JANGAN SUKA MENGKAFIRKAN ORANG LAIN

Di saat ini banyak orang yang sudah tidak mengindahkan lagi cara dakwah Qur'ani. Mudah mengkafirkan,fasih mencaci,mengklaim sesat,menyatakan bid'ah,melaknat, memfitnah, padahal mereka adalah sesama muslim.

Dulu da'i-da'i kita telah berjuang mati-matian menyebarkan Tauhid dan mengislamkan orang-orang kafir,namun kenapa sekarang orang yang sudah Islam malah justru dikafir-kafirkan dan dituduh syirik?
Bukankah kita hanya diwajibkan menghukumi sesuatu dari yang tampak saja?
Sedangkan masalah batin biarkan Allah yang menghukumi nanti.
Kita sama sekali tidak diperintahkan untuk membelah dada setiap manusia agar mengetahui kadar iman yang dimiliki setiap orang.


Mari kita renungi kembali surat Thaha ayat 44 yaitu Perintah Allah swt. kepada Nabi Musa dan Harun –'alaihimassalam– saat mereka akan pergi mendakwahi fir'aun. Allah berfirman (QS.Surat Thoha ayat 44)
((فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى))
"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut."

Bayangkan, fir'aun yang jelas-jelas kafir laknatullah, namun saat dakwah dengan orang seperti ia pun harus tetap dengan kata-kata yang lemah lembut.
Lalu apakah kita yang hidup di dunia sekarang ini ada yang lebih Islam dari Nabi Musa dan Nabi Harun? Atau adakah orang yang saat ini lebih kafir dari fir'aun sehingga Al-Qur'an pun merekam kekafirannya hingga kini?
Lantas alasan apa bagi kita untuk tidak menggunakan dahwah dengan metode Al-Qur'an? Yaitu dengan Hikmah, Nasehat yang baik, dan Diskusi menggunakan argumen yang kuat namun tetap sopan dan santun?


Maka dalam dakwah yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana cara kita agar mudah menyampaikan kebenaran Islam ini. Oleh karenanya, jika sekarang kita dapati ada orang yang kafir, bisa jadi di akhir hayatnya Allah akan memberi hidayah kepadanya sehingga ia masuk Islam.

Bukankah Umar bin Khattab dulu juga pernah memusuhi Rasulullah? Namun Allah berkehendak lain,sehingga Umar pun mendapat hidayah dan akhirnya memeluk Islam.
Lalu jika sekarang ada orang muslim, bisa jadi di akhir hayatnya Allah mencabut hidayah darinya sehingga ia mati dalam keadaan kafir. Na'udzubillah tsumma Na'udzubillahi min Dzalik.

Karena sesungguhnya dosa pertama yang dilakukan iblis adalah sombong dan angkuh serta merasa diri sendiri paling suci sehingga tak mau menerima kebenaran Allah dengan sujud hormat kepada nabi Adam –'alaihissalam–.
Oleh karena itu, bisa jadi Allah mencabut hidayah dari seorang muslim yang tinggi hati lalu memberikannya kepada seorang kafir yang rendah hati.
Segalanya tiada yang mustahil bagi Allah!


Marilah kita pertahankan akidah Islam yang telah kita peluk ini, dan jangan pernah mencibir ataupun "menggerogoti" akidah orang lain yang juga telah memeluk Islam serta bertauhid. Kita adalah saudara seislam seagama. Saling mengingatkan adalah baik, saling melindungi akidah sesama muslim adalah baik. Marilah kita senantiasa berjuang bahu-membahu demi perkara yang baik-baik saja.
Wallahu Ta'ala A'la Wa A'lam Bis-Shawab.

RASULULLAH MELARANG UMATNYA MINUM SAMBIL BERDIRI


Alasan Rasulallah Melarang Umatnya Minum Sambil Berdir
i:

gambar
Dalam hadist disebutkan:“janganlah kamu minum sambil berdiri”.
Dari segi kesehatan. Air yang masuk dengan cara duduk akan disaring oleh sfringer. Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup.


Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal. Jika kita minum sambil berdiri. Air yang kita minum otomatis masuk tanpa disaring lagi. Langsung menuju kandung kemih. Ketika menuju kandung kemih itu terjadi pengendapan di saluran speanjang perjalanan (ureter). Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter inilah awal mula munculnya bencana.

Betul, penyakit kristal ginjal. Salah satu penyakit ginjal yang sungguh berbahaya. diduga diakibatkan karena Susah kencing, jelas hal ini berhubungan dengan saluran yang sedikit demi sedikit tersumbat tadi.

Dari Anas r.a. dari Nabi saw.: "Bahwa ia melarang seseorang untuk minum sambil berdiri". Qatadah berkata, "Kemudian kami bertanya kepada Anas tentang makan. Ia menjawab bahwa hal itu lebih buruk."

Pada saat duduk, apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lambat. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan disfungsi pencernaan.

Adapun rasulullah saw pernah sekali minum sambil berdiri, maka itu dikarenakan ada sesuatu yang menghalangi beliau untuk duduk, seperti penuh sesaknya manusia pada tempat-tempat suci, bukan merupakan kebiasaan. Ingat azas darurat!

Manusia pada saat berdiri, ia dalam keadaan tegang, organ keseimbangan dalam pusat saraf sedang bekerja keras, supaya mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya, sehingga bisa berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini merupakan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai ketenangan yang merupakan syarat terpenting pada saat makan dan minum.

Ketenangan ini hanya bisa dihasilkan pada saat duduk, di mana syaraf berada dalam keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam keadaan siap untuk menerima makanan dan minum dengan cara cepat.

Makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi ini apabila terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan tidak berfungsinya saraf (vagal inhibition) yang parah, untuk menghantarkan detak mematikan bagi jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.

Begitu pula makan dan minum berdiri secara terus-menerus terbilang membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa berbenturan dengan makanan atau minuman yang masuk.

Sebagaimana kondisi keseimbangan pada saat berdiri disertai pengerutan otot pada tenggorokkan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara mudah, dan terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu fungsi pencernaan, dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.

Diriwayatkan
:
ketika Rasulullah s.a.w. dirumah Aisyah r.a.sedang makan daging yang dikeringkan diatas talam sambil duduk bertekuk lutut, tiba-tiba masuk seorang perempuan yang keji mulut melihat Rasulullah s.a.w. duduk sedemikian itu lalu berkata: "Lihatlah orang itu duduk seperti budak." Maka dijawab oleh Rasulullah s.a.w.: "Saya seorang hamba, maka duduk seperti duduk budak dan makan seperti makan budak." Lalu Rasulullah s.a.w. mempersilakan wanita itu untuk makan. Adapun duduk bertelekan (bersandar kepada sesuatu) telah dilarang oleh Rasulullah sebagaimana sabdanya, "Sesungguhnya Aku tidak makan secara bertelekan" (HR.Bukhari).

sekedar wawasan.

MARI SENANTIASA BERDZIKIR

Ibnu Abbas RA meriwayatkan, zikir kepada Allah merupakan ibadah terbesar dibandingkan ibadah lainnya. Bahkan, Allah SWT memberikan jaminan langsung kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa berzikir kepada-Nya. “Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (QS al-Baqarah [2]: 152).

Zikir adalah satu amal ibadah yang sangat strategis bagi umat Islam untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Dengan berzikir, Allah pun langsung mengingat kita. Karena itu, semakin banyak kita mengingat Allah, semakin kuat pula Allah mengingat kita. Dalam Alquran, Allah memerintahkan umat Islam untuk senantiasa memperbanyak zikir kepada-Nya. “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS al-Ahzab [33]: 41).

Zikir harus dilakukan setiap saat, kapan pun, di mana pun, dan dalam keadaan bagaimanapun. Karena, Allah akan memberikan beragam keutamaan kepada orang yang banyak mengingat-Nya. Bahkan, Allah akan memberikan sesuatu yang lebih baik kepada ahli zikir. Dalam Hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, “Siapa yang menyibukkan diri dengan mengingat-Ku, daripada meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberikan kepadanya sesuatu yang lebih baik dari yang diberikan kepada orang yang meminta.” (HR Bukhari).

Karena itu, pantaslah jika seorang sahabat Nabi, Muadz bin Jabal, berkata, “Penghuni surga tidak menyesali apa pun selain waktu yang mereka lewatkan tanpa berzikir kepada Allah.” Subhanallah, sedemikian agungnya faedah zikrullah. Masihkah kita enggan untuk melakukannya? Rasanya, tak seorang Muslim pun yang tidak mengerti tentang zikir. Tetapi dalam praktiknya, mayoritas umat Islam masih enggan untuk melakukannya. Hal ini bisa kita saksikan dari semakin banyaknya huru-hara, tawuran antarwarga, pencurian, perjudian, penipuan, dan korupsi.

Fakta yang paling nyata adalah masih banyak umat Islam yang interaksinya dengan Alquran dan masjid sangat kurang dan memprihatinkan. Padahal, seorang Muslim akan terjamin mampu melakukan zikir dengan benar dan konsisten manakala dirinya memiliki interaksi yang baik dengan Alquran dan masjid.
Hanya dengan Alquran, seorang Muslim akan memperoleh kebahagiaan. Dan, hanya melalui Masjid seorang Muslim dapat dikatakan benar-benar beriman. Itulah mengapa bangunan yang pertama dibangun oleh Rasulullah SAW adalah masjid.
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Maka, merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang2 yg mendapat petunjuk.”(QS at-Taubah [9]: 18).

(Imam Nawawi)

CEMASKANLAH 5 HAL

ASSALAMU’ALAIKUM WAROHMATULLAH.....

Alhamdulillah, setelah sekian lama vacum dari dunia blog, hikmah kutbah jumat hari ini menarik saya untuk kembali berbagi nasehat dan hikmah.

Khutbah Shalat jumat di Masjid Nurrut Taqwa (Perumahan Istana Bunga Dewandaru, Malang) diambil dari nasehat Hasan Basri yang mengajak kita untuk merenungi 5 hal yang paling pantas untuk selalu kita cemaskan. antara lain:

1. Ibadah kita

Adakah ibadah kita selama ini cukup pantas untuk diterima Allah SWT. Ataukah jangan-jangan shalat yang begitu banyak kita kerjakan itu hanyalah gerakan tanpa makna. Dan ataukah puasa dan amal kita hanyalah penghias hasrat semata. Bukankah misi hidup manusia didunia adalah beribadah pada ALLAH? lalu apa gunanya kita jika semua ibadah kita tidak diterima oleh ALLAH. Selayaknya kita selalu meminta pada ALLAH untuk memperbaiki ibadah kita dan terus menjaga niat kita hanya untukNya.

2. Dosa-dosa kita

Sudah berapa banyak dosa yang kita lakukan selama kita hidup? Segala yang besar berasal dari yang kecil. kadang kita tertipu oleh dosa-dosa kecil. merasa dosa kecil tidaklah terlalu besar dampaknya. padahal semua yang besar berasal dari yang kecil. Bagaimana jika ibadah kita yang pas-pasan senantiasa dikikis oleh dosa yang membesar?

Semoga ALLAH senantiasa menjaga kita dari dosa kecil dan besar.

3. Surga dan Neraka

Surga dan neraka adalah konsekuensi dan keniscayaans hidup manusia setelah hari perhitungan. Hanya ada dua tempat itulah tempat kita kembali nanti.

Sudahkah kita tahu betapa dasyatnya siksa neraka? dan sudahkah kita yakin akan kenikmatan surga?

Sudahkah kita pantas memasuki surga? dan sudahkah kita yakin bisa terhindar dari siksa neraka?

Semoga tempat kembali kita adalah tempat terbaik disisi ALLAH SWT

4. Masa lalu dan masa depan


Masa lalu adalah pelajaran berharga yang harus kita ingat baik-baik. sedangkan masa depan adalah sesuatu yang tidak pernah kita ketahui. Untuk itu, setiap hari kita diingatkan oleh ALLAH melalui setiap shalat kita untuk senantiasa diberikan petunjuk menapaki jalan yang lurus.

5. Keridloan Allah atas semua tindakan kita

Dari semua hal yang kita lakukan dahulu, sekarang maupun yang akan datang, adakah kita yakin bahwa semua itu mendatangkan ridlo ALLAH? ataukah hanya hal sekedarnya yang tidak ada nilainya, atau bahkan membawa murka ALLAH? kita perlu senantiasa memperhatikan apa yang sedang dan kita lakukan. bisa jadi hal kecil yang kita lakukan dapat membawa nilai besar disisi ALLAH. baik itu nilai kebaikan, maupun nilai keburukan.

WASSALAMU'ALAIKUM.........

SIAPA ORANG YANG PALING TENANG ITU ?

Mengapa orang beriman jauh dari stress,frustasi apalagi bunuh diri(kecuali orang kafir QS 3:185)?

Karena orang beriman yakin segala peristiwa, Allah putuskan dengan rahmat, ilmu dan kebijakannya, berarti segala peristiwa ada rahmat dan hikmah-Nya (QS 57:22).

Sakit itu ampunan dosa, musibah itu derajat, kematian itu ridho-Nya, masalah demi masalah "tarbiyatur rabbani" pengajaran-Nya... pantaslah Rasulullah menyebut orang beriman itu "Sakkaanun" manusia tertenang dari goncangn dunia, SubhanAllah.

Allahumma ya Allah hamba bukan menolak takdir ujian-Mu, takdir Mu adalah takdir-Mu, tetapi mohon beri hamba "al lutfu" kekuatan, kesabaran, keikhlasan dan kecerdasan menangkap bahasa hikmah dibalik semua takdir-Mu... Aamiin

PERBANYAK AMALAN DI BULAN RAMADHAN

Sebaik-baik amalan di bulan Ramadhan ialah sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah r.a:
Sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: “Apabila datang bulan Ramadhan, maka tibalah bulan yang memberi berkat, iaitu diwajibkan oleh Allah S.W.T ke atas kami berpuasa sebulan di bulan Ramadhan, dibuka pintu syurga dan ditutup pintu neraka jahannam, diikat syaitan-syaitan di bulan Ramadhan, ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sesiapa yang memuliakan, maka ia mendapat kemuliaan daripada Allah”.


Oleh karena itu pada bulan yang mulia ini hendaklah kita senantiasa melakukan sebanyak mungkin amalan kebajikan selagi mampu kerana setiap amalan yang dilakukan pada bulan ini akan dilipatgandakan pahalanya.Amalan2 yang boleh boleh dilakukan pada bulan Ramadhan adl diantaranya dg memperbanyakkan membaca al-Quran secara tadarus berkumpulan atau secara sendirian, berdoa, solat sunat dan terawih secara berjamaah di surau atau di masjid, sedekah dan bersahur. Ini karena ada sebuah hadist yang menyebut bahawa:

“Orang yang sembahyang pada bulan Ramadhan, setiap kali sujud, akan dikurniakan kepadanya 1700 kebajikan, dan dibinakan rumah di dalam syurga daripada permata. Bagi orang yang berpuasa dan beribadah 70 ribu malaikat akan meminta ampun baginya daripada pagi hingga tenggelam matahari dan dibina sebuah mahligai baginya”.

Selain itu, terdapat juga hadis dari Jabir dari Nabi s.a.w:
“Apabila malam terakhir dari bulan Ramadhan datang, maka menangislah seluruh langit, bumi dan para malaikat, kerana musibah yang akan menimpa umat Muhammad” Rasulullah s.a.w ditanya: “Musibah apakah ya Rasulullah?” Nabi s.a.w menjawab: “Perginya bulan Ramadhan,karena di dalam bulan Ramadhan itu semua doa-doa dikabulkan, semua sedekah diterima dan semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya serta siksa pun dihentikan”. “Apakah ada musibah yang lebih besar daripada perginya bulan Ramadhan?”, “Kalau semua langit dan bumi menangis demi kepentingan kita, maka tentu kita lebih banyak menangis dan lebih menyayangkannya karena terputusnya segala keutamaan dan kemuliaan”.



Hadist ini menunjukkan bahawa amalan-amalan orang yang berpuasa senantiasa dalam perhatian Allah S.W.T. dan barangsiapa yang banyak berdoa dan ikhlas dalam amalannya,nisscaya Allah akan mengabulkan doa orang-orang yang bertakwa.
Seterusnya terdapat hadist daripada Abu Hurairah r.a :“Aku dengar Rasulullah s.a.w bersabda: “Jangan kamu tolak orang yang meminta walaupun dia kafir”, kata seorang sahabat, “Ya Rasulullah! Adakah kami bersedekah dengan sesuatu dari harta kami kepada orang kafir?”, Jawab Nabi: “Mereka juga adalah makhluk Allah. Hakikatnya sedekah itu jatuh pada tangan Tuhan Yang Maha Merahmati”.

Ini menjelaskan bahawa amalan bersedekah ini sangat dimuliakan di sisi Allah walaupun sedekah tersebut diulurkan kepada orang kafir. Ini karena yang dinilai di sisi Allah ialah keikhlasan hati seseorang dalam mengulurkan hartanya kepada orang lain dan keikhlasannya dalam melaksanakan sesuatu ibadah.

Meneladani sifat Ar Rahman dan Ar Rahim di sisi Allah S.W.T, di mana dengan sifat Ar-Rahman yaitu penyayangnya Allah kepada makhluk di syariatkan sedekah yang boleh diluaskan pemberiannya kepada semua makhluk sekalipun kafir. Begitu juga dengan sifat Ar Rahim yaitu Maha Pengasihnya Allah kepada orang-orang yang beriman kepadaNya,dikiaskan dengan pelaksanaan ibadah zakat yang hanya dikhususkan kepada umat Islam memberi dan menerimanya.

Sesungguhnya Islam itu tidak membebankan hambanya. Oleh itu orang yang berpuasa juga digalakkan melakukan amalan bersahur pada pertengahan malam sehingga terbit fajar dan sunat dilewatkan. Ini bagi mengelakkan mereka dari merasa lapar ketika melakukan ibadah puasa pada keesokan harinya.

Dari Zaid bin Thabit berkata: “Kami bersahur bersama Rasulullah s.a.w, lalu kami berdiri untuk menunaikan solat, saya bertanya: “Berapakah jarak antara keduanya?” Ujar Nabi s.a.w: “50 ayat (lebih kurang 15 minit)”.
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

أهلا يا رمضان
Ihsan Mimbar Ulama

BEBERAPA CARA MENENANGKAN HATI

Betapa mahalnya harga ketenangan jiwa. Banyak yang mengorbankan apa saja untuk mendapatkannya. Namun, tak sedikit juga yang keliru. Lihat saja apabila seseorang ingin mendapatkan ketenangan jiwa, sangup menghabiskan masa berjam-jam untuk berhibur sambil mengambil minuman keras. Tak sedikit yang menghabiskan wang ribuan ringgit untuk mendapatkan pil penenang. Sementara, ketenangan yang diperolehi hanya sebentar saja. Akibatnya bukan ketenangan jiwa yang diperolehi tetapi kerosakan dan kehancuran yang diterima.

Kehidupan setiap hari dengan berbagai-bagai masaalah menyebabkan seseorang mendapat stress, risau, bimbang, gangguan emosi dan kemurungan. Kehidupan yang mencabar, keperluan dan tuntutan kehidupan yang meningkat, kos sara hidup yang tinggi kesemuanya menyumbang kepada keadaan jiwa yang tidak tenang dan memberikan tekanan jiwa yang amat membimbangkan. Apabila keadaan ini tak dapat dikawal dikhuatiri berbagai masaalah yang akan timbul, dan kadangkala boleh mengakibatkan seseorang itu bertindak diluar batasan manusia yang sihat. Contohnya faktor bunuh diri, penderaan seksual, penyiksaan fizikal terhadap kanak-kanak dan pembantu rumah,membuang dan membunuh bayi yang baru dilahirkan, hinggakan ianya boleh sampai keperingkat membunuh orang lain.

Hakikat sebenarnya, tak ada seorang pun boleh terlepas dari masaalah kehidupan. Itulah sunatullah yang berlaku di dunia. Kekayaan, pangkat dan kedudukan takkan mampu menghalanginya.

Namun, Islam memberikan penyelesaian terhadap tekanan hidup itu agar jiwa menjadi tenang. Tak ada istilah stress atau kecewa bagi seorang Mukmin. Persoalannya Islam telah memberikan penyelesaian untuk menghadapi tekanan hidup. Berikut adalah langkah-langkah yang boleh dilakukan untuk mendapat ketenangan jiwa:

1. Membaca dan mendengarkan kitab suci al-Qur’an :


Suatu ketika seseorang datang kepada Ibnu Mas’ud, salah seorang sahabat utama Rasulullah s.a.w.. Ia mengeluh, “Wahai Ibnu Mas’ud, nasihatilah aku dan berilah ubat bagi jiwaku yang gelisah ini. Hari-hariku penuh dengan perasaan tak tenteram, jiwaku gelisah, dan fikiranku kusut. Makan tak lalu, tidur pun tak lena,” kata orang tersebut.

Ibnu Mas’ud menjawab, ”Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat :

Pertama, tempat orang membaca al-Quran. Engkau baca al-Quran atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya.

2) Engkau pergi ke majlis ilmu yang mengingatkan hatimu kepada Allah.

3) Engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat mengabdikan diri kepada Allah.

Nasihat sahabat Nabi itu segera dilaksanakan orang tersebut. Sampai saja di rumah, segera ia berwudhu kemudian diambilnya al-Qur’an dan dibacanya dengan khusyuk. Selesai membaca, ia segera dapati hatinya memperoleh ketenteraman, dan jiwanya pun tenang. Fikirannya segar kembali, hidupnya terasa seronok kembali. Padahal, ia baru melaksanakan satu dari tiga nasihat yang disampaikan sahabat Rasulullah s.a.w tersebut.

2. Menyayangi orang miskin :


Rasulullah s.a.w memerintahkan kepada Muslim yang punya kelebihan harta untuk memberikan perhatian kepada orang miskin. Ternyata, sikap dermawan itu boleh mendatangkan ketenangan jiwa. Mengapa? Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa para Malaikat selalu mendoakan orang-orang dermawan:

Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya :“Setiap pagi hari dua Malaikat senantiasa mendampingi setiap orang. Salah satunya mengucapkan do’a: ‘ Ya Allah! Berikanlah balasan kepada orang yang bersedekah. Dan Malaikat yang kedua pun berdo’a :’ Ya Allah! Berikanlah kepada orang yang kedekut itu kebinasaan.”

Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang dermawan itu memperoleh dua balasan. Pertama, ia mendapatkan ganjaran atas apa yang diberikannya kepada orang lain. Kedua, mendapatkan limpahan ketenangan jiwa dan belas kasihan dari Allah s.w.t.

3. Melihat orang yang di bawah, jangan lihat orang di atas :

Ketenangan jiwa akan diperoleh jika kita senantiasa bersyukur atas segala pemberian Allah s.w.t, meskipun nampak sedikit. Rasa syukur itu akan muncul bila kita senantiasa melihat orang-orang yang lebih rendah taraf kehidupannya dari kita, baik dalam segi harta kekayaan, tahap kesihatan, rupa paras, pekerjaan dan pendidikannya. Betapa ramai di dunia ini orang yang kurang bernasib baik. Rasa syukur itu selain mendatangkan ketenangan jiwa, juga akan mendapat ganjaran dari Allah s.w.t.

Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud :

“Siapa yang tidak bersyukur dengan pemberian yang sedikit, dia juga tidak akan bersyukur dengan pemberian yang banyak. Siapa yang tidak mensyukuri manusia, bererti dia juga tidak mensyukuri Allah. Memperkatakan nikmat Allah adalah tanda syukur, dan mengabaikannya adalah kufur. Berjemaah itu dirahmati, sedangkan berpecah belah itu mengundang azab.”

(Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad)

4. Menjaga perhubungan silaturahim :

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang memerlukan perhubungan sesama manusia, untuk bantu membantu sesama mereka. Berbagai keperluan hidup tak mungkin diperolehi tanpa bantuan orang lain. Oleh itu, di dalam hadis Rasulullah s.a.w diperintahkan untuk tetap menjalin hubungan silaturahim, sekalipun terhadap orang yang melakukan permusuhan.

Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda bahwa silaturahmi dapat memanjangkan umur dan memurahkan rezeki . Hubungan yang baik di dalam keluarga, maupun dengan jiran tetangga akan mendatangkan ketenangan, kedamaian dan kemesraan. Hubungan yang baik itu juga akan menyelesaikan berbagai masaalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud, “Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaklah dia bersilaturahim (menjalinkan hubungan baik) nescaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezeki, ditambah umurnya dan Allah s.w.t. memasukkan ke dalam Syurga.”(Hadis Riwayat Ar-Rabii)

5. Banyak mengucapkan kalimah “la hawla wa la quwwata illa billah.” dan berzikir kepada Allah.

Sumber ketenangan jiwa yang hakiki adalah bersumberkan dari Allah s.w.t. Oleh itu hendaklah kita selalu menghubungkan hati dengan Allah s.w.t. dalam semua keadaan, baik dalam keadaan senang maupun susah. Banyakkanlah berzikir dan membaca kalimah-kalimah Allah. Perhubungan yang kuat dengan Allah s.w.t. akan membuat jiwa seseorang menjadi kuat, tak mudah diganggu gugat oleh sesiapa pun, apabila hati sentiasa mengingati Allah maka syaitan laknatullah tidak akan dapat mempengaruhi hati dan fikiran kita.

6. Mengatakan kebenaran walaupun ianya pahit didengar :


Hidup ini harus dijaga agar senantiasa berada di atas jalan kebenaran. Kebenaran harus diperjuangan. Pelanggaran terhadap kebenaran akan mendatangkan kegelisahan. Ketenangan jiwa akan terbina apabila kita tidak melanggar nilai-nilai kebenaran. Sebaliknya, pelanggaran terhadap kebenaran akan berpengaruh terhadap ketenangan jiwa. Lihat saja orang-orang kerap berbuat maksiat, kehidupannya dipengaruhi kegelisahan.

7. Sentiasa berlapang dada terhadap kecaman orang lain asalkan yang kita lakukan benar-benar kerana Allah :


Salah satu faktor yang membuat jiwa seseorang tidak tenang adalah kerena selalu mengambil perhatian kecaman orang lain terhadap dirinya. Sedangkan seseorang akan memiliki pendirian yang kuat jika berpegang kepada prinsip-prinsip yang datang dari Allah s.w.t. iaitu Islam sebagai cara hidup. Sekiranya kita ikuti apa yang berlaku di dunia sekarang ini, ianya akan menganggu ketenagan jiwa kita.

8. Tidak meminta-minta kepada orang lain :


“Tangan di atas (memberi) lebih mulia dari tangan di bawah” adalah hadis Rasulullah s.a.w yang memotivasi setiap mukmin untuk hidup berdikari. Tidak bergantung dan meminta-minta kepada orang lain, kerana jiwanya akan kuat dan sikapnya lebih berani dalam menghadapi kehidupan. Sebaliknya, orang yang selalu meminta-minta menggambarkan jiwa yang lemah. Hal ini tentu membuat jiwanya tidak tenang.

9. Menjauhkan diri dari berhutang :

Dalam sebuah hadis Rasulullah s.a.w dengan tegas mengatakan yang bermaksud : “Janganlah engkau jadikan dirimu ketakutan setelah merasakan keamanan!”

(Para sahabat) bertanya:” Bagaimana boleh terjadi seperti itu!”

Sabdanya :” Kerana hutang.”

Begitulah kenyataanya. Orang yang berhutang akan senantiasa bimbang dan risau, kerena ia akan didatangi oleh orang yang memberi hutang kepadanya. Inilah salah satu faktor yang membuat banyak orang mengalami tekanan jiwa. Rasulullah s.a.w juga mengatakan dalam hadisnya yang bermaksud : “Hendaklah kamu jauhi hutang, kerena hutang itu menjadi beban fikiran di malam hari dan rasa rendah diri di siang hari.”

10. Selalu berfikiran positif :

Mengapa seseorang mudah stress dan jiwa tak tenang? Salah satu faktornya kerena ia selalu berfikiran negatif. Selalu mencela dan menyesali kekurangan diri. Padahal, setiap kita diberikan oleh Allah s.w.t. berbagai kelebihan. Ubahlah fikiran negatif itu menjadi positif. Ubahlah perasaan keluh kesah yang membuat muka berkerut, lemah badan dan kecewa dengan ucapan yang mengembirakan. Ucapan yang mengembirakan akan membuat kita mudah tersenyum, jiwa menjadi lebih bersemangat. Bukankah di balik kesulitan dan kegagalan ada hikmah yang boleh jadi pelajaran? Dan bukankah disebalik kesulitan ada kemudahan?
kholisna minnanari ya Rabb...........(K S I H)

CARA MENGHINDARI PENIPUAN ILMU GENDAM

Assalamu'alaikum,

Berikut ini beberapa tips untuk menghindarikejahatan Hipnotis yang dilakukan melalui ilmu gendam :

1.Jangan membiarkan pikiran kosong ketika berada didaerah umum. Pikiran kosong dapat mengakibatkangerbang telepathic terbuka, sehingga pihak lain dapatdengan mudah menyampaikan pesan secara telepathic.

2.Waspadalah jika tiba-tiba timbul rasa kantuk yangtidak wajar, ada kemungkinan bahwa seseorang yangbermaksud negatif sedang melakukan “telepathicforcing”.

3.Bagi mereka yang memiliki kebiasaan “latah”,sebaiknya jangan bepergian ke tempat umum tanpa teman.Mereka yang mempunyai kebiasaan “latah” cenderungmemiliki gerbang bawah sadar yang mudah dibuka paksa dengan bantuan kejutan (Shock Induction). Hal yangsama juga berlaku bagi mereka yang mudah terkejut.

4.Jangan mudah panik jika tiba-tiba ada beberapaorang yang tidak dikenal mengerumuni anda untuk suatualasan yang tidak jelas. Sekali lagi jangan mudah panik! Karena rasa panik akan mempermudah terbukanya gerbangbawah sadar anda!

5.Jangan mudah panik jika tiba-tiba ada seseorangyang menepuk bahu anda! Usahakan agar pikiran danpanca indera anda tetap aktif ke seluruh lingkungan! Jangan terfokus pada ucapan-ucapan orang yang menepukanda! Segera berpindahlah ke daerah yang lebih ramai!

6.Jika secara tiba-tiba, tanpa alasan yang jelas,dada anda terasa sesak, dan diikuti dengan perut agakmual, dan kepala sedikit pusing, waspadalah karenamungkin ada seseorang tengah mengerahkan energi gendam! Segera lakukan “grounding”, yaitu meniatkan membuang seluruh energi negatif ke bumi (cukup visualisasi) .

7.Jika terjadi hal-hal yang mencurigakan, segera sibukkan pikiran anda, agar tetap berada di frekwensi yang mengakibatkan efek Hipnotis tidak dapat bekerja! Antara lain dengan : berdoa dalam hati, menyanyi dalam hati, atau memikirkan hal-hal yang berat!

8.Akhirnya, tanamkan terus menerus di dalam dirianda, bahwa Hipnotis tidak akan bekerja bagi mereka yang menolaknya! Hal ini juga berlaku untuk ilmu gendam!

wassalamu'alaikum

AL GHOZALI DENGAN 6 PERTANYAAN

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali mengajukan 6 pertanyaan.

Pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman,dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185)

Pertanyaan kedua "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid -muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Pertanyaan yang ke tiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawah gunung, bumi,dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" (Al-A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan ke empat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban itu benar, kata Imam Ghozali. Tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini.Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT,sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang ke lima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?". Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat.

Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA". Karena melalui lidah, Manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Khan_Lirboyo

Mengapa-Al-Quran-berbahasa-arab?

“Mengapa Al-Quran diturunkan kepada seorang Nabi yang miskin dan buta huruf (ummiy)? Mengapa tidak diberikan kepada pembesar Mekkah maupun Tha’if saja?”

Pertanyaan seperti ini sering terjadi. Sama hal nya dengan pernyataan, “Mengapa Al-Qur’an berbahasa Arab?” . Banyak dalil yang mengungkap hal ini. Diantaranya; QS. 12: 2, 14: 4, 13: 37, 16: 103, 19: 97, 20: 113, 26: 193-195, 26: 198-199, 39: 28, 41: 3, 41: 44, 43: 3, 44: 58, dan 46 : 12. Boleh dikata, hampir semua ayat tersebut menyatakan, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dalam “bahasa Arab”. Adalah keliru jika karena Allah menurunkan Al-Quran ke dalam bahasa Arab kemudian dikatakan “tidak universal”.
Kenapa Allah memilih bahasa Arab? Bukan bahasa lain? Barangkali itu adalah hak Allah.
Meski demikian, pilihan Allah mengapa Al-Quran itu dalam bahasa Arab bisa dijelaskan secara ilmiah.

Pertama, sampai hari ini, bahasa yang berasal dari rumpun Semit yang masih bertahan sempurna adalah bahasa Arab. Bahkan Bible (Old Testament) yang diklaim bahasa aslinya bahasa Ibrani (Hebrew) telah musnah, sehingga tidak ada naskah asli dari Perjanjian Lama.
Meskipun begitu, menurut Isrâ’il Wilfinson, dalam bukunya Târîk al-Lughât al-Sâmiyyah (History of Semitic Language), seperti yang dikutip Prof. Al-A‘zamî, ternyata bahasa asli PL itu tidak disebut Ibrani. Bahasa pra-pengasingan (pre-exilic language) yang digunakan oleh Yahudi adalah dialek Kanaan dan tidak dikenal sebagai Ibrani. Orang-orang Funisia (atau lebih tepatnya, orang-orang Kanaan) menemukan alfabet yang benar pertama kali ± 1500 S.M, berdasarkan huruf-huruf ketimbang gambar-gambar deskriptif. Semua alfabet yang berturut-turut seterusnya adalah utang budi pada, dan berasal dari, pencapaian Kanaan ini. (Prof. Dr. M.M. Al-A‘zamî, The History of The Qur’ânic Text from Revelation to Compilation (edisi Indonesia), terjemah: Sohirin Solihin, dkk., GIP, 2005, hlm. 259). New Testament (Gospel, Injil) yang diklaim bahasa aslinya adalah bahasa “Yunani” juga sudah hilang, sehingga tidak ada naskah asli dari Injil. Bahkan, ini bertentangan dengan bahasa Yesus, yang sama sekali tidak paham bahasa Yunani. Bukankah ini ‘mencederai’ saktralitas Injil yang diklaim sebagai ‘firman Tuhan’?

Kedua, bahasa Arab dikenal memiliki banyak kelebihan: (1) Sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, (2) Bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan keakhiratan,

3) Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjungsi), yang amat luas hingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian itu tak terdapat dalam bahasa lain.
(Lihat, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag, edisi revisi, Juli 1989, hlm. 375 (foot-note). Ketiga, Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW. dalam bahasa Arab yang nyata (bilisanin ‘Arabiyyin mubinin), agar menjadi: mukjizat yang kekal dan menjadi hidayah (sumber petunjuk) bagi seluruh manusia di setiap waktu (zaman) dan tempat (makan); untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya: dari kegelapan “syirik” kepada cahaya “tauhid”, dari kegelapan “kebodohan” kepada cahaya “pengetahuan”, dan dari kegelapan “kesesatan” kepada cahaya “hidayah”. Tiga poin itu berjalan terus atas izin Allah sampai dunia ini hancur, yakni Risalah (Islam), Rasul (Muhammad SAW) dan Kitab (Al-Qur’an)). (Lihat, Prof. Dr. Thaha Musthafa Abu Karisyah, Dawr al-Azhar wa Jami‘atihi fi Khidmat al-Lughah al-‘Arabiyyah wa al-Turats al-Islamiy, dalam buku Nadwat al-Lughah al-‘Arabiyyah, bayna al-Waqi‘ wa al-Ma’mul, 2001, hlm. 42). Karena Islam itu satu risalah (misi) yang “universal” dan “kekal”, maka mukjizatnya harus retoris (bayaniyyah), linguistik (lisaniyyah) yang kekal. Dan Allah telah berjanji untuk memelihara Al-Qur’an, seperti yang Ia jelaskan, “Sesungguhnya Kami yang menurunkan al-Dzikra (Al-Qur’an) dan Kami pula yang memeliharanya.” (Qs. 15: 9).

4), menurut Syeikhu’l-Islam, Ibnu Taimiyah, “Taurat diturunkan dalam bahasa Ibrani saja. Dan Musa ‘alayhissalam tidak berbicara kecuali dengan bahasa itu. Begitu juga halnya dengan al-Masih: tidak berbicara tentang Taurat dan Injil serta perkara lain kecuali dengan bahasa Ibrani. Begitu juga dengan seluruh kitab. Ia tidak diturunkan kecuali dengan “satu bahasa” (bilisanin wahidin): dengan bahasa yang dengannya diturunkan kitab-kitab tersebut dan bahasa kaumnya yang diseru oleh para rasul. Seluruh para Nabi, menyeru manusia lewat bahasa kaumnya yang mereka ketahui. Setelah itu, kitab-kitab dan perkataan para Nabi itu disampaikan: apakah diterjemahkan untuk mereka yang tidak tahu bahasa kitab tersebut, atau orang-orang belajar bahasa kitab tersebut sehingga mereka mengerti makna-maknanya. Atau, seorang utusan menjelaskan makna-makna apa yang dengannya ia diutus oleh Rasul dengan bahasanya…” (Lihat, Ibnu Taimiyah, al-Jawb al-Shahih liman Baddala Dina’l-Masih (Jawaban Yang Benar, Bagi Perubah Agama Kristus), (Cairo: Dar Ibnu al-Haytsam, 2003, jilid 1 (2 jilid), hlm. 188-189). Sebagaimana Taurat dan Injil, Al-Quran diturunkan dalam satu bahasa, bahasa kaumnya. Bedanya, kenabian yang ada sebelum Islam, hanya diperuntukkan pada kaum tertentu atau zaman tertentu (lokalitas) saja. Nuh misalnya, hanya diutus kepada kaumnya (QS. 7: 59); Hud kepada kaumnya (QS. 7: 65); Shaleh kepada kaumnya (QS. 7: 73); Luth kepada kaumnya (QS. 7: 80); Syu‘aib kepada kaumnya (QS. 7: 85); dan Musa kepada Fir‘aun dan para punggawanya (QS. 7: 103). Dakwah Nabi SAW di “Ummu’l-Qura”, sebagaimana arti yang sudah dijelaskan panjang lebar, bukan hanya dalam pengertian Mekkah semata. Juga bukan hanya untuk orang Quraisy, tidak pula untuk Jazirah Arabia saja, tapi untuk seluruh alam. (Baca QS. 25: 1, 34: 28, 7: 158, dan 9: 33).
Jika kalangan Nasrani menganggap Al-Quran tidak universal, maka, seharusnya yang lebih tidak universal justru Bible. Meski bahasa Arab adalah bahasa yang rumit, namun bukanlah hal susah bagi umat Islam menghapalkannya. Ini berbeda dengan kitab suci lain, sebagaimana Bible misalnya. Keuniversalan Al-Quran lainnya, dibuktikan dengan bagaimana Allah menjaganya melalui orang-orang alim dan yang memiliki kelebihan dalam menghapalkannya (tahfiz). Meski terdiri dari ribuan ayat, dalam sejarah, selalu saja banyak orang mampu menghapalkannya secara cermat dan tepat. Hatta, ia orang buta atau anak kecil sekalipun. Al-Quran, mudah dihapal atau dilantunkan dengan gaya apapun. Diakui atau tidak, ini berbeda dengan Bible atau Injil. Karena itu, setiap usaha apapun untuk menambah atau mengurangi Al-Quran baik yang dilakukan kalangan orientalis atau orang kafir dalam sepanjang sejarah selalu saja ketahuan. Jangan heran bila banyak umat Islam tiba-tiba ribut gara-gara ada Al-Quran palsu atau sengaja dipalsukan sebagaimana terjadi dalam kasus “The True Furqon.” Barangkali itulah cara Allah menjaganya. Dan hebatnya, para penghapal Al-Quran, setiap saat selalu saja lahir dan bisa ditemukan di seluruh dunia. Untuk yang seperti ini, di Indonesia, bahkan sudah mulai banyak dijadikan sebagai pesantren-pesantran formal. Sebaliknya, bagi kita, belum pernah terdengar ada orang Kristen atau Yahudi yang hapal keseluruhan kitab suci mereka. Bahkan termasuk pendeta atau pastur sekalipun. Mengapa bisa demikian? Saya kira Anda lebih tahu jawabannya. Wallahu a‘lamu bi al-shawab.
Dikutip Dari: http://www.2lisan.com/tulisan/artikel/mengapa-al-quran-berbahasa-arab/

JAWABAN AHLUSSUNNAH

PERTANYAAN YANG MENYUDUTKAN AHLUSSUNNAH WALJAMAAH Telah disampaikan kepada saya mengenai lembaran pernyataan yang menyudutkan ahlussunnah waljamaah, pertama kali yang muncul dalam hati saya adalah : 1. Lembaran ini bermaksud memecah belah muslimin, membawa fitnah untuk merisaukan masyarakat awam. 2. Saya tak percaya bahwa lembaran ini ditulis oleh para ulama, karena terlalu dangkal sekali dan menunjukkan kebodohan dan awam terhadap ilmu syariah, barangkali lembaran ini hanya ditulis oleh para pemuda yang iseng belaka, namun saya akan coba jelaskan satu persatu Insya Allah. DALAM HAL SHOLAT 1. Agar meninggalkan kebiasaan membaca Usholi dengan suara keras. Karena niat itu pekerjaan hati, cukup dalam hati saja. JAWAB Hal ini merupakan ijtihad Imam Syafii Rahimahullah, barangkali anda belum mengenal siapa imam syafii, Imam Syafii adalah Imam besar yang lahir pada th 150 H, beliau adalah murid Al hafidh Al Muhaddits Imam Malik rahimahullah, beliau sudah hafidh alqur’an sebelum usia baligh, dan ia sudah melewati derajat Al Hafidh dimasa mudanya, yaitu telah hafal 100 ribu hadits dengan sanad dan matan, dan beliau telah pula melewati derajat Alhujjah dimasa dewasanya, yaitu hafal 300 ribu hadits dengan sanad dan matan, Beliau kemudian terus memperdalam Syariah dan hadits hingga diakui oleh para Muhadditsin sebagai Imam, dan salah satu murid beliau sendiri yaitu Imam Hanbali (Ahmad bin Hanbal) hafal 1 Juta hadits dengan sanad dan matan, dan murid Imam syafii banyak yang sudah menjadi Muhaddits dan Imam pula, ratusan para Muhaddits dan Imam yang juga bermadzhabkan syafii jauh setelah beliau wafat, diantaranya Alhafidh Al Muhaddits Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthi, Imam Al Hafidh AL Muhaddits Syarafuddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawi, Al Hafidh Al Imam Ibn Hajar Al Atsqalaniy dan imam imam lainnya, Maka sangkalan anda batil karena anda hanya menyangkal tanpa ilmu, bukan seorang mujtahid, apalagi Muhaddits, mengenai penggunaan lafadh itu sudah muncul dalam kalangan Imam Madzhab, maka yang bermadzhabkan syafii boleh menggunakannya, dan tak satupun dalil atau ucapan para Imam dan muhadditsin yang mengharamkannya, lalu bagaimana anda mengharamkannya? 2. Ba’da shalat, imam tidak perlu baca wirid, dzikir dengan suara keras, cukup dalam hati, dan imam ba’da shalat tidak perlu memimpin do’a bersama dengan jama’ah. Imam dan jama’ah berdo’a sendiri- sendiri dalam hati. JAWAB Rasulullah saw bila selesai dari shalatnya berucap Astaghfirullah 3X lalu berdoa Allahumma antassalam, wa minkassalaam….dst” (Shahih muslim hadits no.591,592) Kudengar Rasulullah saw bila selesai shalat membaca : Laa ilaaha illallahu wahdahu Laa syariikalah, lahulmulku wa lahulhamdu…dst dan membaca Allahumma Laa Maani’a limaa a’thaiyt, wala mu’thiy…dst” (shahih Muslim hadits no.593) Hadits semakna pada Shahih Bukhari hadits no.808, dan masih banyak puluhan hadits shahih yang menjelaskan bahwa Rasul saw berdzikir selepas shalat dengan suara keras, sahabat mendengarnya dan mengikutinya, hal ini sudah dijalankan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum, lalu tabi’in dan para Imam dan Muhadditsin tak ada yang menentangnya. Mengenai doa bersama sama Demi Allah tak ada yang mengharamkannya, tidak pada Alqur’an, tidak pada hadits shahih, tidak Qaul sahabat, tidak pula pendapat Imam Madzhab. 3. Jama’ah ba’da shalat, tidak perlu mencium tangan imam, cukup Bersalaman saja. JAWAB Kebiasaan mencium tangan merupakan kebiasaan baik sebagai tanda penghormatan, hal ini telah dilakukan dan diajarkan oleh Rasulullah saw, sebagaimana diriwayatkan bahwa Ibn Abbas ra setelah wafatnya Rasul saw beliau berguru pada Zeyd bin Tsabit ra, maka Ibn Abbas ra disuatu hari menuntun tunggangan Zeyd bin tsabit ra, maka berkata Zeyd ra : “jangan kau berbuat itu”, maka berkata Ibn Abbas ra : “beginilah kita diperintah utk menghormati ulama ulama kita”, maka turunlah Zeyd bin tsabit ra dari tunggangannya seraya mencium tangan Ibn Abbas ra dan berkata : “Beginilah kita diperintah memuliakan keluarga Rasulullah saw”. (Faidhul Qadir oleh Al hafidh Al Imam Abdurra’uf Almanaawiy Juz 2 hal 22), (Is’aful Mubtha’ oleh Al Hafidh Al Muhaddits Imam Assuyuthi ). Anda lihat kalimat : “beginilah kita diperintah..”, kiranya siapa yang memerintah mereka?, siapa yang mengajari mereka?, mereka tak punya guru selain Muhammad Rasulullah saw. Riwayat lain adalah ketika Ka’b bin malik ra gembira karena taubatnya diterima Allah swt, ia datang kepada Rasul saw dan mencium tangan dan juga kedua paha beliau saw (Fathul Baari Al masyhur oleh Imam Al Hafidh Al Muhaddits Ibn Hajar Al Atsqalaniy juz 8 hal 122) Riwayat lain : “Kami mendekat pada Nabi saw dan mencium tangan nabi saw” (Sunan Imam Al Baihaqi Alkubra hadits no.13.362) Riwayat lain : “Berkata Tamiim ra bahwa Mencium tangan adalah sunnah”. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13.363) Demikian Rasul saw tak melarang cium tangan, demikian para sahabat radhiyallahu’anhum melakukannya. 4. Dalam shalat subuh, imam tidak perlu membaca do’a qunut, kecuali bila ada suatu bahaya terhadap kehidupan umat Islam secara keseluruhan. Do’a qunut boleh dibaca disetiap shalat, bila ada keperluan yang bersifat darurat, tidak hanya dalam shalat subuh. JAWAB Berikhtilaf para Imam Madzhab mengenai pembacaan doa qunut, dan Imam Syafii berpendapat bahwa Qunut itu diwaktu setiap subuh, dan Imam Hanbali dan Imam Malik berpendapat Qunut adalah setiap waktu shalat. Namun satu hal.. tidak ada yang mengharamkan Qunut dibaca setiap subuh, bahkan para Mufassirin menjelaskan tak ada qunut kecuali saat shalat subuh, sebagaimana diriwayatkan pada tafsir Imam Attabari Juz 2 hal 566, dan ini merupakan Ijtihad para Imam yang mengeluarkan pendapat dengan beribu pertimbangan, dengan keluasan ilmu syariah yang mendalam, dan telah diakui pula oleh puluhan Imam dan ratusan Huffadhulhadits dan Muhadditsin setelah mereka, maka menyangkal dan mengharamkan hal ini adalah kesesatan yang nyata. 5. Shalat Rawatib / shalat sunah qobliah / ba’diah adalah sebagai berikut : Qobla subuh, qobla dan ba’da dhuhur, shalat ashar tidak ada rawatib, ba’da magrib dan ba’da shalat isya. JAWAB Banyak riwayat lain mengenai rawatib Qabliyah asar, bahwa Rasul saw shalat Rawatib Qabliyah Asar dan tak pernah meninggalkannya (Shahih Imam Ibn Khuzaimah hadits no.1114, 1118, Shahih Ibn hibban hadits no.2452, Mustadrak ala shahihain hadits no.1173, Sunan Attirmidziy hadits no.429 dan masih terdapat belasan riwayat hadits shahih mengenai shalat Qabliyah Asar diantaranya diriwayatkan pada Shahih Ibn Hibban, Shahih Muslim dll. DALAM SHALAT JUM’AT 1. Sebelum khotib naik mimbar, tidak ada adzan dan tidak ada shalat sunat qobla jum’at JAWAB Diriwayatkan bahwa ketika jamaah jumat semakin banyak di Madinah maka Khalifah Utsman bin Affan ra menambahkan adzan jumat dengan dua adzan (shahih Bukhari hadits no.870,871,874), maka menggunakan dua adzan ini merupakan sunnah hukumnya, karena Rasul saw telah bersabda : “Berpeganglah kalian pada sunnahku dan sunnah khulafa’urrasyidin para pembawa petunjuk” (shahih Ibn Hibbah, Mustadrak ala shahihain). Maka tidak sepantasnya kita muslimin menghapuskan hal hal yang telah dilakukan oleh para sahabat, karena sungguh mereka jauh lebih mengerti mana yang baik dijalankan dan mana yang tak perlu dijalankan, pengingkaran atas perbuatan sahabat berarti menganggap diri kita lebih mengetahui syariah dari mereka, dan hal ini merupakan pengingkaran atas hadits Rasul saw yang memerintahkan kita berpegang pada sunnah beliau dan sunnah khulafa’urrasyidin, maka pengingkaran atas hal ini merupakan kesesatan dan kebodohan yang nyata. Mengenai shalat dua rakaat sebelum jum’at hal itu adalah sunnah, sebagaimana teriwayatkan dari belasan hadits shahih yang menjelaskan bahwa Rasul saw melakukan shalat sunnah qabliyyah dhuhur dan ba’diyah dhuhur, dan para ulama dan muhadditsin berpendapat bahwa shalat jumat adalah pengganti dhuhur, demikian para Muhadditsin dan ulama berpendapat bahwa pendapat yang kuat adalah Qabliyah jumat merupakan sunnah. (Fathul Baari Almasyhur Juz 2 hal 426) ketika khotib duduk diantara dua khutbah, tidak ada shalawat JAWAB Tidak pernah ada larangan shalawat diperbuat kapanpun dan dimanapun, shalawat boleh boleh saja dibaca kapanpun dan dimanapun, silahkan munculkan ayat alqur’an atau hadits shahih yang mengharamkan membaca shalawat dalam suatu munasabah tertentu?, lalu bagaimana terdapat pelarangan dari apa yang tidak diharamkan Allah swt?, ataukah ada syariah baru? 2. Ba’da shalat jum’at, imam tidak mempunyai kewajiban untuk memimpin do’a bagi makmum dengan suara kuat, silahkan imam dan jama’ah berdzikir, wirid dan do’a masing- masing JAWAB Selama hal itu baik tidak ada salahnya dilakukan, yang tak boleh dilakukan adalah hal hal yang dilarang dan diharamkan oleh Allah dan Rasul Nya, dan tak pernah ada hadits dan ayat yang mengharamkan hal ini, maka mengharamkannya merupakan pengingkaran atas syariah. 3. Dalam shalat jum’at, tongkat yang selama ini dipakai oleh khotib, bukan merupakan sarana ibadah, hanya kebiasaan Khalifah Utsman, sekarang dapat ditinggalkan. JAWAB Perbuatan sahabat merupakan hal yang mesti kita jalankan hingga kini, termasuk diantaranya adalah penjilidan Alqur’an, sebagaimana tak satu ayat pun atau hadits yang memerintahkan Alqur’an untuk dibukukan dalam satu kitab, itu baru dilakukan dizaman Khalifah Abubakar ra, dan selesai pada masa Khalifah Utsman bin Affan ra, maka mereka yang merasa tak perlu mengikuti perbuatan Utsman bin Affan ra berarti mereka pun tak mengakui kitab Alqur’an yang ada hingga kini, karena penjilidannya baru dilakukan dimasa sahabat, satu hal yang sangat menyakitkan hati adalah kalimat : “hanya kebiasaan Khalifah Utsman dan sekarang dapat ditinggalkan”, seakan akan bagi mereka Amirulmukminin Utsman bin Affan ra itu tidak perlu dipanut, bukan seorang baginda mulia yang sangat agung disisi Allah sebagai Amirulmukminin, padahal beliau ini dimuliakan dan dicintai nabi saw. 4. Sebelum khotib naik mimbar, tidak perlu pakai pangantar dan tidak perlu membaca hadits Nabi SAW tentang jangan berkata-kata ketika khotib sedang khutbah. Tetapi sampaikanlah bersamaan dengan laporan petugas masjid tentang laporan keuangan, petugas khotib dan imam, hal ini sebagai perangkat laporan administrasi masjid bukan proses ibadah dalam shalat jum’at. JAWAB Baru ini ada muncul ajaran yang mengatakan bahwa kabar laporan keuangan masjid jauh lebih baik dari hadits Nabi Muhammad saw DALAM SHALAT TARAWIH / WITIR / TAHAJJUD Dalam bulan ramadhan diwajibkan shaum dan dimalam hari disunnahkan shalat tarawih, witir, yang selama ini masih ada yang berbeda pendapat karena itu perlu dikeluarkan himbauan ini. 1. Shalat tarawih, dilakukan Nabi SAW, sebanyak 8 rakaat dan 3 rakaat witir dapat dilakukan dengan cara 4-4-3. JAWAB Rasul saw melakukan shalat malam berjamaah dibulan ramadhan lalu meninggalkannya, dan tak memerintahkan untuk melakukannya, dari sini kita sudah mengetahui bahwa shalat sunnah tarawih adalah Bid’ah hasanah, dan baru dilakukan di masa Umar bin Khattab ra, yang mana beliau melakukannya 11 rakaat, lalu merubahnya menjadi 23 rakaat, dan tak ada satu madzhab pun yang melakukannya 11 rakaat, Masjidilharam menjalankannya 23 rakaat, dan Masjid Nabawiy Madinah hingga kini masih menjalankan madzhab Imam Malik yaitu 41 rakaat, tak ada satu madzhab pun yang melakukan 11 rakaat. (Rujuk Sunan Imam Baihaqiy Al Kubra, Fathul Baari Almasyhur, Al Umm Imam Syafii) 2. Tidak disunahkan membaca do’a bersama-sama antara rakaat. JAWAB Namun tak ada pula hadits yang mengharamkannya, maka tak ada hak bagi muslim manapun untuk mengharamkan hal yang tak diharamkan oleh Allah, dan berdoa boleh saja dilakukan kapanpun dan dimanapun, dan melarang orang berdoa adalah kesesatan yang nyata. 3. Tidak dibenarkan antar jama’ah membaca shalawat Nabi bersahut-sahutan JAWAB Allah swt memerintahkan kita bershalawat, maka melarang seseorang untuk menjalankan perintah Allah swt Kufur hukumnya. 4. Sebelum ramadhan tidak perlu shalat tasbih dan shalat nisfu sya’ban dan sedekah ruwah karena hadits tentang kedua shalat tersebut ternyata dhaif, lemah dan berbau pada hadits maudhu (palsu) karena terputus parawinya dan shalat ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan Sahabat. JAWAB Mengenai shalat Tasbih maka haditsnya jelas diriwayatkan pada Almustadrak ala Shahihain dan berkata Imam Hakim bahwa hadits itu shahih dengan syarat Imam Muslim, dan Ibn Abbas ra melakukannya, dan para Muhadditsin meriwayatkan keutamaannya, dan Rasul saw memerintahkannya (Rujuk Fathul Baari Almasyhur, sunan Imam Tirmidzi, sunan Abi Daud, sunan Ibn Majah, Sunan Imam Baihaqi Alkubra). Satu hal yang lucu adalah ucapan : “berbau pada hadits maudhu (palsu)”, ini baru muncul Muhaddits baru dengan ilmu hadits yang baru pula, yang mana belasan perawi hadits yang meriwayatkan hal itu namun para ulama sempalan ini mengatakan hal itu mesti dihapuskan. 5. Pada shalat witir dibulan ramadhan, tidak perlu ada do’a qunut. JAWAB Qunut bukan hal yang wajib, Qunut hukumnya sunnah, Qunut pada shalat witr diriwayatkan dengan hadits shahih pada Shahih Imam Ibn Khuzaimah hadits no.1095, Sunan Imam Addaarimiy hadits no.1593, Sunan Imam Baihaqy Alkubra hadits no.4402, Sunan Imam Abu dawud hadits no.1425, dan diriwayatkan pula bahwa membaca qunut witir adalah sesudah setengah pertama ramadhan, yaitu pada setengah kedua (mulai malam 15 ramadhan) (Al Mughniy Juz 1 hal 448) tak ada madzhab manapun yang mengharamkan Qunut di subuh, di witir, bahkan hal ini merupakan sunnah dengan hujjah yang jelas, maka bila muncul pendapat yang mengharamkan Qunut maka jelas bukanlah muncul dari ucapan ulama ahlussunnah waljamaah. DALAM UPACARA TA’ZIYAH 1. Keluarga yang mendapat musibah kematian, wajib bagi Umat Islam untuk ta’ziyah selam tiga hari berturut-turut. JAWAB Tidak ada satu madzhab pun yang mengatakannya wajib, hal ini sunnah muakkadah, tidak ada dalil ayat atau hadits shahih yang mengatakan takziyah 3 hari berturut turut adalah wajib. 2. Kebiasaan selama ini yang masih melakukan hari ke 7, ke 40 dan hari ke 100 supaya ditinggalkan karena tidak ada contoh dari Nabi Muhammad SAW dan tidak ada tuntunannya. Upacara itu berasal dari ajaran agama Hindu dan Budha, menjadi upacara dari kerajaan Hyang dari daratan Tiongkok yang dibawa oleh orang Hindu ketanah melayu tempo dulu. JAWAB Mengikuti adat kuffar selama itu membawa maslahat bagi muslimin dan tidak melanggar syariah maka itu boleh saja, sebagaimana Rasul saw pun ikut adat kaum yahudi yang berpuasa di hari 10 Muharram (asyura) karena hari itu hari selamatnya Musa as dari kejaran fir’aun, maka Rasul saw pun ikut berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa asyura (rujuk shahih Bukhari, shahih Muslim) Demikian pula kita menggunakan lampu, kipas angin, karpet, mikrofon, speaker dll untuk perlengkapan di masjid yang kesemua itu adalah buatan orang kafir dan adapt istiadat orng kafir, boleh saja kita gunakan selama itu manfaat bagi muslimin dan tidak bertentangan dengan syariah, demikian pula Alqur’an yang dicetak di percetakan, dan mesin percetakan itupun buatan orang kafir, dan mencetak buku adalah adat orang kafir, juga Bedug di masjid yang juga adat sebelum islam dan banyak lagi. Boleh boleh saja kumpul kumpul dzikir dan silaturahmi dirumah duka 7 hari, 40 hari, bahkan tiap hari pun tak apa karena tak pernah ada larangan yang mengharamkannya. 3. Dalam ta’ziyah diupayakan supaya tidak ada makan-makan, cukup air putih sekedar obat dahaga. JAWAB Bukankah air putih pun merupakan hidangan?, bila anda mengharamkan hidangan bagi yang takziah, lalu dalil apa yang anda miliki hingga anda memperbolehkan air minum dihidangkan?, telah sepakat Ulama bahwa hidangan di tempat rumah duka hukumnya makruh, sebagian mengatakannya mubah. 4. Acara dalam ta’ziyah baca surat Al Baqarah 152-160, kemudian adakan tabligh yang mengandung isi kesabaran dalam menerima musibah tutup dengan do’a untuk sang almahrum, tinggalkan kebiasaan membaca surat yasin bersamasama, tahlil dan kirim fadhilah, semua itu ternyata hukumnya bid’ah. JAWAB Aturan mana yang menentukan Al Baqarah 152 – 160 dirangkai Tabligh lalu ditutup dengan doa?, anda pun mengada ada saja tanpa Nash yang jelas dari hadits shahih. Tahlil, Yaasiin dan dzikir yang dihadiahkan pada mayyit merupakan amal amal yang dikirimkan pada mayyit, dan itu diperbolehkan oleh Rasul saw, sebagaimana diriwayatkan bahwa seorang wanita datang pada Rasul dan bertanya : “wahai rasulullah, aku bersedekah dengan membebaskan budak dan pahalanya kukirimkan untuk ibuku yang telah wafat, bolehkah?, Rasul memperbolehkannya, lalu wanita itu berkata lagi : ibuku sudah wafat dan belum haji, bolehkah aku haji untuknya?, Rasul saw memperbolehkannya, lalu wanita itu berkata lagi : “wahai Rasulullah, ibuku wafat masih mempunyai hutan puasa ramadhan sebulan penuh, maka bolehkah aku berpuasa untuknya?, maka Rasul saw menjawab : Boleh (shahih Muslim) DALAM UPACARA PENGUBURAN 1. Tinggalkan kebiasaan dalam shalat jenazah dengan mangajak jama’ah untuk mengucapkan kalimat bahwa “jenazah ini orang baik, khair khair” Hal ini tidak pernah dilakukan Rasulullah SAW, dan tidak ada hadits sebagai pembimbing. JAWAB Ketika lewat sebuah jenazah dihadapan Rasul saw maka para sahabat memujinya dengan kebaikan, maka Rasul saw berkata : “semestinya.. semestinya.. semestinya..”, lalu tak lama lewat pula jenazah lain, dan para sahabat mengutuknya, maka rasul saw berkata : “semestinya.. semestinya.. semestinya..”. maka berkatalah Umar bin Khattab ra mengapa beliau berucap seperti itu, maka Rasul saw menjawab : “Barangsiapa yang memuji jenazah dengan kebaikan maka sepantasnya baginya sorga, dan barangsiapa yang mengutuk jenazah dengan kejahatannya maka sepantasnya baginya neraka, kalian adalah saksi Allah dimuka Bumi.., kalian adalah saksi Allah dimuka Bumi.., Kalian adalah saksi Allah dimuka Bumi..” (shahih Muslim hadits no.949, Shahih Bukhari hadits no.1301), Lalu ketika dimasa Umar bin Khattab ra menjadi khalifah pun terjadi hal yang sama yaitu lewat jenazah maka orang orang memujinya, maka Amirulmukminin Umar bin Khattab ra berkata : “sepantasnya..”, lalu lewat jenazah lain dan orang orang mengumpatnya, maka Amirulmukminin Umar bin Khattab ra berkata : “sepantasnya..”. maka para sahabat bertanya dan berkata Amirulmukminin Umar bin Khattab ra : “tiadalah jenazah disaksikan 4 orang bahwa dia orang baik maka ia masuk sorga”, lalu kami bertanya : Bagaimana kalau tiga saja yang bersaksi?, beliau ra menjawab : “walaupun tiga”. Lalu kami bertanya lagi : Bagaimana kalau dua orang saja..?, maka beliau ra menjawab : “dua pun demikian”. Maka kami tak bertanya lagi”. (shahih Bukhari hadits no.1302), oleh sebab itu sunnah kita mengucapkan : “khair..khair..” pada jenazah dengan Nash yang jelas dan shahih dari shahihain dll. Apapun yang dijadikan fatwa, namun fatwa fatwa diatas adalah batil dan tidak dilandasi pemahaman yang jelas dalam syariah islamiyah, oleh sebab itu saya menilai bahwa segala fihak yang menyebarkan selebaran ini sebelum kami beri penjelasan seperti sekarang ini, maka ia turut bertanggung jawab atas kesesatan ummat yang membacanya. Wassalam.[http://nabimuhammad.wordpress.com/jawaban-ahlussunnah]

Mutiara Hikmah dari KH. Hamim Jazuli

Mutiara Hikmah dari KH. Hamim Jazuli (Pendiri Semaan Al-Quran Mantab dan Majlis Dzikrul Ghafilin)
Posted on 8 February 2011 by Ahmad Syafaat

Dhawuh 1
Mencari aku itu sulit; kalau mau bertemu dengan aku, akrablah dengan keluargaku, itu sama saja dengan bertemu aku.

Dhawuh 2
Demi Allah, saya hanya bisa menangis kepada Allah, semoga sami’in yang setia, pengamal Dzikrul Ghofilin, semua maslah-masalahnya tuntas diperhatikan oleh Allah.

Dhawuh 3
Bila mengikuti Dzikrul Ghofilin, kalau tidak tahu artinya yang penting hatinya yakin.

Dhawuh 4
Barusan ada orang bertanya: Gus, Dzikrul Ghofilin itu apa..? saya jawab: “Jamu”.

Dhawuh 5
Dzikrul Ghofilin itu senjata pamungkas, khususnya menghadapi tahun 2000 ke atas

Dhawuh 6
Ulama sesepuh yang dikirimi fatihah oleh orang-orang yang tertera atau tercantum dalam Dzikrul Ghofilin itu yang akan saya dan kalian ikuti di akhirat nanti.

Dhawuh 7
Dekatlan kepada Allah..! kalau tidak bisa, dekatlah dengan orang yang dekat denganNya.

Dhawuh 8
Kemanunggalan sema’an Al Qur’an dan Dzikrul Ghofilin adalah sesuatu yang harus di wujudkan oleh pendherek, pimpinan Dzikrul Ghofilin, dan jama’ah sema’an Al Qur’an. Sebab antara sema’an Al Qur’an kaliyan Dzikrul Ghofilin ingkang sampun dipun simboli kaliyan fatihah miata marroh ba’da kulli shalatin, meniko berkaitan manunggal.

Dhawuh 9
Semoga Dzikrul Ghofilin ini menjadi ketahanan batiniah kita, sekaligus penyangga kita di hari Hisab (hari perhitungan amal). Itulah yang paling penting..!

Dhawuh 10
Nuzulul Qur’an yang bersamaan dengan turunnya hujan ini, semoga menjadi isyarat turunnya petunjuk kepada saya dan kalian semua, seperti firman Allah: “Ulaika ‘ala hudan min rabbihim wa ulaika hum al-muflihun” (Mereka telah berada di jalan petunjuk , dan mereka adalah orang-orang yang beruntung).

Dhawuh 11
Barusan ada orang yang bertanya: Gus, bagaimana saya ini, saya tidak bisa membaca Al Qur’an..? saya jawab: “Paham atau tidak, yang penting sampean datang ke acara sema’an, karena mendengarkan saja besar pahalanya”.

Dhawuh 12
Sejak sekarang, yang kecil harus berpikir: kelak kalau besar, aku besar seperti apa, yang besar harus berpikir, kalau tua kelak, aku tua seperti apa, yang tua juga harus berpikir, kelak kalau mati, aku mati dalam keadaan seperti apa.

Dhawuh 13
Dalam sema’an ada seorang pembaca Al Qur’an, huffazhul Qur’an dan sami’in. Seperti ditegaskan oleh sebuah hadits: Baik pembaca maupun pendengar setia Al Qur’an pahalanya sama. Malah di dalam ulasan tokoh lain dikatakan: pendengar itu pahalanya lebih besar daripada pembacanya. Sebab pendengar lebih main hati, pikiran, dan telinganya. Pendengar dituntut untuk lebih menata hati dan pikirannya dan lebih memfokuskan pendekatan diri kepada Allah.

Dhawuh 14
Satu-satunya tempat yang baik untuk mengutarakan sesuatu kepada Allah adalah majelis sema’an Al Qur’an. Hal ini tertera di dalam (kalau tidak salah) tiga hadits. Antara lain Man arada an yatakallam ma’a Allah falyaqra’ Al Qur’an (siapa ingin berkomunikasi dengan Allah, hendaknya ia membaca Al Qur’an).

Dhawuh 15
Seorang yang ikut sema’an berturut-turut 20 kali saya jamin apa pun masalah yang sedang dihadapinya pasti akan beres/tuntas.

Dhawuh16
Ada seorang datang kepada saya: “Gus, problem saya bertumpuk-tumpuk, saya sudah mengikuti sema’an 19 kali, tinggal 1 kali lagi, kira-kira masalah saya nanti tuntas atau tidak..?” saya jawab: “yang sial itu saya, kok bertemu dengan orang yang mempunyai masalah seperti itu.”

Dhawuh 17
Saya sendiri sebagai pencetus sema’an Al Qur’an ternyata kurang konsekuen, sementara sami’in datang dari jauh, bahkan hadir sejak subuh, mulai surat Al fatihah dibaca sampai berakhir setelah doa khotmil Qur’an malam berikutnya baru mereka pulang. Sedang saya ini, baru datang kalau sema’an Al Qur’an akan diakhiri. Itu pun tidak pasti. Terkadang saya berpikir, saya ini seorang yang dipaksakan untuk siap dipanggil kiai.

Dhawuh 18
Berapa yang hadir setiap sema’an? Jangan lebih lima persen. Nanti bila sami’innya terlalu banyak, saya hanya menangis dan membaca Al Fatihah, lalu pulang. Saya sadar, saya tidak mampu berbuat apa-apa. Jangankan untuk orang banyak, untuk satu orang saja saya tidak bisa.

Dhawuh 19
Kalau saya nongol, mungkin tak cukup semalaman. Satu persatu harus dilayani. Saya besok ke mana? Apa yang harus saya lakukan? Kami tidak punya modal? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan, Dan, saya dituntut untuk memberikan keterangan yang bisa mereka terima, setidaknya agak menghibur, dengan lelucon atau dengan pengarahan yang pas.

Dhawuh 20
Semoga sema’an dan Dzikrul Ghofilin ini kelak menjadi tempat duduk-duduk dan hiburan anak cucu kita semua.

Dhawuh 21
Alhamdulillah, saya adalah yang pertama memberitahukan kepada “anak-anak” tentang makna dan kegunaan sema’an Al Qur’an. Di tengah maraknya Al Qur’an diseminarkan dan didiskusikan, Alhamdulillah masih ada kelompok kecil yang menyakini bahwa Al Qur’an itu mengandung berkah.

Dhawuh 22
Saya mengambil langkah silang dengan mengatakan kepada anak-anak yang berkumpu agar sebulan sekali mengadakan pertemuan, ngobrol-ngobrol, guyon-guyon santai, syukur bisa menghibur diri dengan hiburan yang berbau ibadah yang menyentuh rahmat dan nikmat Allah. Kebetulan saya menemukan satu pakem bahwa pertemuan yang dibarengi dengan alunan Al Qur’an, membaca dan mendengarkannya, syukur-syukur dari awal sampai akhir, Allah akan memberikan rahmat dan nikmatNya. Jadi, secara batiniah, sema’an Al Qur’an ini menurut saya adalah hiburan yang bersifat hasnah (bernilai baik). Juga, pendekat diri kita kepada Allah dan tabungan di hari akhir. Itu pula yang benar-benar diyakini para pengikut sema’an Al Qur’an.

Dhawuh 23
Di bukit ini terdapat 3 tiang kokoh (panutan), yaitu (1) Syaikh Abdul Qodir Khoiri, seorang wali yang penuh kasih, (2) Abdul Sholih As-Saliki, seorang wali yang terus menjaga wudhunya demi menempuh jalan berkah, (3) Muhammad Herman, ia adalah wali penutup, orang-orang terbaik berbaur dengannya. Wahai tuhanku, berilah manfaat dan berkah mereka. Kumpulkan aku bersama mereka.

Dhawuh 24
Mengenai tata krama ziarah kubur, selayaknya lahir batin ditata dengan baik. Saya juga berpesan, kalau seseorang berceramah, hendaknya ia tidak meneliti siapa yang dimakamkan, juga riwayat hidupnya. Setidaknya hal demikian ini hukumnya makruh.

Dhawuh 25
Tiga orang yang tidur ini hidup sebelum Wali songo. Orang-orang banyak datang kesini. Demikian juga orang-orang yang sakit, mereka kalau datang ke sini sembuh.

Dhawuh 26
Kelak, bila aku sudah tiada, yang saya tempati ini (makam tambak) bertambah ramai (makmur)

Dhawuh 27
Saya disini hanya ittiba’(mengikuti) kiai sepuh, seperti kiai Fattah dan kiai Mundzir. Di sini, dulu pernah dibuat pertemuan kiai-kiai pondok besar.

Dhawuh 28
Makam ini yang menemukan keturunan Pangeran Diponegaoro. Dulu, desa ini pernah dibuat istirahat oleh pangeran Diponegoro. Di desa ini tidak ada shalat dan tidak ada apapun. Keturunan Diponegoro ini ada dua, yang satu menjadi dukun sunat tetapi kalau berdandan nyentrik, sedang adiknya jadi pemimpin seni jaranan.

Dhawuh 29
Berbaik sangka itu sulit. Jangankan berbaik sangka kepada Allah, kepada para wali dan para kiai sepuh saja sulit.

Dhawuh 30
Di tambak itu, kalau bisa bersabar, akan terasa seperti lautan, dan kalau bisa memanfaatkan, akan banyak sekali manfaatnya. Tapi kalau tidak bisa memanfaatkan, ia akan bisa menenggelamkan.

Dhawuh 31
Huruf hijaiyah itu ada banyak ada ba’, jim, dhot, sampai ya’. Demikian juga dengan taraf ilmu seseorang. Ada orang yang ilmunya cuma sampai ba’, ada orang yang ilmunya sampai jim, ada orang yang ilmunya sampai dhot saja. Nah, orang yang ilmunya seperti itu tidak paham kalau di omongi huruf tha’, apalagi huruf hamzah dan ya’.

Dhawuh 32
Saya bukan kiai, saya ini orang yang terpaksa siap dipanggil kiai. Saya juga bukan ulama. Ulama dan kiai itu beda. Kiai dituntut untuk punya santri dan pesantren. Ulama itu kata jamak yang artinya beberapa ilmuwan. Ketepatan saja saya punya bapak yang bisa ngaji dan punya pesantren. Itu pun tidak ada hubungannya dengan saya yang lebih banyak berkelana. Dari berkelana itu lahirlah sema’an Al Qur’an. Jadi, hiburan “anak-anak” dan saya datang bukan atas nama apa-apa. Hanya salah satu pengikut sama’an Al Qur’an, yang bukan sami’in setia bukan pengikut yang aktif.

Dhawuh 33
Nanti, kalau suamimu berani menjadi kiai harus sanggup hidup melarat.

Dhawuh 34
Akhirnya (maaf), kita menyadari bahwa kaum ulama, lebih-lebih seperti saya, dituntut untuk menggali dana yang lebih baik, dana yang benar-benar halal, kalau kita memang mendambakan ridho Allah.

Dhawuh 35
Di era globalisasi ini kita dituntut untuk lebih praktis, tidak terlalu teoretis. Semua kiai dan ulama sekarang ini dituntut mengerti bahwa dirinya punya satu tugas dari Allah, yakni membawa misi manusiawi.

Dhawuh 36
Kalau ingin pondok pesantrennya besar, itu harus kaya terlebih dahulu. Nah, kaya inilah yang sulit.

Dhawuh 37
Pondok pesantren ini, walaupun kecil, mbok ya biarkan hidup, yang luar biar di luar, yang dalam biar di dalam.

Dhawuh 38
Saya punya pertanyaan buat diri saya sendiri: mampukah saya mengatarkan “anak-anak?” Sedang ulama saja banyak yang kurang mampu mengantarkan anak-anak untuk saleh dan sukses. Suksenya diraih, salehnya meleset. Di dalam pesantren sama sekali tidak diajarkan keterampilan. Timbul pertanyaan: Bagaimana anak-anak kami nanti di masa mendatang, bisnisnya, ekonominya, nafkahnya hariannya? Mungkinkah mereka berumah tangga dengan kondisi seperti ini?.

Dhawuh 39
Mbah, manusia itu kalau punya keinginan, hambatannya Cuma dua. Godaan dan hawa nafsu. Kuat cobaan apa tidak, kuat dicoba apa tidak.

Dhawuh 40
Para santri itu lemah pendidikan keterampilannya. Sudah terlanjur sejak awalnya begitu. Tapi Alhamdulillah, di pesantren-pesantren seperti Gontor dan pondok pabelan diajarkan keterampilan-keterampilan. Di sana, keterampilannya ada, tapi wiridannya tidak ada. Saya senang pesantren yang ada wiridannya.

Dhawuh 41
Sukses dalam studi belum menjamin sukses dalam hidup. Pokoknya, di luar buku, di luar bangku, di luar kampus, masih ada kampus yang lebih besar, yakni kampus Allah. Kita harus banyak belajar. Antara lain belajar dangdut Jawa, belajar tolak berhala, dan belajar tolak berhala itu sulit sekali! Sulit sekali.

Dhawuh 42
Hidup ini sejak lahir hingga mati, adalah kuliah tanpa bangku.

Dhawuh 43
Mbah, kamu itu ketika mengaji, jika dipanggil ayah, ibu atau putra-putra ayah, siapa saja itu, jangan menunggu selesai mengaji, langsung saja ditaruh kitabnya, lalu menghadap dengan niat mengaji.

Dhawuh 44
Seorang (santri) yang tak kuat menahan lapar, bahayanya orang (santri) itu di pondok bisa berani banyak utang.

Dhawuh 45
Mbah, kalau kamu menggantungkan kiriman dari rumah, kalau belum dikirim jangan mengharap-harap dikirim, semua sudah diatur oleh Allah.

Dhawuh 46
Sekarang, mencari orang bodah itu sulit, sebab orang bodoh kini mengaku pintar. Kelak, kalau kamu sekolah, berlaku bodah saja. Bagaimana caranya? Pura-pura saja, dan harus bisa pura-pura bodoh. Maksudnya, kamu harus pintar membedakan antara orang bodoh dengan orang yang pura-pura bodoh.

Dhawuh 47
Dunia itu memang sedikit, tapi tanpa dunia, seseorang bisa mecicil (blingsatan).

Dhawuh 48
Jadi orang itu harus mencari yang halal, jangan sampai jadi tukang cukur merangkap jagal.

Dhawuh 49
Miskin dunia sedikitnya berapa, tak ada batasannya demikian juga kaya dunia. Seorang yang kaya pasti ada yang di atasnya, seorang yang melarat banyak temannya. Orang kaya pasti ada kurangnya. Ini adalah ilmu Jawa, tidak perlu muluk-muluk mengkaji kitab kuning.

Dhawuh 50
Kamu memilih kaya-sengsara atau melarat-terlunta? Maksudnya, kaya-sengsara itu adalah di dunia diganggu hartanya, sedang di akhirat banyak pertanyaannya.

Dhawuh 51
Gus, tolong saya didoakan kaya. “kaya buat apa?”, tanya Gus Miek. Buat membiayai anak saya. Royan, kamu tak usah khawatir, saya berdoa kepada tuhan agar orang selalu baik dan membantu kamu. Adapun orang yang berbuat buruk atau berniat buruk kepadamu akan saya potong tangannya. Kelak, dirimu saya carikan tempat yang lebih baik dari dunia ini.

Dhawuh 52
Royan, kamu ingin kaya ya? Kalau sudah kaya, nanti kamu repot lho.

Dhawuh 53
Orang kaya yang masuk surga itu syaratnya harus baik dengan tetangganya yang fakir.

Dhawuh 54
Seorang fakir yang tahan uji, yang tetap bisa tertawa dan periang. Sedang hatinya terus mensyukuri keadaan-keadaannya, masih lebih terhormat dan lebih unggul melebihi siapa pun, termasuk orang dermawan yang 99% hak milinya diberikan karena Allah, tetap saja masih unggul fakir yang saleh tadi.

Dhawuh 55
saat memimpin doa pada acara haul KH. Djazuli Ustman, Gus Miek membaca Ayyuha ad-dunya thallaqtuka fa’anta thaliqah.(Wahai dunia, aku telah menalak kamu, sungguh aku telah mentalak kamu). Gus Miek lalu berhenti dan berkomentar:

Doa-doa seperti ini janan sampai kalian ikut mengamini, belum mengamini saja sudah senin kemis, apalagi mengamini, bertambah dalam (terperosok) lagi.

Dhawuh 56

Maaf, kalau saya harus mengatakan: Anda sebaiknya punya keterampilan. Jangan malu mengerjakan yang kecil, asal halal. Karena banyak sekali rekanan saya yang malu, misalnya jualan kopi di ujung sana, di sektor informal. Kok jualan kopi sih? Padahal saya mendambakan menjadi karyawan bank, biar terdengar keren dengan gaji tinggi. Kok ini? Kata mereka. Padahal ini halal menurut Allah dan sangat mulia. Sayang, mereka salah menempatkan, menjaga gengsi di hadapan manusia. Nah, ini tidak konsekuen, ini terlanjur salah kaprah. Kalau saya mengatakannya secara salah, saya yang terjepit.

Dhawuh 57
Saya ini kan lain. Walau income resmi enggak ada, tanah tak punya, tapi ada rekanan yang lucu-lucu. Hingga rasa tasyakurlah yang lebih berkobar. Bukan rasa kurang atau yang lain.

Dhawuh 58
Ada satu kios kecil yang isi dengan kebutuhan kampung seperti lombok, beras dan gula, di tempat yang sami’in tidak tahu. Kios itu saya percayakan pada seseorang. Terserah dia! Dan, tidak harus untung. Mungkin dia sendiri harus belajar untuk menerima kenyataan. Termasuk untuk tidak untung.

Dhawuh 59
Jadilah seburuk-buruk manusia di mata manusia tetapi luhur di mata Allah.

Dhawuh 60
Tidak apa-apa dianggap seperti PKI tetapi kelak masuk surga.

Dhawuh 61
Hidup itu yang penting satu, keteladanan.

Dhawuh 62
Kunci sukses adalah bergaul, dan di dalam bergaul kita harus ramah terhadap siapa saja. Sedang prinsipnya adalah bahwa pergaulan harus menjadikan cita-cita dan idaman kita tercapai, jangan sebaliknya.

Dhawuh 63
Segala langkah, ucapan, dan perbuatan itu yang penting ikhlas, hatinya ditata yang benar, tidak pamrih apa-apa.

Dhawuh 64
Kalau ada orang yang menggunjing aku, aku enggak usah kamu bela. Kalau masih kuat, silakan dengarkan, tapi kalau sudah tidak kuat, menyingkirlah.

Dhawuh 65
Kalau ada orang yang menjelek-jelekkan, temani saja, jangan menjelek-jelekkan orang yang menjelek-jelekkan. Kalau memang senang mengikuti sunnah nabi, ya jangan dijauhi mereka itu karena nabi itu rahmatan lil alamin.

Dhawuh 66
Kita anggota sami’in Dzikrul Ghofilin khususnya, ayo ramah tamah secara lahir dan batin dengan orang lain, dengan sesame, kita sama-sama manusia, walaupun berbeda wirid dan aliran. Kita harus mendukung kanan dan kiri yang sudah terlanjur mantab dalam Naqsabandiyah, Qodiriyah, atau ustadz-ustadz Tarekat Mu’tabarah. Jangan sampai terpancing untuk tidak suka, tidak menghormati pada salah satu wirid yang jelas muktabar dengan pedoman-pedoman yang sudah terang, khusus dan tegas

Dhawuh 67
Tadi ada orang bertanya: Gus, saya ini di kampung bersama orang banyak. Jawab saya: Yang penting ingat pada Allah, tidak merasa lebih suci dari yang lain, tidak sempat melirik maksiat orang lain, dengan siapa saja mempunyai hati yang baik, itulah ciri khas pengamal Dzikrul Ghofilin.

Dhawuh 68
sekarang, orang yang selamat itu adalah orang yang apa adanya, lugu dan menyisihkan diri.

Dhawuh 69
“Miftah, kamu masih tetap suka bertarung pencak silat?” Tanya Gus Miek. Lha bagaimana Gus, saya ikut, jawab Miftah. “Kalau kamu masih suka (bertarung) pencak, jangan mengharap baunya surga.”

Dhawuh 70
Saya lebih tertarik pada salah seorang ulama terdahulu, contohnya Ahmad bin Hambal. Kalau masuk tempat hiburan yang diharamkan Islam, dia justru berdoa: “Ya Allah, seperti halnya Kau buat orang-orang ini berpesta pora di tempat seperti ini, semoga berpesta poralah mereka di akhirat nanti. Seperti halnya orang-orang di sini bahagia, semoga berbahagia pula mereka di akhirat nanti.” Ini kan doa yang mahal sekali dan sangat halus. Tampak bahwa Ahmad bin Hambal tidak suka model unjuk rasa, demonstrasi anti ini anti itu. Apalagi seperti saya yang seorang musafir, saya dituntut untuk lebih menguasai bahasa kata, bahasa gaul, dan bahasa hati.

Dhawuh 71
Seorang yang diolok-olok atau dicela orang lain, apa itu termasuk sabar? Badanya sakit, anaknya juga sakit, istrinya meninggal, apa itu juga termasuk sabar? Hartanya hancur, istrinya mati, anaknya juga mati, apa itu termasuk orang yang sudah sabar? Seperti itu tidak bisa disebut sebagai orang sabar, entah sabar itu bagaimana, aku sendiri tidak mengerti.

Dhawuh 72
Tadi, ada orang yang bertanya: periuk terguling, anak-istri rewel, hati sumpek, pikiran ruwet, apa perlu pikulan ini (tanggung jawab keluarga) saya lepaskan untuk mencari sungai yang dalam (buat bunuh diri). Saya jawab: Jangan kecil hati, siapa ingin berbincng-bincang dengan Allah, bacalah Al Qur’an.

Dhawuh 73
Tadi ada yang bertanya: Gus, bagaimana ya, ibadah saya sudah bagus, shalat saya juga bagus, tetapi musibah kok datang dan pergi? Saya jawab: mungkin masih banyak dosanya, mungkin juga bakal diangkat derajat akhiratnya oleh Allah; janganlah berkecil hati.

Dhawuh 74
Orang-orang membacakan Al-Fatehah untukku, katanya aku ini sakit. Aku ini tidak sakit, hanya fisikku saja yang tidak kuat karena aktivitasku ini hanya dari mobil ke mobil, dan tidak pernah libur.

Dhawuh 75
Ada empat macam perempuan yan diidam-idamkan semua orang (lelaki). Perempuan yang kaya, perempuan bangsawan, dan perempuan yang cantik. Tapi ada satu kelebihan yan tidak dimiliki oleh ketiga perempuan itu, yaitu perempuan yang berbudi.

Dhawuh 76
Anaknya orang biasa itu ada yang baik dan ada yang jelek. Demikian juga anaknya kiai, ada yang baik dan ada yang jelek. Jangankan anaknya orang biasa atau anaknya kiai, anaknya nabi pun ada yang berisi dan ada yang kosong. Kalau sudah begini, yang paling baik bagi kita adalah berdoa.

Dhawuh 77
Di tengah-tengah sulitnya kita mengarahkan istri, menata rumah tangga, dan sulitnya menciptakan sesuatu yang indah, sedang tanda-tanda musibah pun tampak di depan mata, semua itu menuntut kita menyusun ketahanan batiniah, berusaha bagaimana agar Allah sayang dan perhatian kepada kita semua.

Dhawuh 78
Tadi, ada orang yang bertanya: anak saya nakal, ditekan justru menjadi-jadi, bagaimana Gus? Nasehat orang tua terhadap anaknya janganlah menggunakan bahasa militer, pakailah bahasa kata, bahasa gaul, dan bahasa hati.

Dhawuh 79
Gus, kenapa Anda menamakan anak Anda dengan bahasa Arab dan non Arab? Begini, alas an saya menamakan dengan dua bahasa itu karena mbahnya dua; mbahnya di sini santri, mbahnya di sana bukan. Mbahnya di sini biar memanggil Tajud karena santri, mbahnya di sana yang bukan santri biar memanggil Herucokro; mbanya di sini biar memanggil sabuth, mbahnya di sana biar memanggil panotoprojo.

Dhawuh 80
Menurut Anda, bagaimana sebaik-baiknya busana muslim itu? Jilbab kan banyak dipertentangkan akhir-akhir ini? Pada akhirnya, seperti penggabungan Indonesia, Siangapura, Malaysia, Thailand, Brunei, dan Filipina menjadi ASEAN, tidak menutup kemungkinan, ada bahasa dan busana ASEAN. Sehingga siapa pun dengan terpaksa untuk ikut dan patuh. Ya, kita sebagai orang tua harus diam kalau itu nanti terjadi, dan kalau ingin selamat, ya mulai sekarang kita harus berbenah.

Dhawuh 81
Saya kira-kira dituntut untuk lebih menggalakkan ibadatul qalbi (ibadah dalam hati). Mungkin begitu. Sebetulnya putrid rekan-rekan ulama juga sudah banya yang terbawa arus; ya sebagian ada yang masih mengikuti aturan, tetap berjilbab, misalnya. Tetapi ada juga yang tetap berjilbab karena sungkan lantaran orang tuanya mubaligh. Secara umum, sudah banyak yang terbawa arus.

Dhawuh 82
Dunia ini semakin lama semakin gelap, banyak hamba Allah yang bingung, dan sebagian sudah gila. Sahabat Muazd bin Jabbal berkata: “siapa yang ingat Allah di tengah-tengah dunia yang ramainya seperti pasar ini, dia sama dengan menyinari alam ini.”

Dhawuh 83
Memiliki lidah atau mulut itu jangan dibirkan saja, lebih baik dibuat zikir pada Allah, dilanggengkan membaca lafal Allah.

Dhawuh 84
Hadirin tadi ada orang yang bertanya: Gus, pendengar Al Qur’an ini kalau usai shalat fardhu, yang terbaik membaca apa ya? Saya jawab: Untuk wiridan, kecuali kalian yang sudah mengikuti sebagian tarekat mu’tabarah, baik membaca Al Fatehah 100 kali. Ini juga menjadi simbolnya Dzikrul Ghofilin. Resepnya, mengikuti imam Abu Hamid Al Ghazali, yang juga diijasahnya oleh adiknya, Syaikh Ahmad Al Ghazali.

Dhawuh 85
Trimah, kamu pasti mau bertanya: Kiai, wiridannya apa, mau bertanya begitu kan? Tidak sulit-sulit, baca shalawat sekali, pahalanya 10 kali lipat; jangan repot-repot, baca shallallah ‘ala Muhammad, itu saja, yang penting benar.

Dhawuh 86
Saya punya penyakit yang orang lain tidak tahu. Saya ini terus terang tamak, takabur yang terselubung, dan diam-diam ingin kaya. Padahal saya punya persoalan khusu dengan Allah. Artinya, saya adalah hamba yang diceramahkan, sedang Allah yang sudah saya yakini adalah sutradara.

Dhawuh 87
Persoalan mengenai hakikat hidup di dunia masih sering kita anggap remeh. Olih karena itu, sangat perlu dilakukan sebentuk muhasabah. Sejauh mana tauhid kita, misalnya. Dan, ternyata kita belum apa-apa. Kita belum menjadi mukmin dan muslim yang kuat.

Dhawuh 88
Taqarrub (pendekatan) kita kepada Allah seharusnya menjadi obat penawar bagi kita. Apa pun yang terjadi, apa pun yang diberikan Allah, syukuri saja. Sayang, terkadang kita belum bisa menciptakan keadaan yang demikian. Kita seharusnya bangga menjadi orang yang fakir. Sebab sebagian penghuni surga itu adalah orang –orang fakir yang baik.

Dhawuh 89
Dahulu, pada usia sekitar 10 tahun, saya sering didekati orang,dikira saya itu siapa. Ungkapan orang yang datang kepada saya itu-itu saja: minta restu atau mengungkapkan kekurangan, terutama yang berhubungan dengan materi. Perempuan yang mau melahirkan juga datang. Dikira saya ini bidan. Karena makin banyak orang berdatangan, lalu saya menyimpulkan: jangan-jangan saya ini senang dihormati orang, jangan-jangan saya ini dianggap dukun tiban juru penolong atau orang sakti.

Dhawuh 90
Surga itu miliknya orang-orang yang sembahyang tepat pada waktunya.

Dhawuh 91
Shalat itu, yang paling baik, di tengah-tengah Al-Fatehah harus jernih pikiran dan hati.

Dhawuh 92
Shalat itu, yang paling baik adalah berpikir di tengah-tengah membaca Al-Fatehah.

Dhawuh 93
Coro pethek bodon. Di akhirat, bila berbuat buruk satu, berbuat baik satu itu rugi. Di akhirat, bila berbuat buruk satu, berbuat baik dua itu rugi. Di akhirat, bila berbuat buruk satu, berbuat baik tiga itu baru untung.

Dhawuh 94
Kalau kamu ingin meningkat satu strip, barang yang kamu sayangi ketika diminta orang, berikan saja. Itu naik 1 strip, lebih-lebih sebelum diminta, tentu akan naik 1 strip lagi.

Dhawuh 95
yang berani melakukan dosa, harus berani pula bertobat.

Dhawuh 96
Kalau kamu mengerjakan kebaikan, sebaiknya kau simpan rapat-rapat; kalau melakukan keburukan, terserah kamu saja: mau kau simpan atau kau siarkan.

Dhawuh 97
Kowe arep nandi Sir? Tanya Gus Miek. Badhe tumut ujian, jawab Siroj. Kapan? tanya Gus miek . sak niki, jawab Siroj. Golek opo?, Tanya Gus Miek lagi. “Ijasah,” jawab Siroj juga. Lho kowe ntukmu melu ujian ki mung golek ijasah, e mbok sepuluh tak gaekne. Yoh, dolan melu aku.

Artinya:
Kalau kamu ikut ujian hanya untuk ijasah, sini, mau 10 saya buatkan, ayo ikut saya.

Dhawuh 98
“Kamu mau kemana sir?” Mau ngaji. “Biar dapat apa?” Biar masuk surga. “jadi, alasan kamu mengaji itu hanya untuk mencari surga? Jadi, surga bisa kamu peroleh dengan mengaji? Kalau begitu, sudah kitabmu ditaruh saja, ayo ikut bersama saya ke Malang.

Dhawuh 99
Saya katakana kepada anak-anak, Dzikrul Ghofilin jangan sampai diiklankan atau dipromosikan sebagai senjata pengatrol kesuksesan duniawi.

Dhawuh 100
Saya imbau, jangan sampai ada yang berjaga lailatul Qodar, itu ibarat memikat burung perkutut.

Dhawuh 101
Belum tahun 2000 saja sudah begini; bagaimana kelak di atas tahun 2000? Dunia ini semakin lama semakin panas, semakin lama semakin panas, semakin lama semakin panas.

Dhawuh 102
Saya senang orang-orang Nganjuk karena orangnya kecil-kecil. Ini sesuai sabda nabi: “Orang itu yang baik berat badannya 50.” Juga, ada sabda lain yang menguatkan : “Orang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling sedikit makannya.” Ini sesuai firman Allah: Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut (QS. Quraiys: 4).

Lapar adalah syarat untuk menghasilkan tujuan. Maka, siapa tidak senang lapar, ia bukan bagian dari ahli khalwat (menyendiri).

Dhawuh 103
Miftah, kalau kamu nanti sudah pulang dari mondok, jangan suka menjadi orang terdepan.

Dhawuh 104
Biarkan dunia ini maju. Akan tetapi, bagi kita umat Islam, akan lebih baik kalau kemajuan di bidang lahiriah dan umumiyah ini dibarengi dengan iman, ubudiyah, serta sejumlah keterampilan positif. Jadi, memasuki era globalisasi menuntut kita untuk lebih meyakini bahwa shalat lima waktu itu, misalnya, adalah senam atau olah raga yang paling baik. Setidak-tidaknya, bagi orang Jawa bangun pagi itu tentu baik. Apalagi kita yang mukmin. Dengan bangun pagi dan menyakini bahwa kegiatan shalat Subuh adalah senam olah raga yang paling baik, otomatis kita tersentuh untuk bergegas selakukan itu.

Dhawuh 105
Sir, kalau kamu mau bertemu aku, bacalah Al-Fatehah 100 kali.

Dhawuh 106
Kalau mau mencari aku, di mana dan kapan saja, silakan baca surah Al-Fatehah.

Dhawuh 107
Mbah, kalau kamu mau bertemu aku, sedang kamu masih repot, kirimi saja aku Al-Fatehah, 41kali.

62 MUKJIZAT YANG DIMILIKI NABI MUHAMMAD

Mukjizat Muhammad Rasulullah adalah kemampuan luar biasa yang dimiliki nabi Muhammad untuk membuktikan kenabiannya. Dalam Islam, mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur’an. Selain itu, Muhammad juga diyakini pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra dan Mi’raj tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketuhanan. Hal ini tidak sebanding dengan dirinya yang ummi atau buta huruf. Walau begitu, umat Islam meyakini bahwa setiap hal dalam kehidupan Muhammad adalah mukjizat. Hal itu terbukti dari banyaknya kumpulan hadits yang diceritakan para sahabat mengenai berbagai mukjizat Muhammad. Berikut ini adalah 62 mukjizat yang dimiliki nabi Muhammad : Masa Kecil Nabi Muhammad • Aminah binti Wahab, ibu Muhammad pada saat mengandung Muhammad tidak pernah merasa lelah seperti wanita pada umumnya. • Saat melahirkan Muhammad, Aminah binti Wahab tidak merasa sakit seperti wanita sewajarnya. • Muhammad dilahirkan dalam keadaan sudah berkhitan. • Pada usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara dan pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. • Halimah binti Abi-Dhua’ib, ibu susuan Muhammad dapat menyusui kembali setelah sebelumnya ia dinyatakan telah kering susunya. Halimah dan suaminya pada awalnya menolak Muhammad karena yatim. Namun, karena alasan ia tidak ingin dicemooh Bani Sa’d, ia menerima Muhammad. Selama dengan Halimah, Muhammad hidup nomaden bersama Bani Sa’d di gurun Arab selama empat tahun. • Abdul Muthalib, kakek Muhammad menuturkan bahwa berhala yang ada di Ka’bah tiba-tiba terjatuh dalam keadaan bersujud saat kelahiran Muhammad. Ia juga menuturkan bahwa ia mendengar dinding Ka’bah berbicara, “Nabi yang dipilih telah lahir, yang akan menghancurkan orang-orang kafir, dan membersihkan dariku dari beberapa patung berhala ini, kemudian memerintahkan untuknya kepada Zat Yang Merajai Seluruh Alam Ini.” • Dikisahkan saat Muhammad berusia empat tahun, ia pernah dibedah perutnya oleh dua orang berbaju putih yang terakhir diketahui sebagai malaikat. Peristiwa itu terjadi di ketika Muhammad sedang bermain dengan anak-anak Bani Sa’d dari suku Badui. Setelah kejadian itu, Muhammad dikembalikan oleh Halimah kepada Aminah. Sirah Nabawiyyah, memberikan gambaran detai bahwa kedua orang itu, “membelah dadanya, mengambil jantungnya, dan membukanya untuk mengelurkan darah kotor darinya. Lalu mereka mencuci jantung dan dadanya dengan salju.” Peristiwa seperti itu juga terulang 50 tahun kemudian saat Muhammad diisra’kan ke Yerusalem lalu ke Sidratul Muntaha dari Mekkah. • Dikisahkan pula pada masa kecil Muhammad, ia telah dibimbing oleh Allah. Hal itu mulai tampak setelah ibu dan kakeknya meninggal. Dikisahkan bahwa Muhammad pernah diajak untuk menghadiri pesta dalam tradisi Jahiliyah, namun dalam perjalanan ke pesta ia merasa lelah dan tidur di jalan sehingga ia tidak mengikuti pesta tersebut. • Pendeta Bahira menuturkan bahwa ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Muhammad saat itu berusia 12 tahun sedang beristirahat di wilayah Bushra dari perjalannya untuk berdagang bersama Abu Thalib ke Syiria. Pendeta Bahira menceritakan bahwa kedatangan Muhammad saat itu diiringi dengan gumpalan awan yang menutupinya dari cahaya matahari. Ia juga sempat berdialog dengan Muhammad dan menyaksikan adanya sebuah “stempel kenabian” (tanda kenabian) di kulit punggungnya. • Mukjizat lain adalah Muhammad pernah memperpendek perjalanan. Kisah ini terjadi saat pulang dari Syiria. Muhammad diperintahkan Maisarah membawakan suratnya kepada Khadijah saat perjalanan masih 7 hari dari Mekkah. Namun, Muhammad sudah sampai di rumah Khadijah tidak sampai satu hari. Dalam kitab as-Sab’iyyatun fi Mawadhil Bariyyat, Allah memerintahkan pada malaikat Jibril, Mikail, dan mendung untuk membantu Muhammad. Jibril diperintahkan untuk melipat tanah yang dilalui unta Muhammad dan menjaga sisi kanannya sedangkan Mikail diperintahkan menjaga di sisi kirinya dan mendung diperintahkan menaungi Muhammad. Kharisma Nabi Muhammad : • Tatapan mata yang menggetarkan Ghaurats bin Harits, yaitu seorang musuh yang sedang menghunus pedang kearah leher Muhammad. • Menjadikan tangan Abu Jahal kaku. • Jin yang bernama Muhayr bin Habbar membantu dakwah Muhammad, kemudian jin itu diganti namanya menjadi Abdullah bin Abhar. Menghilang Dan Menidurkan Musuh : • Menghilang saat akan dibunuh oleh utusan Amr bin at-Thufail dan Ibad bin Qays utusan dari Bani Amr pada tahun 9 Hijriah atau Tahun Utusan. • Menghilang saat akan dilempari batu oleh Ummu Jamil, bibi Muhammad ketika ia duduk di sekitar Ka’bah dengan Abu Bakar. • Menghilang saat akan dibunuh Abu Jahal dimana saat itu ia sedang shalat. • Menidurkan 10 pemuda Mekkah yang berencana membunuhnya dengan taburan pasir. Binatang, Tumbuhan, Alam Dan Benda Mati : • Seekor srigala berbicara kepada Muhammad. • Berbicara dengan unta yang lari dari pemiliknya yang menyebabkan masyarakatnya meninggalkan shalat Isya’. • Berbicara dengan unta pembawa hadiah raja Habib bin Malik untuk membuktikan bahwa hadiah tersebut bukan untuk Abu Jahal melainkan untuk Muhammad. • Mengusap kantung susu seekor kambing untuk mengeluarkan susunya yang telah habis. • Dua Sahabat Nabi saw dibimbing oleh cahaya. • Mimbar menangis setelah mendengar bacaan ayat-ayat Allah. • Pohon kurma dapat berbuah dengan seketika. • Batang pohon kurma meratap kepada Muhammad. • Pohon menjadi saksi dan dibuat berbicara kepada Muhammad. • Berhala-berhala runtuh dengan hanya ditunjuk oleh Muhammad. • Mendatangkan hujan dan meredakan banjir saat musim kemarau tahun 6 Hijriah di Madinah yang saat itu mengalami kekeringan. • Berbicara dengan gunung untuk mengelurkan air bagi Uqa’il bin Abi Thalib yang kehausan. • Berbicara dengan gilingan tepung Fatimah yang takut dijadikan batu-batu neraka. • Merubah emas hadiah raja Habib bin Malik menjadi pasir di gunung Abi Qubaisy. • Memerintahkan gilingan tepung untuk berputar dengan sendirinya. • Tubuh Muhammad memancarkan petir ketika hendak di bunuh oleh Syaibah bin ‘Utsman pda Perang Hunain. Makanan Dan Minuman : • Makanan yang di makan oleh Muhammad mengagungkan Nama Allah. • Makanan sedikit yang bisa dimakan sebanyak 800 orang pada Perang Khandaq. • Roti sedikit cukup untuk orang banyak. • Sepotong hati kambing cukup untuk 130 orang. • Makanan yang dimakan tidak berkurang justru bertambah tiga kali lipat. • Menjadikan beras merah sebanyak setengah kwintal yang diberikan kepada orang Badui Arab tetap utuh tidak berkurang selama berhari-hari. • Menjadikan minyak samin Ummu Malik tetap utuh tidak berkurang walau telah diberikan kepada Muhammad. • Air memancar dari sela-sela jari. Kemudian air itu untuk berwudhu 300 orang sahabat hanya dengan semangkuk air. • Susu dan kencing unta bisa menyembuhkan penyakit atas ijin Allah. Mendo’akan Dan Menyembuhkan : • Menyembuhkan betis Ibnu Al-Hakam yang terputus pada Perang Badar, kemudian Muhammad meniupnya, lalu sembuh seketika tanpa meresakan sakit sedikit pun. • Mata Qatadah terluka pada Perang Uhud, sehingga jatuh dari kelopaknya, kemudian oleh Muhammad mata tersebut dimasukkan kembali dan menjadi lebih indah dari sebelumnya. • Mendo’akan untuk menumbuhkan gigi salah seorang sahabatnya bernama Sabiqah yang rontok sewaktu perang. • Mendo’akan Anas bin Malik dengan banyak harta dan anak. • Menyembuhkan daya ingat Abu Hurayrah yang pelupa. • Menyembuhkan penyakit mata Ali bin Abi Thalib saat pemilihan pembawa bendera pemimpin dalam perang Khaibar. • Menyembuhkan luka gigitan ular yang diderita Abu Bakar dengan ludahnya saat bersembunyi di Gua Tsur dari pengejaran penduduk Mekah. • Menyembuhkan tangan wanita yang lumpuh dengan tongkatnya. • Menyambung tangan Badui yang putus yang dipotongnya sendiri setelah menampar Muhammad. • Mendoakan supaya Kerajaan Kisra hancur, kemudian do’a tersebut dikabulkan. • Mendoakan Ibnu Abbas menjadi orang yang faqih dalam agama Islam. Hal Ghaib Dan Ramalan : • Mengetahui siksa kubur dua orang dalam makam yang dilewatinya karena dua orang tersebut selalu shalat dalam keadaan kotor karena kencingnya selalu mengenai pakaian shalat. • Mengetahui ada seorang Yahudi yang sedang disiksa dalam kuburnya. • Meramalkan seorang istrinya ada yang akan menunggangi unta merah, dan disekitarnya ada banyak anjing yang menggonggong dan orang tewas. Hal itu terbukti pada Aisyah pada saat Perang Jamal di wilayah Hawwab yang mengalami kejadian yang diramalkan Muhammad. • Meramalkan istrinya yang paling rajin bersedekah akan meninggal tidak lama setelahnya dan terbukti dengan meninggalnya Zainab yang dikenal rajin bersedekah tidak lama setelah kematian Muhammad. • Meramalkan Abdullah bin Abbas akan menjadi “bapak para khalifah” yang terbukti pada keturunah Abdullah bin Abbas yang menjadi raja-raja kekhalifahan Abbasiyah selama 500 tahun. • Meramalkan umatnya akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Mukjizat Terbesar : • Membelah bulan dua kali untuk membuktikan kenabiannya pada penduduk Mekkah. • Isra ke Masjidil Aqsa dari Masjidil Haram lalu Mi’raj ke Sidratul Muntaha dari Baitul Maqdis tidak sampai satu malam pada tanggal 27 Rajab tahun 11 Hijriah. • Menerima Al-Qur’an sebagai Firman Tuhan terakhir padahal ia seorang yang buta huruf.