan sebuah kapal kecil melewati daratan yang tergenang air di sebelah selatan Muria.” Dengan begitu, jika memang Sunan Muria hidup di abad XV, berarti ia menyeberangi selat itu lebih dahulu, sebelum mendaki sampai ke puncak Colo untuk mendirikan padepokannya.

Jangan Jadi Maling Kopo
Dalam legenda Maling Kopo, dikisahkan bahwa Sunan Muria menghadiri pesta tasyakuran (syukuran) di Juwana yang diadakan Ki Ageng Ngerang, kakek Juru Martani yang kelak akan menjadi pendukung penting Sutawijaya dalam mendirikan Kerajaan Mataram.
Konon pesta yang dihadiri murid-muridnya itu untuk mensyukuri tercapainya usia 20 dari putri Ki Ageng, yakni Dewi Roroyono. Adalah putri tersebut yang menghidangkan makanan dan minuman, yang membuat salah seorang muridnya, Adipati Pethak Warak, terpesona begitu rupa sehingga menculiknya malam itu juga dan membawanya ke Mandalika di wilayah Keling. Tentu saja ini membuat Ki Ageng murka. lantas menyayembarakan putrinya tersebut: Barangsiapa mampu mengembalikan Roroyono boleh menjadi suaminya. Sunan Muria yang mengajukan diri untuk merebut Roroyono, bukan karena bermaksud memperistri, melainkan sekadar membantu gurunya, karena ia sendiri juga sudah menikah.
Ketika ia berangkat, di jalan bertemu dengan dua bersaudara murid-murid Ki Ageng, yakni Genthiri dan Kopo. Mereka berdua langsung menawarkan bantuan, untuk menggantikan Sunan Muria, dan jika berhasil Roroyono tetap menjadi istri Sunan Muria.
Alhasil, dengan bantuan orang sakti bernama Wiku Lodhang Datuk, Roroyono berhasil diambil kembali. Apa boleh buat, malah sekarang Kopo tersebut jatuh cinta kepada Roroyono sampai jatuh sakit. Padahal, Roroyono sudah diperistri Sunan Muria. Prihatin atas penderitaan adiknya, Genthiri berangkat ke Muria bermaksud merebut Roroyono, tetapi ia tewas dalam adu kesaktian melawan murid-murid Sunan Muria. Mendengar berita ini, Kopo berangkat menyusulnya ketika Sunan Muria dan murid-muridnya turun gunung. Setelah berhasil menculik Roroyono, Kopo dengan cerdik membawanya ke Pulau Seprapat, tempat Wiku Lodhang Datuk bermukim. Namun orang sakti itu tidak bersedia membantunya, sehingga ketika murid Sunan Muria yang mengejarnya tiba, Kopo hanya bisa memberi perlawanan sebentar sebelum mati terbunuh. Sejak saat itu, istilah “Maling Kopo” diberikan kepada mereka yang membawa lari perempuan untuk dipaksa jadi istrinya.
Dari legenda ini, kita dapat meng-implementasi-kannya ke dalam kehidupan kita, agar kita “Jangan Jadi Maling Kopo” (orang yang membawa lari perempuan untuk dipaksa jadi istrinya)

I.MAULANA MALIK IBRAHIM
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah – kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Cara – cara inilah yang sekarang diimplikasikan oleh kebanyakan politikus kita dalam kehidupan berpolitk praktis untuk menggalang massa sebanyak – banyaknya dengan berkedok pada jargon “berpihak pada kawulo alit, wong cilik, dekat dengan rakyat dan sebagainya” demi mendapatkan dukungan dan simpati rakyat, dari yang hanya sekedar untuk memenangkan partainya, meraih kekuasaan sampai dengan yang benar – benar memperjuangkan aspirasi dan nasib rakyat.

BAB III. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Dalam membangun negara hendaknya kita merujuk pada strategi yang telah dilaksanakan oleh walisongo, yaitu saling menghormati satu dengan yang lain, selalu bermusyawarah, berpegang teguh pada ajaran agama agar selalu mendapatkan bimbingan Tuhan YME., memperhatikan masyarakat kecil, mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi maupun golongan.
2. Jika sebagai seorang pemimpin kita tidak boleh adigang adigung adigono, artinya tidak boleh bertidak semaunya sendiri.
3. Keberadaan lembaga pesantren semenjak kehadirannya dalam masyarakat Indonesia yang dibangun untuk pertama kali oleh Wali Songo telah merebut hati orang-orang untuk berbondong-bondong memeluk agama Islam. Dengan metode da’wahnya Wali Songo mampu merubah tatanan masyarakat yang tadinya jahiliyyah menjadi yang Islami.
4. Saat ini pendidikan pesantren terus berkembang, sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, namun kegiatan belajar mengajar sebagai ciri tradisional pesantren yang khas tetap dipertahankan. Peran para ulama, Kiyai, Ustadh walaupun berpendidikan modern, hendaknya tetap mempertahankan metode da’wah yang telah dirintis oleh para pendahulunya, sehingga pesantren tetap steril dari hal-hal yang sifatnya munkarot.
5. Bila kita merasa bahwa dunia persekolahan “gagal” dalam mendidik anak, sebagaimana cita – cita bangsa Indonesia yaitu “Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya”, mengapa kita tidak mencoba untuk melirik cara-cara pendidikan yang dilakukan di pesantren ?. Walaupun tradisional mestinya kita mencobanya. Insya Alloh, semoga Alloh SWT memberikan jalan dan petunjuk ke arah itu. Amiin.

AGAMA ADALAH NASEHAT

Dari Abu Ruqoyyah Tamiim bin Aus Ad-Daari rodhiyallohu’anhu, sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: ”Agama itu adalah nasihat”. Kami (sahabat) bertanya: ”Untuk siapa?” Beliau bersabda: ”Untuk Alloh, kitab-Nya, rosul-Nya, pemimpin-pemimpin umat islam, dan untuk seluruh muslimin.” (HR.Muslim)

Kedudukan Hadits
Hadits ini sangat penting, karena mengandung seluruh agama.Yaitu mengandung hak Allah, hak rasul-Nya, dan hak hamba-Nya. Kewajiban penunaian hak-hak tersebut tekandung pada kata nasehat.

Lingkup Nasehat
Nasehat, pada asalnya berarti bersih dari campuran atau adanya keserasian hubungan.Pada hadits di atas, nasehat untuk umat secara umum dan para imam berarti kehendak baik dari nasih kepada mansuh, sebagaimana pengertian yang sering dipakai untuk mendefiniskan nasehat. Adapun nasehat untuk lainnya, sesuai dengan asal katanya, yaitu adanya keserasian hubungan. Dimana masing-masing memberikan hak pihak lain yang mesti ditunaikan.

1. Nasehat untuk Allah.
Adalah menunaikan hak Allah seperti telah tersebut pada pembahasan iman kepada Allah.

2. Nasehat untuk kitab-Nya.

Adalah menunaikan hak kitab-Nya Al-Qur’an, seperti, yakin bahwa Al-Qur’an kalamullah, mu’jizat terbesar diantara mu’jizat-mu’jizat yang pernah diberikan kepada para rasul, sebagai petunjuk dan cahaya. Selain itu juga membenarkan beritanya dan melaksanakan hukumnya.

3. Nasehat untuk Rasul-Nya.
Adalah menunaikan hak Rasulullah, seperti telah tersebut pada makna syahadat Muhammad rasulullah.

4. Nasehat untuk para imam.

Kata imam jika disebutkan secara mutlak maka berarti penguasa, dan adakalanya kata imam berarti ulama. Nasehat untuk para imam, meliputi imam dengan kedua arti tersebut.

Nasehat untuk penguasa adalah menunaikan haknya, seperti, taat dalam hal yang ma’ruf, tidak taat dalam kemaksiatan, tunduk dan tidak membangkang dan lain-lain yang merupakan hak penguasa yang telah dijelaskan dalam kitab dan sunah.

Nasehat untuk ulama adalah mencintai mereka karena kebaikannya dan jasanya pada umat berkat ilmunya, dan dakwahnya, menjaga kehormatan dan kewibawaannya serta menyebarkan fatwa- fatwanya.

5. Nasehat untuk awam kaum muslimin
adalah memberikan semua yang menjadi hak mereka demi terwujudnya maslahat dunia dan akherat mereka

Semua hak-hak diatas ada yang sifatnya wajib dan ada yang sunnah.

Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh
(Khan_Lirboyo)

MENJELANG AJALNYA RASULULLAH

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam."Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam",kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya" tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit. Dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu."
"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu" kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang Mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal" kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku"
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum"
"Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" -
"Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita!
Lalu, bagaimana dengan kita selalu ummatnya?...
Apabuktinya?...

PENGAKUANKU PADAMU WAHAI WANITA

Aku sulit menahan pandangan mataku
ketika melihat kalian,
apalagi jika kalian diamanahkan Allah dengan
kecantikan dan postur yang ideal,
Aku semakin susah untuk menolak agar tidak melihat kalian,
karena itu lebarkanlah serta longgarkanlah pakaian kalian
dan tutupilah rambut hingga ke dada kalian dengan kerudung yang membentang.

Aku sulit menahan pandangan mataku
ketika berbicara dengan kalian,
apalagi jika kalian diamanahkan oleh Allah
suara yang merdu dengan irama yang mendayu
karena itu tegaskanlah suara kalian
tatkala berbicara denganku.


Aku juga sulit menahan
bayangan-bayangan hati kalian,
ketika kalian dapat menjadi
tempat untuk dicurahkan segala isi hati aku,
waktu luangku kadangkala akan sering terisi
oleh bayangan-bayangan kalian,
karena itu janganlah kalian membiarkan diriku
menjadi curahan hati bagi kalian

Aku tahu,bahwa diriku insan lemah
bila harus berhadapan dengan kalian,
kekerasan hati aku dengan mudah bisa luluh
hanya dengan senyum kalian,
hati aku akan bergetar
ketika mendengar dan melihat kalian menangis.

Sungguh ALLAH telah memberikan amanah terindah kepada kalian,
maka jagalah amanah itu
jangan sampai ALLAH murka dan memberikan keputusan-Nya.

Maha Besar dan Maha Suci Allah yang tahu
akan kelemahan hati aku ini,
hanya dengan ikatan yang suci dan yang diridloi-NYA,
kalian akan menjadi halal bagi aku, dan para lelaki yg lain.

"Lalu apa yang telah aku lakukan selama ini... Allah Ya Robbana, ampunilah daku
untuk setiap pandangan yang tak terjaga,
untuk iman yang tak dipelihara,
lisan yang merayu dan hati yang tak terhijab,

Ya Rabb, Engkaulah mengawasi kami setiap detik
karena kasih sayang-Mu ya Allah kepadaku,
Engkau perintahkanlah malaikat silih berganti
menemani hamba siang dan malam
agar iman hamba dapat terjaga...
Semoga Engkau senantiasa memberikan kekuatan iman dan islam.Dan berikan senatiasa rahmat dan ridhoMU pd hamba yg dhoif ini...Aamiin Allahuma aamiin

DUHAI AKHWAT

Seorang wanita sempurna seperti setangkai mawar berduri. Dan kesempurnaan mawar adalah pada durinya. Semua kisah,puisi,syair dari klasik hingga postmodern memberi tajuk ‘mawar berduri’ untuk gambaran kesempurnaan bunga. Namun terkadang orang menganggap duri pada mawar menganggu, merusak bahkan mengurangi keindahan kelopak mawar. Padahal justru dengan duri itulah setangkai mawar jadi sempurna, terjaga, terlindungi, tak dipetik sembarang orang.

Mawar adalah wanita, sedangkan duri pada mawar adalah aturan yang melekat dari Allah bagi seorang wanita. Banyak orang mengatakan aturan yang Allah buat untuk wanita, mengekang,sulit jodoh hingga sulit mendapatkan pekerjaan. Padahal seperti duri pada mawar justru aturan itu yang melindungi, menjaga dan membuat seorang wanita mulia. Seperti duri yang jadi penyempurna mawar. Maka aturan Tuhan yang menjadi penyempurna wanita. Dan jika mawar berduri adalah mawar sempurna. Pastinya, wanita dengan aturan yang melekat dari Tuhannya pula wanita yang sempurna.

Seorang wanita sempurna seperti mawar berduri di tepi jurang. Bukan mawar di tengah taman. Jika mawar ada di tengah taman cenderung semua tangan bisa memetiknya, dari orang biasa hingga orang kurang ngajar yang nekat memetik walaupun ada tulisan “Dilarang Memetik Bunga”. Walau ada larangannya orang tetap berani memetik toh dibawah tulisan larangan itu hanya tertulis ancaman “denda sekian puluh ribu rupiah atau kurungan sekian bulan”. Tapi jika ada di tepi jurang tentu tak semua tangan berani menyentuhnya.

Maka wanita, tumbuhlah di tepi jurang. Hingga tak sembarang tangan lelaki bisa mencolekmu. Hingga jikapun suatu saat ada seorang lelaki memetikmu. Pastilah lelaki yang paling berani berkorban untukmu. Bukan sembarang tangan, bukan sembarang orang, bukan sembarang lelaki. Karena wanita bukanlah barang murah yang boleh disentuh seenaknya. Bukan barang hiasan yang bisa dipetik dengan ancaman kecil.

Dan setelahnya tak ada yang lebih indah dari mawar berduri di tepi jurang, bagi seorang lelaki berani. Seorang wanita dengan aturan dan “keterasingan” lah yang menarik minat lelaki peradaban. Tapi bagi lelaki pecundang, tentu mengambil mawar tak berduri di tengah taman lebih diinginkan. “lebih sedikit resiko” begitu kata mereka yang kalah.
Lalu terserah anda para wanita, Apakah anda berharap tangan pemberani atau hanya tangan para pecundang yang menyentuh Anda?

Rasulullah bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')."(hadits shahih riwayat Muslim)

Disaat hidayah Allah berikan, setelah seorang wanita berkata ingin menjadi mawar sempurna di tepi jurang. Dengan langkah awal menutup sempurna aurat, sesaat setelah mendengar kisah tadi. Subhanallah, jaga kami semua dalam hidayahMu Ya Rabb...

KEKUATAN HATI / QOLBU

Kalau fikiran manusia ada di otak yang terletak di kepala, dimanakah letak hati manusia? Pada zaman dahulu para pakar Sumerian Asyirian berpendapat bahwa manusia berfikir dan merasa menggunakan organ hati (liver). Hal ini dibantah oleh Aristoteles yang menganggap manusia berfikir dan berperasaan dengan jantung (heart). Kedua pendapat tersebut mempunyai pengikut masing masing, penggunaan istilah liver berkembang didaerah selatan terutama Asia, dan heart berkembang di utara terutama Eropa. Namun didaerah selatan kini pengertian hati (liver) telah menjadi rancu, mereka mengatakan hatiku sangat sakit tapi yang diurut bagian dada (lokasi jantung).

Dalam Al Qur’an A Al Hajj 46 dengan jelas dinyatakan bahwa qalbu itu berada dirongga dada ( mungkin jantung?).

al-hajj_46.png

46- maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. ( Al Hajj 46)

Rasulullah mengatakan bahwa didada manusia ada segumpal darah, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu jika dia buruk maka manusia itupun menjadi buruk pula.

didalam hati (qolbu) manusia terdapat empat ruangan yaitu:

1).Yang diinginkan.

antara lain:Ingin senang, kaya, bahagia, sukses, aman , nyaman, nikmat, serba cukup, sehat, kuat

2).Yang di takuti

diantaranya:Takut mati, miskin., susah, sengsara, melarat, hina, sakit, lemah.

3).Penyakit hati

antara lain:Musyrik, kafir, dengki, hasud, dendam, ria, sombong, takabur, malas, khianat.

4).Kekuatan hati

adalah:Iman, Taqwa, Ikhlas, sabar, jujur, amanah, santun, syukur, ridha, pemaaf, pemurah, penyayang.

Ada 4/ Empat ruang dalam hati yang mempengaruhi jalan hidup Manusia Dan tujuh tingkatan nafsu manusia menurut ajaran tasawuf.

Manusia ingin bahagia, kaya, senang, sejahtera dan takut mati, miskin, sengsara ataupun melarat. Untuk mencapai yang diinginkan dan menjauh dari yang ditakuti manusia dirongrong oleh penyakit hati yang berupa kemusyrikan, kafir, sombong, dengki, ujub, takabur, ria sifat ini ditiupkan oleh syetan kedalam hati manusia.

Jika sifat buruk yang ditiupkan syetan itu merajalela dalam hati dan hati mejadi busuk penuh penyakit maka manusia akan gagal mencapai yang diingini bahkan sebaliknya akan terjerumus kelembah yang ditakuti tersebut.

Sebaliknya jika hati dipenuhi kekuatan Iman, taqwa, tawakkal sabar, iklas, jujur, amanah dan sifat lainnya yang mendapat ridha Allah niscaya ia akan menemui apa yang diinginkan yaitu bahagia, kaya, senang, aman sejahtera.

Hati atau Qolbu adalah bagian penting dari manusia yang tetap berfungsi sejak hidup didunia sampai terus di akhirat kelak. Fungsi hati atau Qalbu tidak berhenti atau putus akibat datangnya kematian. Bagian tubuh lain seperti mata, telinga, otak dan seluruh tubuh tidak berfungsi lagi setelah datangnya kematian. Namun hati akan tetap berperan dialam barzakh, dihari berbangkit sampai dihari berhisab kelak. Hati yang jernih dan bersih akan membawa kita pada kehidupan yang sejahtera dan kekal selamanya di sisi Allah baik didunia maupun diakhirat. Hati yang kotor, busuk dan penuh penyakit akan membawa kita kepada kesulitan dan kesengsaraan abadi selama hidup didunia dan di akhirat kelak

Wallahualam bi shawab.

INDAHNYA ISLAM

Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas berkata :

• “Sesungguhnya terlalu memfasih-fasihkan bacaan adalah bid’ah. Andaikata salaf membaca Al-Qur’an seperti mereka yang suka memfasih-fasihkan bacaannya, tentu mereka tidak dapat menghatamkan Al-Qur’an dalam semalam.”

“Imam Ghazali juga pernah berkata bahwa hudhur dan khusyu’ dalam membaca Al-Qur’an tidak mungkin dapat dirasakan oleh orang yang membaca Al-Qur’an dengan terlalu memfasihkan huruf dan memberi tekanan berlebihan pada tasyhid-tasyhidnya. Andaikata kalian curahkan seluruh konsentrasi kalian untuk merenungkan makna rahmat, pujian, rububiyyah, kekuasaan Allah SWT ( al-Malik) penghambaan, permohonan, permohonan hidayah, shirotol mustaqim yang ada dalam Fatihah, maka itu lebih baik.”

• “Jika kau membaca ayat sajdah dan pada saat itu kau berada di tempat yang tidak layak untuk sujud; maka bayangkanlah seakan-akan dirimu berada di tempat yang mulia, seperti Masjidil Haram atau Masjid-masjid lainnya. Setelah itu sujudlah dengan hatimu. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam bukunya yang berjudul Al-Ghunyah mengatakan :”Jika kau berdiri mengerjakan sholat, maka bayangkanlah seakan-akan kau sedang menghadap Ka’bah dan saksikanlah Ka’bah itu dengan hatimu. Niscaya kau akan meningkat ke maqom yang lain,”

• “Setiap zaman ada 124.000 wali dan setiap wali mewarisi hal dari Nabi SAW. Di antara mereka ada yang tahu dirinya wali, tapi ada juga yang tidak tahu.”

• “Amal dan niat saleh akan menyebabkan timbulnya kewibawaan pada diri seseorang. Ia akan tampak beda dengan orang lain, ucapannya didengar dan bermanfaat. Sebaliknya, amal dan niat buruk akan menyebabkan pelakunya diselimuti kegelapan”

• “Manusia punya dua sayap yang dapat ia gunakan untuk terbabg ke tempat yang mulia, yaitu Niat dan Himmah ( semangat, tekad ). Sedangkan penghuni zaman ini berpijak pada salah satu diantara keduanya. Ada yang memiliki niat, tapi tidak memiliki himmah. Ada yang himmahnya besar, tapi belum memiliki niat. Jika seseorang punya niat, kemudian memperoleh himmah, maka Allah swt akan memperhatikannya dan akan menyampaikannya pada tujuan. Niat itu sebelum himmah dan himmah sebelum amal.”

• Imam Junaid rhm berkata :”barang siapa membuka bagi dirinya satu pintu niat baik, maka Allah swt membukakan baginya 70 pintu taufiq. Dan barang siapa membukakan untuk dirinya satu pintu niat buruk, maka Allah swt membukakan untuknya 70 pintu khidzlan ( dorongan untuk bermaksiat ).”

• Di dunia ini aku tidak pernah iri kepada seorang wali, raja atau lainnya; aku hanya iri kepada orang yang mengikuti salaf dan meneladani Nabi saw. Kebaikan terletak dalam mengikuti salaf saleh, mempelajari buku-buku mereka, dan meneladani ibadah, adab, akhlaq dan perilaku mereka. Orang yang mengikuti salaf tidak akan salah dan lelah.

• Kerjakanlah shalat karena Allah swt memerintahkannya. Jadikanlah makna segala sesuatu sebagai tujuanmu. Jangan jadikan cara pengucapan huruf ( makhraj )dan sejenisnya sebagai pusat perhatianmu dalam sholat. Tapi amati dan renungkan ( tadabbur ) makna ayat yang kau baca. Apa yang menghalangimu untuk merenungkan makna basmalah, arti rahmat ayat pertama dan makna syukur. Renungkan tentang Pemberi nikmat dan Pemelihara alam, makna rahmat di ayat ke tiga, makna raja dan penguasa, makna ibadah, pertolongan, hidayah, shirotol mustaqim dan orang-orang yang berjalan diatasnya, yaitu orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah swt. Renungkan tentang orang-orang yang berpaling, yakni orang-orang yang dimurkai Allah swt.

• “Musibah pertama yang menimpa masyarakat adalah peremehan mereka terhadap usaha menghafal Al-Qur’an. Musibah kedua adalah berpalingnya mereka dari buku-buku salaf.”

• Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tidak akan meninggalkanmu di dunia maupun di akhirat. Ilmu adalah Alat. Meskipun ilmu itu baik, tapi hanyalah alat, bukan tujuan. Ilmu digunakan hanya untuk mencapai tujuan. Ilmu harus diiringi adab, akhlaq danniat-niat saleh. Ilmu demikian inilah yang dapat mengantarkan seseorang kepada maqam-maqam yang tinggi.

• Pelajarilah ilmu, tanamkan dalam hati niat untuk mengamalkannya, maka Allah swt akan mengembalikan semua yang hilang dari kalian.

• Jika kau membaca sesuatu dan tidak dapat memahaminya, atau hatimu tidak hadir sewaktu membacanya, maka ulangila lagi di waktu yang lain. Sebab setiap waktu memilki rahasia yang berbeda.

• Barang siapa mendahulukan ikhlas sebelum amal, maka ia tidak akanbisa beramal. Tapi hendaknya ia beramal, kemudian menuntut dirinya untuk ikhlas. Seseorang tidak seharusnya menuntut kesempurnaan, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab jika ia menuntut kesempurnaan dari dirinya, ia tidak akan beramal. jika ia menuntut kesempurnaan dari orang lain, ia tidak akan memandang mulia seorang pun, ia bahkan akan memandang rendah semua orang.

• Setiap kebajikan terasa berat bagi “NAFS”. Tapi jika dipaksakan, ia akan terbiasa dan dapat mengerjakannya dengan mudah. Sebagian orang jika melihat “NAFS”nya benci pada perbuatan baik, ia mengikuti “NAFS”nya dan cenderung kepadanya. Ia selalu berbuat demikian, hingga tidak mampu lagi berbuat baik. Akhirnya, hatinya menjadi keras. Sebenarnya jika hati mau menghadap Allah swt, Allah swt akan menghadap kepadanya. Jika berpaling, Allah swt pun akan berpaling darinya. Sifat “NAFS” adalah suka menentang dan mudah bosan. Jika kau membiasakannya dengan kebaikan, ia akan menjadi baik; tapi jika kau membiasakannya dengan keburukan, ia akan menjadi buruk.

• Manusia hendaknya menyibukkan “NAFS”nya dengan amal-amal yang bermanfaat baginya. “NAFS” akan terbiasa dengan apa yang dibiasakan kepadanya. Orang yang terbiasa banyak bicara, menghadiri majelis yang penuh kelalaian dan permainan, maka hatinya merasa berat untuk membaca Al-Qur’an.

• Hati yang bersih siap menerima karunia-karunia Allah swt. Sedang hati yang kotor tidak dapat menampung karunia Allah swt.

• Hati manusia seperti Baitul Ma’mur. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang thawaf mengelilinginya hingga hari kiamat. Dalam 24 jam hati 70.000 bisikan dan setiap bisikan dipegang oleh seorang malaikat.

• Orang yang berharta, hendaknya banyak berderma dan bersedekah di jalan Allah swt. Yang berilmu, hendaknya mencurahkan semua tenaganya untuk mengajar. Yang mempunyai kedudukan, hendaknya berusaha mendamaikan orang-orang yang dizalimi. Yang berdagang dan menekuni pekerjaan lainnya, hendaknya jujur kepada kaum muslimin dan melakukan pekerjaannya dengan sempurna.

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaknya memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah swt kepadanya. Allah swt tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah swt berikan kepadanya. Allah swt kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.(QS Ath-Thalaq, 65:7).

• Di dunia ini manusia harus memiliki empat sifat :

1. Sabar terhadap yang dibenci dan disukai.

2. Melayani dengan baik dan memuaskan hati(jabr) orang yang baik maupun jahat.

3. Memiliki akal yang dapat membedakan segala sesuatu.

4. Memilki niat saleh dalam semua hal agar tercapai keinginannya.

• Jika seseorang ingin memperoleh rasa takut kepada Allah swt, maka hendaknya ia melihat orang yang memilki rasa takut. Jika ingin khusyu’ maka hendaknya ia melihat orang yang khusyu’. Manusia adalah magnet untuk dirinya dan orang lain. Manusia biasanya mencuri watak orang yang dilihatnya.

• Hanya prasangka baik kepada Allah swt dan hamba-hambanyalah yang dapat membuka pintu-pintu kebajikan.

“Dua hal yang tidak ada sebuah kebaikan pun yang dapat mengungguli keduanya, yaitu prasangka baik kepada Allah swt dan prasangka baik kepada makhluk Allah swt. Dan dua hal yang tidak ada sebuah keburukan yang dapat mengunggulinya, yaitu prasangka buruk kepada Allah swt dan prasangka buruk kepada makhluk Allah swt.” (Al-Hadits)

• Setiap orang memiliki 360 urat. Ada urat yang akan mendorongnya untuk berbuat kebaikan, dan ada yang akan menggerakkannya untuk berbuat kejahatan. Jika melihat orang saleh, urat-urat kebaikan akan menggerakkannya untuk berbuat baik. Jika melihat orang durhaka, maka urat-urat keburukannya akan menggerakkannya untuk berbuat jahat.

• Orang yang mudah iri, menyangka bahwa semua orang iri; orang yang suka bermaksiat menyangka bahwa semua orang suka bermaksiat; dan orang yang saleh menyangka semua orang gemar berbuat kebaikan.

• Jika kau memandang seorang yang saleh dan istiqomah, khusyu’ dan wara’, lalu kau bandingkan akhlaqmu dengan akhlaqnya. Amalmu dengan amalnya, keadaanmu dengan keadaannya; maka kau akan mengetahui aib dan kekuranganmu. Setelah itu akan mudah bagimu untuk memperbaiki ucapan dan perbuatanmu yang salah, lahir maupun batin. Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk bergaul dengan orang-orang yang saleh dan mulia, serta dilarang bergaul dengan selain mereka. Sebab watak seseorang akan mencuri watak orang lain. Jika tidak kau temukan teman duduk yang saleh, pelajarilah buku, sifat, riwayat hidup dan semua prilaku kaum sholihin.

• Ada dua orang yang tidak boleh kau pegang pendapatnya, yaitu orang yang selalu mengikuti kata hatinya dan orang yang tidak melaksanakan pendapatnya sendiri.

• Jangan berselisih dengan anakmu dan jangan pula bersikap keras kepadanya. Ajak dan perintahkan untuk berbuat kebaikan. Jika ia tidak patuh, jauhilah dia dengan santun dan penuh perhatian.

• Habib abu Bakar bin Abdullah Al-Atthas dahulu melarang seseorang bergaul dengan Ahli bid’ah, orang-orang yang aqidahnya menyimpang dan orang-orang yang merendahkan kaum sholihin, Para Wali dan Ulama. Jika melewati tempat yang ada orang-orang yang memiliki salah satu sifat di atas, beliau menutupi kepalanya dan berjalan dengan cepat.

• Sholatlah di belakang orang yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh, dan sholatkanlah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illalloh. ( Hadits )

• Orang –orang di Zaman akhir ini lebih mengutamakan harta mereka dibanding diri mereka sendiri. Mereka kikir dan tidak memperdulikan apa yang menimpa mereka. Mereka abaikan Hak Allah swt, Allah swt pun lalu menundukkan mereka di bawah kekuasaan orang yang tidak mengasihi mereka. Adapun orang-orang terdahulu, mereka menjadikan harta mereka sebagai perisai dan pelindung dari segala bencana.

• Jika seseorang senantiasa taat, maka Allah swt akan memberinya rejeki. Allah swt tidak akan membiarkannya begitu saja tanpa harta.Allah swt telah memberi kalian rejeki, tapi kalian menghambur-hamburkan rejeki itu bukan pada tempatnya. Tunaikanlah kewajiban zakat, janganlah kalian kurangi.

• Segala kesedihan yang dapat hilang dengan uang, bukanlah kesedihan.

• Jika dalam hatimu terlintas bisikan buruk atau ajakan untuk bermaksiat, angkatlah kepalamu ke langit lalu ucapkan :”Allah….. dengan satu nafas. Perbuatan ini akan membakar dan menghapus dengan seketika bisikan-bisikan buruk dalam hati. Hikmah dari menengadahkan kepala ke langit adalah karena setan tidak dapat mendatangi manusia dari atas kepalanya. Allah Ta’ala berfirman : “Kemudian Saya (iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.(QS Al-A’raf, 7:17). Allah swt tidak mengatakan bahwa iblis akan mendatangi mereka dari atas.

• Habib Ahmad bin hasan Al-Atthas selalu membaca surat Al-Waqiah di waktu Ashar. Beliau berkata :”Sayyidil Wujud (Nabi Muhammad saw) lah yang memerintahkanku untuk membacanya di waktu Ashar.”
mengenai shalawat ataupun dzikir lisan atau dihati, boleh dilakukan dimana saja kecuali di toilet tidak dibenarkan untuk dilafadzkan. Sayyidina Abubakar Asshiddiq ra tidak pernah bisa berhenti dari berdzikir, hingga jika ia masuk ke toiletnya ia memasukkan batu dimulutnya supaya lidahnya berhenti selama ia dalam toilet.

teriwayatkan sabda Nabi saw kertika seorang bertanya tentang amal yg mulia, Rasul saw menjawab : jadikan bibirmu selalu basah dari dzikrullah.


mengenai shalawat ataupun dzikir lisan atau dihati, boleh dilakukan dimana saja kecuali di toilet tidak dibenarkan untuk dilafadzkan. Sayyidina Abubakar Asshiddiq ra tidak pernah bisa berhenti dari berdzikir, hingga jika ia masuk ke toiletnya ia memasukkan batu dimulutnya supaya lidahnya berhenti selama ia dalam toilet.

teriwayatkan sabda Nabi saw kertika seorang bertanya tentang amal yg mulia, Rasul saw menjawab : jadikan bibirmu selalu basah dari dzikrullah.

shalawat adalah paduan antara dzikurllah (karena padanya nama Allah), juga doa untuk nabi saw, maka dimanapun anda berada boleh dibaca.

(Dikutip dari buku “Sekilas tentang Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas; Novel Muhammad Al-Aydrus)