Maaf.....
sesalku... akan apa yang tlah lalu
mungkin tingkah lakuku sangat terlalu padamu

kadang kata yang terucap
pukul hatimu bak palu

atau kala bersamamu
diriku bagai sang benalu

Bibirku bak pisau,perbuatanku bak iblis,kugoreskan semua luka dalam hatimu,kusayat hatimu tak terkira menggoreskan luka terdalam dalam hatimu.

jangan terputus silaturahmi
karena sepatah kataku yang terucap tanpa sengaja
atau perbuatan yang tidak terencana.

seiring suara takbir
serta bedug yang bertalu mari membasuh jiwa dengan permintaan maaf.
terkirim dari lubuk hati atas kesalahan selama ini
selemat hari raya idul fitri.
--minal aidin wal faizin..maaf lahir batin--

HATI2 DENGAN MUNCULNYA BANYAK ALIRAN

semua ajaran yg yg mengajarkan kita keluar dari madzhab, maka ajaran itu adalah sesat.
sebagaimana sabda Rasul saw : ":Barangsiapa yg keluar sejengkal dari kumpulan muslimin (memisahkan diri), lalu ia wafat (dalam keadaan memisahkan diri) maka ia mati dalam kematian jahiliyah" (Shahih Bukhari).

seluruh madzhab itu adalah satu kumpulan, walaupun fatwa fiqih berbeda namun dari sumber dan rumpun yg sama, Imam Hambali adalah murid Imam SYafii, dan Imam Syafii adalah murid Imam Malik, dan Imam Malik hidup sezaman dg Imam Hanafi, dan keduanya belajar dari Tabiin dan sahabat Rasul saw, dan para sahabat belajar dari Rasulullah saw.

sanad mereka jelas, dan diikuti oleh seluruh ulama muslimin di dunia, kita semua satu, mengakui madzhab madzhab dan tidak saling bertentangan dan mencaci, kesemuanya satu rumpun.

TATA CARA SHOLAT RASULULLAH

Assalamu'alaikum wr wb.

Salam sejahtera semoga selalu tercurah kepada Habib Munzir yang saya muliakan, para ulama, kyai, habaib dan seluruh kaum muslimin dan muslimat yang teguh berpegang pada ahlussunnah wal jama'ah.

Dalam mazhab Imam Syafi'i shalat dirumuskan menjadi 13 rukun. Perumusan ini bersifat ilmiah dan memudahkan bagi kaum muslimin untuk mempelajari dan mengamalkannya. Hal yang perlu saya tekankan disini adalah, Imam Syafi'i adalah imam mujtahid yang ilmunya sangat luas dan tidak perlu diragukan lagi. Begitu pula dengan murid-muridnya yang mengikuti mazhab Imam Syafi'i adalah imam-imam besar yang luas pula ilmunya.

Rukun shalat yang wajib itu ada 13 :


1. Niat
2. Berdiri tegak
3. Takbiratul ihram
4. Fatihah
5. Ruku'
6. I'tidal
7. Sujud
8. Duduk antara dua sujud
9. Duduk tahiyat
10. Membaca tahiyat
11. Membaca shalawat
12. Salam
13. Tertib

1 : Niat dilakukan dalam hati, untuk menjaga hati niat dapat dilafazhkan.

2 : Berdiri tegak hanya bagi yang mampu. Bagi yang tidak mampu boleh duduk atau tidur.

3 : Takbiratul Ihram yaitu mengucapkan Allahu Akbar dengan keras (pada saat takbiratul ihram disinilah niat dalam hati dilakukan).

4 : Membaca Surat Al-Fatihah adalah wajib (hal yang sunnah dilakukan sebelum membaca fatihah adalah membaca do'a iftitah, sedangkan hal yang sunnah sesudah membaca fatihah adalah membaca surat pendek yang lain).

5: Ruku' yaitu membungkuk dengan punggung lurus. Dilakukan dengan tuma'ninah yaitu diam sebentar sambil membaca tasbih (subhaana rabbiyal 'azhim wabihamdihi).

6: I'tidal yaitu bangkit dan berdiri tegak dari ruku' dengan tuma'ninah sambil membaca sami'allahu liman hamidah dst.

7 : Sujud 2 kali yaitu meletakkan tujuh anggota badan ke tanah (kepala, 2 telapak tangan, 2 lutut, 2 telapak kaki). Dahi dan hidung menyentuh tanah, seluruh jari tangan dan kaki menghadap kiblat (jika mampu). Dengan tuma'ninah sambil membaca tasbih (subhaana rabbiyal a'la wabihamdihi).

8: Duduk diantara 2 sujud yaitu seperti duduk tahiyat dengan tuma'ninah sambil membaca rabbighfirli warhamni dst.

9 : Duduk tahiyat yaitu duduk dengan bertumpu pada kaki kiri, sedangkan kaki kanan berdiri dengan jari menghadap ke kiblat (jika mampu).

10 : Pada saat duduk tahiyat sambil membaca attahiyatul mubarakatush shalawatut thayyibaatulillah dst sampai dengan syahadat.

11 : Membaca shalawat pada nabi Muhammad SAW (allahumma shalli 'ala sayyidina muhammad wa 'ala aali sayyidina muhammad dst sampai dengan fil 'alamina innaka hamiidun majid). Boleh dilanjutkan dengan membaca do'a allahumma inni a'udzubika min adzabi jahannam, wa min adzabil qabri, wa min fitnatil mahya wal mamaat, wa min fitnatil masiihid dajjal, ya muqallibal qulub tsabbit quluubana 'ala diinika, wa 'ala tho'atika.

13 : Tertib yaitu semua rukun shalat ini tidak boleh ada yang tertinggal dan harus sesuai pula urutannya.

Hal yang harus pula diperhatikan bahwa setiap kali mendapatkan sujud yang dua kali (sujud-duduk-sujud) maka hal itu berarti telah mendapatkan 1 raka'at.

Dan pada tiap-tiap 2 raka'at maka dilakukan duduk tahiyat.

Duduk tahiyat yang terakhir dilakukan dengan cara bertumpu ke tanah sambil kaki kiri menyelinap di bawah kaki kanan, sedang kaki kanan berdiri tegak dengan jari menghadap ke kiblat (jika mampu).

HADHIST YANG JADI DASAR TATA CARA SHOLAT RASULULLAH :

Hadits 1
Sebagaimana yang diambil dari hadits Rasul saw yang diriwayatkan oleh Aby Hurairoh ra sengguhnya Rasullulah saw berkata : “ Apabila engkau berdiri untuk melakukan shalat maka berwudhulah dengan sempurna, kemudian menghadap kiblat, kemudian engkau bertakbir kemudian bacalah yang termudah bagimu dari AlQur’an, kemudian engkau berrukuk hingga tuma’ninah dalam berukuk kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau meluruskan badanmu berdiri (I’tidal), kemudin bersujut hingga engkau bertuma’ninah dalam bersujut, kemudin angkat kepalamu (duduk antara 2 sujud) hingga engkau bertuma’ninah dalam dudukmu kemudian engkau sujud kedua kalinya hingga bertuma’ninah dalam sujut, kemudian lakukanlah seperti yang tadi diseluruh shalatmu” (HR. Imam Bukhari dan Muslim)
dalam Riwayat Muslim Rasullulah saw berkata : “Hingga engkau bertuma’ninah dalam berdirimu”

Hadits 2
Riwayat An Ibn Umar ra Rasulullah saw berkata : “ketika duduk untuk berTasyahud menaruh tangan kiri diatas lutut sebelah kiri dan tangan kanannya diatas lutut sebelah kanan, dan memajukan jari telunjuk, dalam Riwayat Muslim (mengumpulkan semua jarinya dan menunjuk dengan jari yang setelah jari jempol).

Hadits 3
Riwayat An Aby Mashud ra shabat Basyir bin Syaid “Kita diperintah untuk bershalat.. maka bagaimana kami bershalawat keatasmu, kemudian Rasul saw terdiam lalu Rasulullah saw menjawab “ katakanlah, Allahumma Shali’alla Muhammadin wa’alla ali Muhammad kama shalaita ala Ibrahimma…” sampai dengan akhir shalawat Ibrahimiyah. (HR. Muslim). (Ditambahkan oleh Ibn khuzaimah bagaimana kami bershalawat atasmu jika kami dalam shalat).

Hadits 4
Sabda Rasulullah saw “sesungguhnya Rasulullah saw menutup shalatnya dengan salam” (HR.Imam Bukhari dan Muslim) dan dari Wail bin Hujr ra “aku shalat bersama Rasul saw dan beliau salam awal sebelah kanan (Assalamu’alaikum warohmatullahhi wabarokatu) dan salam akhir sebelah kiri (Assalamu’alaikum warohmatullahhi wabarokatu)”.( HR. Abu daut dengan sanad sahih )

Rukun shalat ada 17
1. Niat,
sebagaimana hadits 1 diatas “Apabila engkau berdiri untuk melakukan shalat,,,” dan Hadits Rasul saw “sesungguhnya amal itu dengan niat”
2. Menghadap kiblat dan berdiri dalam shalat Fardhu,
dari susunan hadist 1 diatas bahwa hendaknya menghadap kiblat sebelum bertakbir (syarah dari Imam alwi abbas al Maliki kitab Ibanatul ahkam)
3. Bertakbir,
yaitu membuka shalat dalam takbirratul ikhram (pendapat terbanyak dari Imam Syafi’I, Imam Hambali dan Imam Maliki bahwa takbiratul ikhram wajib dengan lafdz ‘Allahhu Akbar’)
4. Membaca Alfatihah,
para ulama sepakat Imam Syafi’I, Imam Hambali dan Imam Maliki wajibnya membaca Alfatihah disetiap rakaatnya. sebagaimana Hadits Rasulullah saw : “ Tidak sempurna shalat seseorang bila tidak membaca biummil Qur’an (Al Fatihah)” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Rukuk,
diriwayatkan oleh sahabat Rasulullah saw Ubbayd assaa’idi ra berkata : “bahwasannya melihat Rasulullah saw jika bertakbir kedua tangannya sejajar dengan bahunya, jika berukuk kedua tangannnya memegang kedua lututnya, sampai dengan akhir…..” ( HR. Imam Bukhari dan Muslim)
6. Tuma’ninah dalam berrukuk,
sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudian engkau berrukuk hingga tuma’ninah dalam berukuk…”
7. I’tidal,
sebagaimana hadits 1 diatas “… kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau meluruskan badanmu berdiri (I’tidal)…”
8. Tuma’ninah dalam I’tidal,
sebagaimana hadits 1 diatas “…Hingga engkau bertuma’ninah dalam berdirimu…”
9. Sujud pertama dan Sujud kedua,
sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudin bersujut hingga engkau bertuma’ninah dalam bersujut…” dan Hadits Rasulullah saw : “aku diperintah untuk bersujud dengan 7 anggota tubuh (atas dahi, kedua tangan, kedua lutut dan jari-jari kaki)” ( HR. Mutafaqul’alayh). Sabda Rasul saw : “Bahwa engkau sujud maka taruhlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu” (HR. Muslim)
10. Tuma’ninah dalam sujud pertama dan tuma’ninah dalam sujud kedua, sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudin bersujud hingga engkau bertuma’ninah dalam bersujud…”
11. Duduk diantara dua sujud,
sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudin angkat kepalamu (duduk antara 2 sujud) …”
12. Tuma'ninah diantara dua sujud,
sebagaimana hadits 1 diatas “…hingga engkau bertuma’ninah dalam dudukmu…”
13. Tasyahud akhir,
Riwayat Muslim dari Ibn Abbas berkata Rasul saw mengajari kami tasyahud “Attahiyatul mubaarakatus shalawatutthoybatulillah…” sampai dengan akhir.
14. Duduk diTasyahud akhir,
sebagaimana hadits 2 diatas “ ketika duduk untuk berTasyahud…”
15. Bershalawat kepada Rasul saw,
sebagaimana hadits 3 diatas “ Kita diperintah untuk bershalat.. maka bagaimana kami bershalawat keatasmu…”. Imam Syafi’I berpendapat bahwa beshalawat atas Rasul saw dan keluarganya dalam shalat adalah Wajib bagi kita, sebagaimana hadits 3 diatas.
16. Salam,
sebagaimana hadits 4 diatas “sesungguhnya Rasulullah saw menutup shalatnya dengan salam” (HR. Imam Bukhari dan Muslim). Sebagaimana hadits 4 maka para Imam beritifak bahwa salam awal wajib bagi seorang imam atau ma’mum atau sendiri dan salam kedua sunah, dan paling sedikitnya salam (Assalamu’alaikum) dikarnakan penduduk madinah melakukannya. (Kitab Ibbanatul Ahkam: Imam Alwi bin Abbas al maliki)
17. Tertib,
Sebagaimana urutan rukun – rukun hadits diatas.

Atau jika ingin lebih jelas bisa dilihat/dibaca pada Kitab Bulughul Maram oleh Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy atau lebih lengkapnya pada kitab syarahnya, yaitu Ibanatul Ahkam Syarh Bulughul Maram oleh Al Musnid Al Allamah Sayyid Muhammad bin Alwi Almalikiy Juz 1. atau banyak pada kitab lainnya.

HABIB MUNZIR AL MUSAWA

I'TIKAF

I’tikaf yang dimaksud dalam syari’at adalah tinggal di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah dari pribadi yang khusus dengan sifat yang khusus pula. Atau menetapi ketaatan yang khusus dalam waktu khusus dengan syarat khusus dan di tempat khusus. Demikian menurut al-Affani.

I’tikaf dapat dilakukan hanya beberapa saat bagi orang yang telah menetapkan hati melakukannya demikian. Ia memasuki masjid kemudian mengazamkan diri untuk tinggal di masjid tersebut dengan melakukan berbagai ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Di samping itu i’tikaf dapat juga dilakukan sebagai pemenuhan terhadap nadzar i’tikaf. I’tikaf yang paling populer dan dicontohkan Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam adalah pada bulan Romadhon.

Dasar pelaksanaan i’tikaf adalah:
وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِى الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلاَ تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (QS. Al-Baqarah [2]: 187)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضى الله عنهما قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ

Dari Abdullah bin Amr radhiya Alläh ‘anh, ia berkata: “Keadaan Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di hari sepuluh terakhir pada bulan Romadhon.” (HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim)

I’tikaf dilaksanakan di mesjid Jami yang dilakukan di dalamnya shalat berjama’ah dan diselenggarakan shalat Jum’at. Hal ini dimaksudkan agar tidak banyak meninggalkan mesjid tempat i’tikaf. Dalam mesjid ini dibolehkan membuat tempat khusus untuk beri’tikaf seperti kemah dan makan serta minum di dalamnya.

Al-‘Affani mengemukakan rukun dalam i’tikaf: pertama, tinggal di mesjid; kedua, niat; ketiga, orang yang i’tikaf; keempat, tempat i’tikaf. Sedangkan syarat i’tikaf adalah: Muslim, sudah baligh, dan dalam keadaan bersih dari hadats besar.

Sementara Wahbah al-Zuhaili mengurutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi yang i’tikaf, yaitu: pertama, muslim; kedua, berakal dan dewasa; ketiga, keadaanya dilakukan di mesjid; keempat, niat; kelima, shaum; keenam, bersih dari junub, haid, dan nifas; ketujuh, bagi perempuan harus mendapat ijin dari suami.

Ketika beri’tikaf kita diharuskan untuk tinggal di masjid. Tidak boleh meninggalkan mesjid kecuali karena ada alasan syar’i (yang dibenarkan oleh syari’at). Alasan dibolehkan meninggalkan mesjid bagi yang i’tikaf adalah:

1. Hajat Thabi’iyyat (kebutuhan alami) seperti buang air, membersihkan najis, dan mandi.
2. Hajat Dhoruriyat (kebutuhan yang mendesak) seperti mesjid mau roboh.

Di mesjid inilah seorang mu’takif melakukan berbagai kegiatan ibadah mendekatkan diri kepada Allah. Ia shalat, berdzikir, istigfar, dan membaca al-Qur`an. Di samping itu dapat pula melakukan tholabul’ilmi/ mengkaji ilmu-ilmu agama. Hanya tentu, porsinya tidak mengalahkan untuk berdzikir dan beristigfar kepada Allah. Karena i’tikaf adalah ibadah khusus untuk menjalin hubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Maka disunnahkan untuk tidak menjenguk yang sakit, tidak menghadri jenazah, tidak menyentuh dan menggauli perempuan.

Al-Zuhaili mengemukakan tujuan dari i’tikaf: “Ia adalah program untuk membersihkan hati dengan muroqabah (menjaga perasaan diawasi oleh Allah) dan menghadap kepada-Nya dengan memutuskan hubungan dengan yang lainnya. Ia melakukan berbagai ibadah hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala dengan melepaskan diri dari berbagai kesibukan dan aktifitas dunia. Seorang mu’takif menyerahkan dirinya kepada sang Pencipta dengan mempercayakan urusannya kepada kekuasaan-Nya. Ia bersandar kepada kemuliaan-Nya. Ia berdiri di pintu-Nya. Ia menetapi ibadah di rumah Allah subhanahu wa ta’ala agar dapat mendekatkan diri kepada-Nya dengan mendekati rohmat-Nya. Ia berusaha membentengi dirinya dengan benteng Allah ‘Azza wa Jalla. Maka tidak akan sampai musuh kepadanya untuk menipu dan memaksanya. Karena ia punya kekuataan dari kekuasaan Allah, paksaan-Nya, keagungan-Nya dan penguatan dengan pertolongan-Nya. I’tikaf adalah amal yang paling mulia dan dicintai Allah. Dengan i’tikaf kita terkondisikan untuk menanti shalat. Sedangkan menunggu shalat ini adalah seperti dalam keadaan shalat dan sebagai keadaan mendekatkan diri. Jika i’tikaf ini tergabung dengan shaum, maka bertambah kedekatan Mukmin dengan Allah melalui curahan orang-orang shaum, yaitu bersihnya hati dan lembutnya jiwa.”

“I’tikaf adalah memutuskan berbagai keterkaitan dengan makhluk untuk menyambungkan hubungan khusus dengan pengabdian yang spesial kepada sang Khaliq. Diharapkan dengan semakin kuatnya ma’rifat kepada Allah, mencintai, dan mendekati-Nya, dapat mewariskan tidak ada hubungan dengan selain Allah secara keseluruhan dalam setiap perkara kepada pelakunya.

Pelaku i’tikaf sungguh telah menahan dirinya untuk menetapi ketaatan kepada Allah. Hal itu ia diraih dengan dzikir kepada-Nya dan memutuskan berbagai hubungan dirinya dengan setiap kesibukan. Ia menetapi dengan hatinya dan menghadapkannya kepada Rabnya. Tidak ada yang tersisa bagi diri mereka keinginan kecuali Allah dan apa yang diridhai-Nya,” ungkap al-‘Affani.

Di samping menjalin hubungan khusus dengan Allah subhanahu wa ta’ala, i’tikaf pun adalah sebagai media mendapatkan keutamaan lailatul qodar.
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ رضى الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ فِى الْعَشْرِ الأَوْسَطِ مِنْ رَمَضَانَ، فَاعْتَكَفَ عَامًا حَتَّى إِذَا كَانَ لَيْلَةَ إِحْدَى وَعِشْرِينَ، وَهِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى يَخْرُجُ مِنْ صَبِيحَتِهَا مِنِ اعْتِكَافِهِ قَالَ: “مَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِى فَلْيَعْتَكِفِ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ، وَقَدْ أُرِيتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا، وَقَدْ رَأَيْتُنِى أَسْجُدُ فِى مَاءٍ وَطِينٍ مِنْ صَبِيحَتِهَا، فَالْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ، وَالْتَمِسُوهَا فِى كُلِّ وِتْرٍ”. فَمَطَرَتِ السَّمَاءُ تِلْكَ اللَّيْلَةَ، وَكَانَ الْمَسْجِدُ عَلَى عَرِيشٍ فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ، فَبَصُرَتْ عَيْنَاىَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى جَبْهَتِهِ أَثَرُ الْمَاءِ وَالطِّينِ، مِنْ صُبْحِ إِحْدَى وَعِشْرِينَ.

Dari Abu Sa’id al-Khudriy radhiya Alläh ‘anh, sesungguhnya keadaan Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf mulai dari sepersepuluh yang tengah di bulan Romadhon. Ia i’tikaf seperti itu hanya satu tahun (satu kali). Sehingga ketika memasuki malam kedua puluh satu yaitu malam yang ia keluar dari permulaan pagi i’tikafnya. Ia bersabda: “Siapa yang beri’tikaf denganku, maka beri’tikaflah pada sepuluh hari terakhir. Sungguh aku telah diperlihatkan mengenai lailatul qodar, kemudian aku dilupakan. Sungguh aku telah melihat sujud di tempat yang berair dan berlumpur di pagi harinya. Maka carilah malam lailatulqodar itu di malam terakhir, dan carilah ia di setiap malam yang ganjil.” Maka langitpun pun hujan pada malam itu. Keadaan mesjid pun menjadi tempat berteduh dan masjid pun bocor. Kedua mataku melihat Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam pada keningnya terdapat bekas air dan lumpur pada subuh malam dua puluh satu tersebut.” (HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim).

I’tikaf tidak pernah Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam tinggalkan. Bahkan, pada tahun beliau meninggal, ia melaksanakannya dua puluh hari.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ: كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا (متفق عليه)

Dari Abu Hurairah radhiya Alläh ‘anêh, ia berkata: “Keadaan Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di setiap Romadhon sepuluh hari. Pada tahun yang Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam meninggal, beliau i’tikaf dua puluh hari.” (HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim)

Al-Zuhri mengatakan: “Sungguh kebanyakan manusia sangat aneh. Bagaimana bisa mereka meninggalkan i’tikaf? Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam itu keadaannya mengerjakan sesuatu dan meninggalkannya. Tapi beliau tidak pernah meninggalkan i’tikaf sehingga meninggal dunia.”

“Wallahu a’lam”

FADHILAH BERDZIKIR

Mengingat Allah tidak hanya ketika shalat saja, ketika makan minum, bepergian, di waktu luang bahkan disaat sibuk sekalipun,dikantor atau ketika sedang kerja misalnya. Dan cara yang paling mudah dan ringan adalah dengan Dzikir.

Lafadz Subhanallah, Alhamdulillah, Laailahaillallah dan Allahu Akbar adalah lafadz dzikir yang dianjurkan oleh Rasullullah. Ke empat lafadz yang dikenal sebagai Lafadz Tasbih ini memiliki banyak sekali keutamaan2nya.
Diantara fadhilah2 dari brdzikir trsaebut adalah:

1.Dzikir menjauhkan diri dari syetan dan menghancurkan kekuatanya
2.Dzikir menyebaban ia dicintai Allah SWT
3.Dzikir menjauhkan kegelisahan dan kesedihan hati
4.Dzikir menjadikan hati lapang, gembira dan berseri-seri
5.Dzikir menguatkan tubuh dan hati
6.Dzikir menjadikan bercahayanya rumah dan hati
7.Dzikir dapat menarik rizki
8.Orang yang selalu berdzikir akan dipakaikan kepadanya pakaian
kehebatan dan kegagahan yaitu orang yang melihat akan merasa gentar
dan akan merasakan kesejukan
9.Dzikir dapat menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, sedangkan
cinta kepada Allah ini merupakan ruh Islam dan jiwa agama, juga
sebagai sumber keberhasilan dan kebahagiaan, keduanya akan mudah
dicapai oleh orang yang selalu berdzikir. Barang siapa yang ingin
dapat mencintai Allah dengan benar, hendaklah memperbanyak dzikrullah.
Demikian pula, dzikir merupakan pintu cinta kepada Allah
10.Dengan dzikir, kita akan mampu bermuraqabah yang akan menyampaikan
kita kepada derajat ikhsan. Orang yang telah mencapai derajat ikhsan,
dalam ibadahnya seakan-akan melihat Allah SWT
11.Dzikir merupakan sarana untuk kembali kepada Allah yang akan
membawa seseorang berserah diri kepada Allah. Sehinga sedikit demi
sedikit, dalam segala urusan, Allah akan menjadi tempat perlindungan,
rumah dan benteng baginya. Dalam menghadapi musibah juga akan
cenderung berlindung kepadaNya.
12.Dzikir dapat menyebabkan seseorang dekat kepada allah. Semakin
banyak seseorang mengingat Allah, ia akan semakin dekat kepada Allah
Ta'ala. Semakin lalai seseorang dalam mengingatNya, ia akan semakin
jauh dari Allah Ta'ala
13.Dzikir merupakan pintu ma'rifatulah
14.Dengan berdzikir, kehebatan dan kebesaran Allah akan masuk ke dalam
hati, juga sebagai sarana agar bergairah menghadirkan diri di hadapan
Allah.
15.Dzikir merupakan penyebab ingatnya seseorang kepada Allah,
sebagaimana firmanNya "Karena itu ingatlah kamu kepadaKu niscaya aku
ingat pula kepadamu". Di dalam hadits juga disebutkan "Barangsiapa
mengingatKu dalam dirinya, maka aku akan mengingatNya dalam diriKu"
16.Dzikir dapat menghidupkan hati. Hafizh Ibu Taimiyyah rahimullah
berkata bahwa dzikir bermanfaat bagi hati sebagaimana ikan yang
memerlukan air. Kita dapat memikirkan bagaimana jadinya jika ikan
hidup tanpa air.
17.Dzikir merupakan makanan bagi hati dan ruhani. Jika keduanya tidak
memperoleh makanan maka keadannya sebagaimana tubuh yang tidak
memperoleh makanan
18.Dzikir menjauhkan hati dari karat. Sebgaimana disebutkan dalam
hadits bahwa segala sesuatu itu akan berkarat atau kotor. Kotoran hati
adalah keinginan hawa nafsu dan kelalaian. Keduanya akan sulit
dibersihkan kecuali dengan dzikir. Untuk itu, dzikir bermanfaat untuk
membersihkanya.
19.Dzikir menjauhkan diri dari kesusahan dan kesalahan
20.Dzikir dapat menjauhkan diri dari perasaan takut dan was-was.
Apabila seseorang dihinggapi kelalaian, ia kan diselubungi perasaan
takut dan was-was. Bila ia berdzikir, semuanya itu akan menjauh
21.Apabila seseorang berdzikir kepada Allah maka emapat penjuru `Arsy
akan berdzikir kepadaNya.
22.Apabila pada waktu senang seseorang berdzikir mengingat Allah SWT,
maka Allah akan mengingatnya ketika dalam kesusahan
23.Dzikir merupakan sarana untuk menyelamatkan diri dari adzab Allah SWT
24.Dzikir menyebabkan turunnya sakinah serta rahmat. Para malaikat
akan menaungi manjelis dzikir.
25.Dengan berdzikir, lidah seseorang akan terjauh dari ucapan-ucapan
dosa seperti ghibah, memaki, berbohong, perkataan kotor, dan perkataan
sia-sia. Kenyataan telah membuktikan bahwa orang-orang yang sibuk
berdzikir akan selamat dari perbuatan-perbuatan tersebut. Sebaliknya,
lidah yang tidak dibiasakan berdzikir akan terjerumus ke dalam ucapan
yang tercela.
26.Majelis dzikir adalah majelis malaikat, sementara majelis lalai dan
sia-sia adalah manjelis syetan. Terserah kepada pribadi masing-masing
untuk memilih yagn disukainya. Setiap orang tentu menyukai sesuatau
sesuai dengan sifat dan kecenderunganya.
27.Dengan berdzikir, seseorang akan menjadi baik dan bahagia. Demikian
pula orang-orang yang menyertainya. Sebailknya, orang-orang yang
menghabiskan waktunya dengan sia-sia adalah orang –orang yang jahat
dan celaka, demikian pula orang-orang yang menyertainya
28.Pada hari kiamat, orang–orang yang selalu berdzikir akan terhindar
dari bencana dan penyesalan. Untuk itu, disebutkan dalam sebuah hadits
bahwa setiap majelis yang ada di dalamnya tidak ada dzikrullah akan
menyebabkan kesusahan dan kerugian pada hari kiamat.
29.Apabila seseorang berdzikir kepada Allah sendirian sehingga
menangis, pada hari kaiamat nanti, ia akan memperoleh naungan di bawah
`Arsy Ilahi, ketika seluruh manusia sedang dihisab dan merasakan panas
yang sangat menyiksa
30.Orang yang menyibukan diri dengan berdzikir akan mendapatkan
karunia lebih banyak daripada orang-orang yang berdoa, sebagaimana
telah disebutkan dalam hadits, "Barangsiapa karena sibuk berdzikir
sehingga tidak sempat untuk berdoa, maka Aku akan memberikan yang
lebih baik daripada orang �Eorang yang berdoa"
31.Meskipun dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, tetapi
mempunyai fadhilah (keutamaan) yang paling utama karena menggerakan
lidah lebih mudah daripada menggerakan anggota badan lainya.
32.Dzikrullah merupakan pohon di syurga.
33.Nikmat dan karunia yang diberikan Allah kepada seseorang karena
berdzikir tidaklah diberikan karena amal-amal lainya.
34.Seseorang yagn berdzikir secara istiqomah (terus menerus) akan
selamat dari melupakan dirinya, yang menyebabkan kecelakaan dunia dan
akhirat. Karena melupakan diri sendiri dan tipuan-tipuanya berarti
melupakan Tuhan, dan orang yang melupakan Tuhan niscaya akan
memperoleh kerugian. Allah memperingatkan dalam firmanNya : "Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah lalu Allah
menjadikan kamu seperti orang-orang yang lupa kepada diri mereka
sendiri. Merka itulah orang-orang yang fasik" (Al-Hasyr : 19)
35.Dengan berdzikir, seseorang dapat senantiasa mencapai kemajuan dan
kejayaan, baik ketika ia beristirahat atau ketika berada di pasar,
ketika sehat maupun ketika sakit, ketika sibuk mengecap kenikmatan
hidup maupun ketika mengalami berbagai kekurangan. Pendek kata, pada
setiap saat dan keadaan, ia akan memperoleh kejayaan.
36.Cahaya dzikir senantiasa bersama orang yang berdzikir, baik di
dunia maupun di dalam kubur, dan ia membimbing ketika melewati shirath
37.Dzikir adalah intisari ilmu tasawuf, yang diamalkan oleh setiap
ahli thariqah. Jika telah terbuka pintu dzikir bagi seseorang, berarti
telah terbuka baginya jalan menuju Allah. Barangsiapa telah menuju
kepada Allah, niscaya ia telah memperoleh semua yang dikehendakinya,
karena khazanah Illahi tidak akan berkurang sedikitpun.
38.Dzikir merupakan pohon yang setiap waktu menghasilkan buah makrifat
39.Dzikri mendekatkan kepada Dzat yang kepadaNya ia berdzikir,
sehingga orang yang berdzikir akan disertai olehNya
40.Dzikir seimbang dengan memerdekakan hamba, seimbang dengan
membelanjakan harta, dan seimbang pula dengan Jihad Fisabilillah
(berjuang di jalan Allah).
41.Dzikir merupakan sumber syukur
42.Dzikir merupakan obat penyakit hati
43.Dzikir merupakan sumber persahabatan dengan Allah, sebaliknya
melalaikanya merupakan sumber permusuhan dengan Allah
44.Dzikir dapat menambah nikmat Allah dan menyelamatkan dari adzabNya
45.Allah membangga-banggakan orang-orang yang berdzikir di hadapan
para malaikat
46.Barangsiapa senantiasa berdzikir, ia akan masuk syurga sambil
tersenyum-senyum
47.Amalan yang paling utama adalah amalan yang disertai dengan
berdzikir sebanyak-banyaknya
48.Dzikir merupakan pengganti ibadah-ibadah nafilah (sunah)
49.Dzikir merupakan pendorong ibadah-ibadah lainya
50.Dengan dzikir, hal-hal yang berat akan menjadi ringan
51.Dzikir akan menghindarkan semua bentuk ketakutan dan kebimbangan
52.Dzikir menimbulkan dan tenaga istimewa pada manusia
53.Allah SWT sendiri membenarkan dan memuji orang-orang yang berdzikir
54.Dzikir menyebabkan terbangunya rumah di syurga
55.Dzikir merupakan perisai atau penghalang di neraka jahanam
56.Para malaikat beristighfar untuk orang yang berdzikir
57.Memperbanyak dzikir merupakan jalan untuk membebaskan diri dari
kemunafikan
58.Dibandingkan amalan-amalan lainya, dzikir mempunyai kelezatan yang
tidak dimiliki oleh amalan-amalan lain
59.Di dunia, wajah orang yang berdzikir akan nampak gembira dan akan
nampak nur (cahaya) pada hari kiamat.

Dzikir kepada Allah SWT merupakan kiat untuk menggapai ketenangan
jiwa, yakni dzikir dalam arti selalu ingat kepada Allah dengan
menghadirkan nama-Nya di dalam hati dan menyebut nama-Nya dalam
berbagai kesempatan.

Wallahualam Bissawab

ILMU ITU IBARAT CAHAYA

“Al ilmu nurron”: bahwa ilmu itu ibarat nur yang akan menerangi bagi siapa saja pengamal dan pemilik ilmu tsb. Makanya kalau ada orang yang banyak ilmunya tapi masih semakin bingung melebihi orang yang tidak berilmu maka perlu di pertanyakan barokah dari ilmunya tsb. Kalau sudah punya ilmu tapi hidup masih tetap lebih sengsara/banyak mengeluh, maka apa bedanya dengan orang tidak berilmu???
bagi siapa saja yang mau menyisihkan waktu dengan untuk berbuat kebaikan misalnya dengan mengamalkan beberapa amalan dll dengan penuh keikhlasan, tawaduk, sabar dan pasrah penuh keyakinan pada Gusti ALLAH TA’ALA maka haqqul yakin insya allah tidak akan sia-sia.

Sebaiknya kita jangan banyak bertanya yang aneh-aneh karena kalau banyak pertanyaan biasanya pada akhirnya akan hilang kekuatan ikhlas, yang ada hanya menuntut sesuai keinginan nafsu saja. Belajar ilmu luhur itu harus dengan berbekal sabar, tawaduk, ikhlas penuh pengorbanan dan pasrah serta yakin bahwa KUN FAYAKUN itu pasti bagi yang mengetahuinya.

“Manjada wa jadda” bukankah barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia yang akan mendapatkan. Kadang kita ini Cuma bisanya banyak mengeluh, menyela, mendikte Tuhan dengan barometer do’a2 kita, ibadah dan amalan2 kita yang seakan sudah begitu banyak dan dasyat. Terkadang kita kurang sadar dan kurang intropeksi diri, sehingga kita terlena dengan nafsu duniawi kita yang melingkupi, selalu menuntut Gusti ALLAH TA’ALA memenuhi apa yang kita harapkan. Ingat dalam keheningan sunyi malam yang senyap ada terang, dalam sepi dan gelap ada cahaya, dalam kegalauan akan memaknai akan kebesaran Tuhan lewat segala macam amalan2 dan dzikir kadang kita kurang sadar akan dosa2 kita. Kita kadang menyempitkan sendiri apa yang sudah terbentang luas. Kita kurang yakin dengan do’a2 kita, dengan begitu banyak ilmu dan amalan2 kita, seharusnya semua sudah menjadi tajam tapi kita sendiri sering menumpulkan itu semua. Kesadaran kita ber-Tuhan sebatas kita butuh saja tapi tidak pernah paripurna meliputi hakekat hidup ini. Di saat kita merasakan kebesaran dan karunia-Nya begitu Agung di situ haqqul yakin Ijabah do’a “Kun fayakun” itu pasti dan nyata. Insya ALLAH.
sungguh KUN FAYAKUN itu Hak-NYA yang pasti dan nyata bagi yang tlah di berikan Ma’unah dan Kemulyaan Oleh-Nya.Semoga kita semua termasuk orang2 yg senantiasa dlm RidhoNYA.

"Ya ALLAH.....berikanlah kami keselamatan,kebaikan,kebahagiaan,kebahagiaan di dunia dan akherat yg semuanya berada dalam RidhoMU.Masukanlah kami kedalam kelompok golongan orang2 yg beriman,yg engkau kasih dan sayangi,yg senantiasa engkau bimbing dab kau berikan petunjuk menuju jalan yg lurus,yg mendapatkan syaffat dari Rasulullah salallahu alaihiwasalam,dan diterima di hadapanMU di yaumil akhir......aamiinn......

PUASA RAMADHAN DAN HADIRNYA ENERGI ILAHI PD DIRI KITA

Puasa Ramadhan adalah momentum kita semua untuk menghayati hakikat kekekalan energi. Bahwa tiada yang berkuasa dengan kuasa yang mutlak melainkan Allah SWT. Hatinya bersaksi, bahwa kekuasaan Allah SWT meliputi segala ada termasuk dirinya sendiri. Kekekalan ini terasa KETIKA KITA BERPUASA TIDAK MAKAN DAN MINUM, MENAHAN NAFSU MAKA YANG TERJADI ADALAH KUN FAYAKUN, ENERGI ILAHI YANG LUAR BIASA DAHSYAT AKAN MENGALIR DALAM DIRI KITA. Dengan syarat, puasa kita adalah puasa yang betul.

Puasa Ramadhan yang rata-rata terdiri dari 30 hari bisa dibagi menjadi tiga momentum. 10 hari pertama, 10 hari kedua dan 10 hari ketiga. Pada 10 hari pertama kita mengoreksi diri dalam hal KESALAHAN OBYEKTIF mengenai makan dan minum. Kita kuat sesungguhnya bukan karena energi dari makanan dan minuman dan yang benar adalah kita kuat dan segar karena LA HAULA WA LA QUWWATA ILA BIL-LAH. Hakikat energi yang berasal dari makanan dan minuman itu sebenarnya hanya energi yang bisa terjadi atas perkenaan NYA semata.

Saat puasa, badan kita terasa lemah lunglai tiada berdaya. Namun sesungguhnya rasakanlah saat itu justeru muncul energi Ilahi dalam diri. Sama seperti saat bahaya mengancam, tiba-tiba energi kekuatan muncul tiada terduga… Itulah energi Ilahi yang keluar saat kita pasrah total. Tanpa pasrah total, ikhlas atau nrimo kita tidak akan pernah bisa didatangi oleh energi Ilahi. Maka pada saat puasa pula, biasanya merupakan saat terbaik untuk melakukan pemancaran energi Ilahi seperti mendoakan kesembuhan orang lain, kelancaran rezeki dan sebagainya.

Dan sesungguhnya energi Ilahi itu sudah tersimpan di dalam Kitab-NYA berupa ayat-ayat kauniah yang tergelar di alam semesta ini. Tinggal sekarang apakah kita mampu membuka kuncinya atau tidak? INNA QUWWATIH, NAKABAN NATAH KITABAN NATAH.. WA INNAMA AMRUHU IDZA ARODA SYAI’AN AN YAQULA LAHU KUN FAYAKUN.

Pada 10 hari kedua yaitu hari kesebelas hingga hari kedua puluh bulan Ramadhan, kita koreksi kesalah pahaman mengenai pembuangan tenaga. Bahwa kita tidak lah membuang tenaga melainkan justeru kembali ke NAFSIN WAHIDATIN. Alastu birabbikum, kalu bala syahidna (QS 7:172) yaitu Janji Kawula Gusti.

Dan yang the best of all terjadi pada 10 hari ketiga yaitu hari kedua puluh satu hingga selesai bulan Ramadhan yaitu saat terjadinya LAILATUL QADAR. Yaitu teraksesnya ENERGI ILAHI oleh kesadaran ruhani kita seperti 1000 energi cahaya bulan yang menjadi satu dalam satu momentum beserta kepastian Furqoni 82 tahun yaitu energi LA ILAHA ILAL-LAH.

Allah SWT yang menganugerahkan energi pada manusia agar dengan energi yang dimilikinya itu dia memiliki sedikit kuasa untuk berusaha dan berbuat. Namun perlu diingat bahwa kuasa dan upaya tersebut tentunya hanya “pinjaman” yang akan “kembali” kepada Yang Punya Kuasa.

Menyelami makna LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAH (Tiada daya dan upaya melainkan dengan bantuan Allah) dalam dirinya. Ungkapan tauhid ini mengandungi rahasia bahwa Tuhanlah yang Memiliki Semua Energi di alam semesta ini. Tiada satu pun energi kecuali berada di dalam kekekalan energi-NYA.

Kita makan dan minum untuk mencari sumber tenaga. Sumber tenaga dari makan dan minuman yang kita konsumsi sesungguhnya berasal dari tanaman, tumbuhan dan hewan. Mereka mendapat energi dari rantai makanan lain begitu seterusnya hingga akhirnya bermuara pada satu sumber energi yang tidak berasal dari sumber energi lain, yaitu Energi Ilahi.

Mereka yang tenggelam dalam lautan penyaksian wahdah (kesatuan sifat-sifat Allah) pasti menghayati bahwa manusia dan seluruh alam ini tidak pernah terlepas daripada kekuasaan Allah SWT. Maka, dia merasa harus menghambakan dirinya dan memilih untuk mentaati-Nya.

Tidak mudah untuk menemukan rumusan rahasia ini. Kita bisa berteori namun umumnya belum sampai pada pemahaman yang sesungguhnya. Mata, telinga dan hati kita masih terhijab dan hakikat hukum kekekalan energi Allah SWT belum mampu kita temukan. Kita masih menganggap bahwa yang berperanan dalam memberi manfaat dan menolak kemudaratan adalah dirinya sendiri dan makhluk-makhluk di sekitarnya.

Kita yang lalai itu terhijab dengan perbuatan Allah (af’aal) melalui makhluk-makhlukNya (infi’al) sehingga gagal menghayati makna sebenar wujud seluruh makhluk. Kita terhijab dalam kepompong hukum sebab akibat sehingga tidak dapat menghayati konsep qudrat (kekuasaan), iradah dan ilmu Allah.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan pada kita sebagai berikut: KUNCI SEBENARNYA MENGAKSES ENERGI ILAHI YAITU MENGAKUI KEKUASAAN ALLAH SWT DENGAN CARA MENGAKUI KELEMAHAN DIRI DI HADAPAN-NYA SEBAGAIMANA MUSA AS YANG TERSUNGKUR DI BUKIT SINAI. ATAU BERSUJUDNYA SEORANG MUSLIM DENGAN SUNGGUH SUNGGUH SUJUD SAAT SHOLAT. KEYAKINAN INI JIKA DITERJEMAHKAN DALAM DIRI SESEORANG MAKA DIA AKAN MENGHADAPI KEHIDUPAN INI DENGAN PENUH KEPASRAHAN, NRIMO, IKHLAS, KETERGANTUNGAN HATI HANYA KEPADA-NYA TANPA RASA KEBIMBANGAN SEDIKITPUN.

Apa yang dia laksanakan adalah apa yang dituntut oleh Allah. Mereka tidak perlu risau soal hasil karena sudah ada jaminan kepastian atas dirinya. Namun, tatkala mengetahui bahwa hanya Allah yang Maha Berkuasa dalam kehidupan ini, maka dia pun tidak bermalas-malasan dan sebaliknya akan “berusaha” sekeras mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Allah menugaskan agar kita berusaha dalam rangka menunaikan tugas penghambaan diri. Usaha yang kita lakukan sebenarnya telah diperintahkan oleh Allah dan ini kita lakukan dalam rangka penyempurnaan ibadah. Kita dilarang keras jadi pemalas! Karena kewajiban kita adalah melaksanakan ibadah khusus (syahadat, sholat, zakat, puasa dan sebagainya) dan ibadah umum (mencari rezeki, beramal kebajikan demi kesejahteraan semua makhluk hidup, melestarikan alam sekitar dan sebagainya).

BERMACAM PAHALA PENGHAPUS DOSA

Tujuan utama yang sangat urgen bagi setiap muslim adalah ia keluar meninggalkan dunia fana ini dengan ampunan Allah dari segala dosa sehingga Allah tidak menghisabnya pada hari Kiamat, dan memasukkannya ke dalam surga kenikmatan, hidup kekal didalamnya, tidak keluar selama-lamanya.

Di dalam risalah yang sederhana ini DIsampaikan beberapa amalan yang INSYA ALLAH dapat melebur dosa dan membawa pahala yang besar, yang kesemuanya bersumber dari hadist-hadist yang INSYA ALLAH shahih. Kita bermohon kepada Allah yang Maha Hidup, yang tiada Tuhan yang haq selain Dia, untuk menerima segala amalan kita. Sesungguhnya Ia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.....
AMALAN2 ITU ANTARA LAIN :

1. TAUBAT
“Barang siapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah akan mengampuninya” (HR. Muslim, No. 2703.)

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menerima tobat seorang hamba selama ruh belum sampai ke tenggorokan”

2.29. SHALAT LIMA WAKTU
“Tiada seorang muslim kedatangan waktu shalat fardhu kemudian ia memperbagus wudhu`nya, kekhusyu`annya dan ruku`nya kecuali hal itu menjadi pelebur dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya selama ia tidak dilanggar suatu dosa besar. Dan yang demikian itu berlaku sepanjang masa” HR. Muslim, No. 228.

3.SHALAWAT KEPADA NABI SAW
“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah membalas shalawatnya itu sebanyak 10 kali” HR. Muslim, No. 384.

2. KELUAR UNTUK MENUNTUT ILMU
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah memudahkan baginya dengan (ilmu) itu jalan menuju surga” HR. Muslim, No.. 2699.

3. SENANTIASA MENGINGAT ALLAH
“Inginkah kalian aku tunjukkan kepada amalan-amalan yang terbaik, tersuci disisi Allah, tertinggi dalam tingkatan derajat, lebih utama daripada mendermakan emas dan perak, dan lebih baik daripada menghadapi musuh lalu kalian tebas batang lehernya, dan merekapun menebas batang leher kalian. Mereka berkata: “Tentu”, lalu beliau bersabda: Zikir kepada Allah Ta`ala” HR. At Turmidzi, No. 3347.

4. BERBUAT YANG MA`RUF DAN MENUNJUKKAN JALAN KEBAIKAN
“Setiap yang ma`ruf adalah shadaqah, dan orang yang menunjukkan jalan kepada kebaikan (akan mendapat pahala) seperti pelakunya” HR. Bukhari, Juz. X/ No. 374 dan Muslim, No. 1005.

5. BERDA`WAH KEPADA ALLAH
“Barangsiapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” HR. Muslim, No. 2674.

6. MENGAJAK YANG MA`RUF DAN MENCEGAH YANG MUNGKAR.
“Barangsiapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, jika ia tidak mampu (pula) maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman” HR. Muslim, No. 804.

7. MEMBACA AL QUR`AN
“Bacalah Al Qur`an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa`at kepada pembacanya” HR. Muslim, No. 49.

8. MEMPELAJARI AL QUR`AN DAN MENGAJARKANNYA
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur`an & mengajarkannya ” HR. Bukhari, Juz. IX/No. 66.

9. MENYEBARKAN SALAM
“Kalian tidak akan masuk surga sehingga beriman, dan tidaklah kalian beriman (sempurna) sehingga berkasih sayang. Maukah aku tunjukan suatu amalan yang jika kalian lakukan akan menumbuhkan kasih sayang di antara kalian? (yaitu) sebarkanlah salam” HR. Muslim, No.54.

10. MENCINTAI KARENA ALLAH
“Sesungguhnya Allah Ta`ala berfirman pada hari kiamat: “Di manakah orang-orang yang mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini Aku akan menaunginya dalam naungan-Ku, pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku” HR. Muslim, No. 2566.

11. MEMBESUK ORANG SAKIT
“Tiada seorang muslim pun membesuk orang muslim yang sedang sakit pada pagi hari kecuali ada 70.000 malaikat bershalawat kepadanya hingga sore hari, dan apabila ia menjenguk pada sore harinya mereka akan shalawat kepadanya hingga pagi hari, dan akan diberikan kepadanya sebuah taman di surga” HR. Tirmidzi, No. 969.

12. MEMBANTU MELUNASI HUTANG
“Barangsiapa meringankan beban orang yang dalam kesulitan maka Allah akan meringankan bebannya di dunia dan di akhirat” HR. Muslim, No.2699.

13. MENUTUP AIB ORANG LAIN
“Tidaklah seorang hamba menutup aib hamba yang lain di dunia kecuali Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat” HR. Muslim, No. 2590.

14. MENYAMBUNG TALI SILATURAHMI
“Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: “Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya” HR. Bukhari, Juz. X/No. 423 dan HR. Muslim, No. 2555.

15. BERAKHLAK YANG BAIK
“Rasulullah SAW ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, maka beliau menjawab: “Bertakwa kepada Allah dan berbudi pekerti yang baik” HR. Tirmidzi, No. 2003.

16. JUJUR
“Hendaklah kalian berlaku jujur karena kejujuran itu menunjukan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukan jalan menuju surga” HR. Bukhari Juz.. X/No. 423 dan HR. Muslim., No. 2607.

17. MENAHAN MARAH
“Barangsiapa menahan marah padahal ia mampu menampakkannya maka kelak pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk dan menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai” HR. Tirmidzi, No. 2022.

18. MEMBACA DO`A PENUTUP MAJLIS
“Barangsiapa yang duduk dalam suatu majlis dan banyak terjadi di dalamnya kegaduhan lalu sebelum berdiri dari duduknya ia membaca do`a: (Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa Tidak ada Ilah (Tuhan) yang berhak disembah kecuali Engkau, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu) melainkan ia akan diampuni dari dosa-dosanya selama ia berada di majlis tersebut” HR. Tirmidzi, Juz III/No. 153.

19. SABAR
Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim baik berupa malapetaka, kegundahan, rasa letih, kesedihan, rasa sakit, kesusahan sampai-sampai duri yang menusuknya kecuali Allah akan melebur dengannya kesalahan-kesalahan nya” HR. Bukhari, Juz. X/No. 91.

20. BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
“Sangat celaka, sangat celaka, sangat celaka…!” Kemudian ditanyakan: Siapa ya Rasulullah?, beliau bersabda: “Barangsiapa yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya di masa lanjut usia kemudian ia tidak bisa masuk surga” HR. Muslim, No. 2551.

21. BERUSAHA MEMBANTU PARA JANDA DAN MISKIN
“Orang yang berusaha membantu para janda dan fakir miskin sama halnya dengan orang yang berjihad di jalan Allah” dan saya (perawi-pent) mengira beliau berkata: Dan seperti orang melakukan qiyamullail yang tidak pernah jenuh, dan seperti orang berpuasa yang tidak pernah berbuka” HR. Bukhari, Juz. X/No. 366.

22. MENANGGUNG BEBAN HIDUP ANAK YATIM
“Saya dan penanggung beban hidup anak yatim itu di surga seperti begini,” seraya beliau menunjukan kedua jarinya: jari telunjuk dan jari tengah. HR. Bukhari, Juz. X/No. 365.

23. WUDHU`
“Barangsiapa yang berwudhu`, kemudian ia memperbagus wudhu`nya maka keluarlah dosa-dosanya dari jasadnya, hingga keluar dari ujung kukunya” HR. Muslim, No. 245.

24. BERSYAHADAT SETELAH BERWUDHU`
Barangsiapa berwudhu` lalu memperbagus wudhu`nya kemudian ia mengucapkan: (Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq selain Allah tiada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad hamba dan utusan-Nya,Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci),” maka dibukakan baginya pintu-pintu surga dan ia dapat memasukinya dari pintu mana saja yang ia kehendaki” HR. Muslim, No. 234.

25. MENGUCAPKAN DO`A SETELAH AZAN
“Barangsiapa mengucapkan do`a ketika ia mendengar seruan azan: “Ya Allah pemilik panggilan yang sempurna dan shalat yang ditegakkan, berilah Muhammad wasilah (derajat paling tinggi di surga) dan kelebihan, dan bangkitkanlah ia dalam kedudukan terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya” maka ia berhak mendapatkan syafa`atku pada hari kiamat.” HR. Bukhari, Juz. II/No. 77.

26< MASJID MEMBANGUN>
“Barangsiapa membangun masjid karena mengharapkan keridhaan Allah maka dibangunkan baginya yang serupa di surga” HR. Bukhari, No. 450.

27. BERSIWAK
“Seandainya saya tidak mempersulit umatku niscaya saya perintahkan mereka untuk bersiwak pada setiap shalat” HR. Bukhari II/No. 331 dan HR. Muslim, No. 252.

28. BERANGKAT KE MASJID
“Barangsiapa berangkat ke masjid pada waktu pagi atau sore, niscaya Allah mempersiapkan baginya tempat persinggahan di surga setiap kali ia berangkat pada waktu pagi atau sore” HR. Bukhari, Juz. II/No. 124 dan HR. Muslim, No. 669.


29. SHALAT SUBUH DAN ASHAR
“Barangsiapa shalat pada dua waktu pagi dan sore (subuh dan ashar) maka ia masuk surga” HR. Bukhari, Juz. II/No. 43.

30. SHALAT JUM`AT
“Barangsiapa berwudhu` lalu memperindahnya, kemudian ia menghadiri shalat Jum`at, mendengar dan menyimak (khutbah) maka diampuni dosanya yang terjadi antara Jum`at pada hari itu dengan Jum`at yang lain dan ditambah lagi tiga hari” HR. Muslim, 857.

31. SAAT DIKABULKANNYA PERMOHONAN PADA HARI JUM`AT
“Pada hari ini terdapat suatu saat bilamana seorang hamba muslim bertepatan dengannya sedangkan ia berdiri shalat seraya bermohon kepada Allah sesuatu, tiada lain ia akan dikabulkan permohonannya. ” HR. Bukhari, Juz. II/No. 344 dan HR. Muslim, No. 852.

32. MENGIRINGI SHALAT FARDHU DENGAN SHALAT SUNNAT RAWATIB
“Tiada seorang hamba muslim shalat karena Allah setiap hari 12 rakaat sebagai shalat sunnat selain shalat fardhu, kecuali Allah membangunkan baginya rumah di surga” HR. Muslim, No. 728.

33. SHALAT 2 (DUA) RAKAAT SETELAH MELAKUKAN DOSA
“Tiada seorang hamba yang melakukan dosa, lalu ia berwudhu` dengan sempurna kemudian berdiri melakukan shalat 2 rakaat, lalu memohon ampunan Allah, melainkan Allah mengampuninya” HR. Abu Daud, No.1521.

34. SHALAT MALAM
“Shalat yang paling afdhal setelah shalat fardhu adalah shalat malam” HR. Muslim, No. 1163.

35. SHALAT DHUHA
“Setiap persendian dari salah seorang di antara kalian pada setiap paginya memiliki kewajiban sedekah, sedangkan setiap tasbih itu sedekah, setiap tahmid itu sedekah, setiap tahlil itu sedekah, setiap takbir itu sedekah, memerintahkan kepada yang makruf itu sedekah dan mencegah dari yang mungkar itu sedekah, tetapi semuanya itu dapat terpenuhi dengan melakukan shalat 2 rakaat dhuha” HR. Muslim, No. 720.

36. PUASA
“Tiada seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah melainkan Allah menjauhkannya karena puasa itu dari neraka selama 70 tahun” HR. Bukhari, Juz. VI/No. 35.

37. PUASA 3 (TIGA) HARI PADA SETIAP BULAN
“Puasa 3 (tiga) hari pada setiap bulan merupakan puasa sepanjang masa” HR. Bukhari, Juz. IV/No. 192 dan HR. Muslim, No. 1159.

38. PUASA 6 (ENAM) HARI PADA BULAN SYAWAL
“Barangsiapa melakukan puasa Ramadhan, lalu ia mengiringinya dengan puasa 6 hari pada bulan Syawal maka hal itu seperti puasa sepanjang masa” HR. Muslim, 1164.

39. PUASA `ARAFAH
“Puasa pada hari `Arafah (9 Dzulhijjah) dapat melebur (dosa-dosa) tahun yang lalu dan yang akan datang” HR. Muslim, No. 1162.

40. PUASA `ASYURA
“Dan dengan puasa hari `Asyura (10 Muharram) saya berharap kepada Allah dapat melebur dosa-dosa setahun sebelumnya” HR. Muslim,No. 1162.

41. MEMBERI HIDANGAN BERBUKA BAGI ORANG YANG BERPUASA
“Barangsiapa yang memberi hidangan berbuka bagi orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti pahala orang berpuasa itu, dengan tidak mengurangi pahalanya sedikitpun” HR. Tirmidzi, No. 807.

42. SHALAT DI MALAM LAILATUL QADR
“Barangsiapa mendirikan shalat di (malam) Lailatul Qadr karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”HR. Bukhari Juz. IV/No. 221 dan HR. Muslim, No. 1165.

43 SEDEKAH
“Sedekah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api” HR. Tirmidzi, No. 2616.

44. HAJI DAN UMRAH
“Dari umrah ke umrah berikutnya merupakan kaffarah (penebus dosa) yang terjadi di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga” HR. Muslim, No. 1349.

45. BERAMAL SHALIH PADA 10 HARI BULAN DZULHIJJAH
“Tiada hari-hari, beramal shalih pada saat itu lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini, yaitu 10 hari pada bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: “Dan tidak (pula) jihad di jalan Allah? Beliau bersabda: “Tidak (pula) jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian ia tidak kembali lagi dengan membawa sesuatu apapun” HR. Bukhari, Juz. II/No. 381.

46. JIHAD DI JALAN ALLAH
“Bersiap siaga satu hari di jalan Allah adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya, dan tempat pecut salah seorang kalian di surga adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya” HR. Bukhari, Juz. VI/No. 11.

47. INFAQ DI JALAN ALLAH
“Barangsiapa membantu persiapan orang yang berperang maka ia (termasuk) ikut berperang, dan barangsiapa membantu mengurusi keluarga orang yang berperang, maka iapun (juga) termasuk ikut berperang” HR. Bukhari, Juz.VI/No. 37 dan HR. Muslim, No. 1895.

48. MENSHALATI MAYIT DAN MENGIRINGI JENAZAH
“Barangsiapa ikut menyaksikan jenazah sampai dishalatkan maka ia memperoleh pahala satu qirat, dan barangsiapa yang menyaksikannya sampai dikubur maka baginya pahala dua qirat. Lalu dikatakan: “Apakah dua qirat itu?”, beliau menjawab: Seperti dua gunung besar” HR. Bukhari, Juz. III/No. 158.

49. MENJAGA LIDAH DAN KEMALUAN
“Siapa yang menjamin bagiku “sesuatu” antara dua dagunya dan dua selangkangannya, maka aku jamin baginya surga” HR. Bukhari, Juz. II/No. 264 dan HR. Muslim, No. 265.

50. KEUTAMAAN MENGUCAPKAN LAA ILAHA ILLALLAH & SUBHANALLAH WA BI HAMDIH
“Barangsiapa mengucapkan: sehari seratus kali, maka baginya seperti memerdekakan 10 budak, dan dicatat baginya 100 kebaikan,dan dihapus darinya 100 kesalahan, serta doanya ini menjadi perisai baginya dari syaithan pada hari itu sampai sore. Dan tak seorangpun yang mampu menyamai hal itu, kecuali seseorang yang melakukannya lebih banyak darinya”. Dan beliau bersabda: “Barangsiapa mengucapkan: satu hari 100 kali, maka dihapuskan dosa-dosanya sekalipun seperti buih di lautan” HR. Bukhari, Juz. II/No. 168 dan HR. Muslim, No. 2691.

51. MENYINGKIRKAN GANGGUAN DARI JALAN
“Saya telah melihat seseorang bergelimang di dalam kenikmatan surga dikarenakan ia memotong pohon dari tengah-tengah jalan yang mengganggu orang-orang” HR. Muslim.

52. MENDIDIK DAN MENGAYOMI ANAK PEREMPUAN
“Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan, di mana ia melindungi, menyayangi, dan menanggung beban kehidupannya maka ia pasti akan mendapatkan surga” HR. Ahmad dengan sanad yang baik.

53. BERBUAT BAIK KEPADA HEWAN

“Ada seseorang melihat seekor anjing yang menjilat-jilat debu karena kehausan maka orang itu mengambil sepatunya dan memenuhinya dengan air kemudian meminumkannya pada anjing tersebut, maka Allah berterimakasih kepadanya dan memasukkannya ke dalam surga” HR. Bukhari.

54. MENINGGALKAN PERDEBATAN
“Aku adalah pemimpin rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan padahal ia dapat memenangkannya” HR. Abu Daud.

55. MENGUNJUNGI SAUDARA-SAUDARA SEIMAN
“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang para penghuni surga?” Mereka berkata: “Tentu wahai Rasulullah”, maka beliau bersabda: “Nabi itu di surga, orang yang jujur di surga, dan orang yang mengunjungi saudaranya yang sangat jauh dan dia tidak mengunjunginya kecuali karena Allah maka ia di surga.” Hadits hasan, riwayat At-Thabrani.

56. KETAATAN SEORANG ISTRI TERHADAP SUAMINYA
“Apabila seorang perempuan menjaga shalatnya yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menjaga kemaluannya serta menaati suaminya maka ia akan masuk surga melalui pintu mana saja yang ia kehendaki.” HR. Ibnu Hibban, hadits shahih.

57. TIDAK MEMINTA-MINTA KEPADA ORANG LAIN
“Barangsiapa yang menjamin dirinya kepadaku untuk tidak meminta-minta apapun kepada manusia maka aku akan jamin ia masuk surga” Hadits shahih, riwayat Ahlus Sunan.

WALLAHU'ALAM BISSAWAB.

Jangan Ikuti Ulama Yang Tidak Shaleh

(Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany Hari Jum’at Pagi Tanggal 7 Dzul Qa’dah, 545 H.)

Hai Munafiq! Allah memberangus dirimu dari muka bumi. Apa yang masih tersisa dari kemunafikanmu? Sampai dirimu terus menerus mengumpat Ulama Sholeh, para Auliya’ yang Soleh? Kalian memakan daging mereka dalam pesta bersama dengan kelompok-kelompok munafikmu? Padahal dalam waktu dekat dagingmu akan disantap oleh ulat-ulat, mulutmu, dan ulat-ulat itu akan mencabik-cabik dan merobek-robekmu. Bumi akan menelanmu, menjepitmu dan menggilasmu.
Tak ada kemenangan dan kebahagiaan bagi orang yang tidak memiliki baik sangka (husnudzon) kepada Allah Azza wa-Jalla dan kepada hamba-hambaNya yang saleh, tak ada kebahagiaan bagi mereka yang tidak tawadlu pada hamba-hambaNya itu. Kenapa anda tidak rendah hati kepada mereka? Padahal mereka adalah para pemuka ruhani dan pemimpin ummat. Apa pangkatmu wahai munafik, dibanding mereka?Padahal Allah Azza wa-Jalla telah mengikat jiwa para Auliya dan Ulama saleh; dimana hujan turun dan tumbuhan ranum karena mereka. Setiap makhluk seperti dibawah perlindungan mereka. Setiap orang dari mereka ini seperti gunung yang tak tergoyahkan oleh bencana dan guncangan musibah. Tauhid mereka dan ridlo mereka begitu kokoh terhadap Allah, Tuhan mereka. Mereka senantiasa berjuang untuk ummat dan jiwanya.
Bertaubatlah kepada Allah hai munafik! Mengaku salahlah kepadaNya, akuilah dosa-dosamu, antara dirimu dengan Allah, dan hinakan dirimu di hadapanNya. Sungguh! Kalau anda tahu apa yang ada padamu saat ini, anda semua pasti tidak seperti ini. Beradablah kamu di hadapanNya, sebagaimana para pendahulumu beradab kepada Allah Azza wa-Jalla. Kenapa anda seperti banci? Watak, perilaku dan keberanianmu? Keberanian dalam agama adalah berani menegakkan kewajiban Allah Ta’ala.
Janganlah kalian menghina ucapan para Ulama dan para sufi. Karena ucapan mereka adalah obat dan buah. Sekarang tak ada Nabi diantara kalian, kecuali kalian semua mengikuti para Ulama saleh, karena dengan begitu kalian mengikuti jejak Nabi SAW, karena merekalah yang mengukuti jejak nabi dengan sebenar-benarnya. Jika kalian mengikuti seperti mengikuti Nabi, jika kalian melihat seakan-akan melihat para Nabi.
Bergurulah kepada Ulama-ulama yang taqwa. Karena berguru kepada mereka membawa barokah. Jangan berguru kepada Ulama-ulama yang tidak mengamalkan ilmunya, karena berguru kepada mereka malah runyam. Jika kamu berguru kepada orang yang lebih taqwa dan lebih berilmu, maka belajarmu meraih barokah yang banyak. Tapi kalau kamu berguru kepada orang yang lebih tua dari kamu usianya, tetapi tidak ada ketaqwaan dan ilmu, maka belajarmu akan membawa bencana.
Beribadahlah untuk Allah, bukan untuk selain Allah. Tinggalkan hatimu hanya untuk Allah, jangan biarkan hatimu untuk selain Allah. Sebab beramal selain Allah bisa kufur. Membiarkan hati untuk selain Allah Riya’. Siapa pun yang tidak mengenal ini dan beramal untuk selain ini dia berada dalam kesesatan, tanpa disadari maut telah menjemputnya.Hati-hati kalian. Kalian harus sampai kepada Tuhan kalian.
Putuskan hatimu dari selainNya. Sebagaimana sabda Nabi SAW:”Berwushullah pada orang yang berada diantara dirimu dan Tuhanmu, kalian semua akan bahagia…”Beradalah bersama shaf orang yang diantara dirimu dan Tuhanmu, melalui perlindungan hati orang-orang saleh.Anak-anak sekalian. Jika anda temui dirimu, di hatimu, masih suka membedakan antara orang miskin dan orang kaya, maka kalian tidak akan bahagia. Muliakan orang fakir dengan kesabaran mereka, dan ambillah berkah dari mereka, bertemu mereka dan bermajlis dengan mereka. Nabi saw, bersabda: “Kaum fakir adalah para penyabar, merekalah kaum majlis Ar-Rahman di hari kiamat.”Saat ini mereka bermajelis dengan Allah melalui hatinya, besok mereka dengan jasadnya. Para fakir adalah mereka yang hatinya zuhud dengan dunia, berpaling dari pesona dunia, dan mereka memilih kefakiran dibanding kemewahan, mereka bersabar dengan kenyataan itu. Ketika telah sempurna mereka dilamar oleh akhirat. Ketika bertemu akhirat mereka melihat bahwa akhirat ternyata bukan Tuhan mereka, lalu mereka berpindah dari akhirat, lalu mereka lari karena malu kepada Tuhannnya Yang Maha Agung dan Mulia. Bagaimana tidak? Kenapa harus bermukim pada selain Allah? Akhirnya mereka bertemu dengan Sang Pencipta dan bermesraan denganNya, lalu menyerahkan semua perbuatannya padaNya, dan seluruh kebajikan dan kepatuhan, lalu mereka terbang degan sayap-sayap kebenaran jiwanya menuju Allah Azza wa-Jalla. Mereka terbang menuju yang mewujudkan mereka, mencari Ar-Rafiiqul A’la (Allah Yang Maha Asih lagi Luhur). Meraih Yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Dzohir dan Maha Bathin, sampai pada cakrawala Kedekatan, sehingga mereka menjadi golongan yang disebut Allah Azza wa-Jalla:”Dan mereka sesungguhnya, di sisi Kami,. Termasuk orang-orang yang sangat terpilih.”Hati mereka, hasrat mereka dan makna mereka hanya pada Kami. Lubuk jiwa paling dalam, hanya bagi Kami.
Jika para Sufi sudah sempurna, mereka tidak sama sekali tergoda oleh dunia dan akhirat. Langit dan bumi dan diantara langit dan bumi telah terlipat oleh hati, rahasia hati yang telah menfanakan mereka dari selain Allah dan mempertemukan Allah SAWT. Kalau saja mereka ada di dunia, tetap dikembalikan pada sikap manusiawinya, demi memenuhi bagian takdir mereka, agar Ilmu dan Qodlo-QodarNya tidak diganti, sehingga mereka memperbaiki adab bersama Ilmunya Allah, Qodlo dan QodarNya. Dan mereka meraih apa yang diberikan Allah melalui jejak Zuhud, bukan dengan Nafsu dan Hawa, atau pun hasrat. Karena itu pula aturan hukum dzohir tetap terjaga bagi mereka dalam segala perilakunya. Mereka tidak pernah bakhil kepada sesama. Kalau diberi kemurahan di dunia, semuanya untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah Ta’ala, tak sebesar atom pun di hatinya ada sisa dunia.Kalau kalian masih bersama dunia, kalian tak dapatkan akhirat. Dan selama masih dengan akhirat kalian tak dapatkan Allah Tala’a.
Jadilah kalian sebagai pelaksana tugas Ilahi. Jangan bodoh lagi! Jangan sampai kalian tergolong orang yang disesatkan dari pengetahuan kebenaran. Diantara caramu bertemu Allah, temuilah orang-orang miskin melalui hartamu. Karena sedekah itu bekerjasama dengan Allah Ta’ala Yang Maha Kaya dan Murah. Apakah ada yang rugi kalai bekerjasama dengan Yang Maha Kaya dan Maha Murah? Nafkahkanlah demi Wajah Allah Sebiji atom yang kau nafkahkan demi Allah, akan kau dapatkan segunung balasan dariNya. Setetes yang kau nafkahkan, selautan yang diberikanNya, di dunia dan di akhirat akan kau raih semuanya, pahala dan balasanNya.Anak-anak…kalau kau beramal untuk Allah, bersihlah tanamanmu, mengalirlah sungai-sungaimu, rimbun, ranum dan subur tanamanmu. Perintahkan kebaikan, cegahlah kemungkaran dan tolonglah agama Allah azza wa-Jalla. Hadiahkan semua di dalamnya dengan benar. Siapa bersedekah dalam kebaikan akan abadi sedekahnya, baik dalam sunyi, sendiri, terang-terangan, suka maupun duka, musim semi maupun kemarau.
Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk. Kalau kalian memang bersama sesama makhluk, sunyikan hatimu bersama Allah Ta’ala, Allah akan melimpahkan ilhamNya untuk dirimu keman arah yang harus kau raih hajatmu. Kalau kalian mendapatkan rizki itu bukan dari mereka tetapi dari Allah swt.
Orang-orang Sufi mengeluarkan kepentingan hasrat rizkinya dari hati mereka, karena mereka tahu kadar dan bagian dariNya, lalu mereka tidak berambisi dan bernafsu mencarinya, lalu hatinya bersemayam pada Sang Pemilik semuanya. Mereka merasa cukup dengan anugerah Allah Ta’ala, atas Maha DekatNya dan PengetahuanNya. Jikia sudah sempurna perilaku perjalanannya mereka menghadap arah makhl;uk lain, dan memberikan pencerahan pada mereka agar menuju kepada Sang Maha Diraja, dimana mereka menata hati ummat untuk dekat kepadaNya, demi diterimanya mereka dan Ridlo dariNya.
Diantara para Sufi – semoga Allah merahmati – berkata, “Hamba Allah yang sesungguhnya adalah mereka yang ibadahnya benar-benar hanya bagi Allah, sama sekali tidak pernah mencari ganti dunia dan akhirat. Dia hanya mencariNya, bukan lainNya.”Ya Allah, tunjukkan semua makhluk menuju PintuMu. Inilah permohonanku selamanya dan sepenuhnya terserah Engkau.Ini doa umum yang kupanjatkan padaNya. Adapun Allah azza wa-Jalla berbuat sekehendakNya bagi makhlukNya. Jika hati telah benar, maka rahmat dan rasa asih akan melimpah ke sesama.
Seorang Sufi berkata, “Tak ada orang yang berbuat kebajikan begitu banyak dan tidak meninggalkan dosa, kecuali para Shiddiqun. Kaum Shiddiqun meninggalkan dosa besar dan kecil, kemudian menjaga wara’nya dari kesenangan syahwat, meninggalkan hal-hal yang dibolehkan tetapi masih kabur, dan hanya mencari halal yang mutlak (benar-benar halal). Kaum Shiddiqun siang dan malamnya full ibadah, mereka robohkan kebiasaan watak manusiawi, dan meraih rizki melimpah tak terhingga. Jiwanya jernih dan bersih. Ia tetap bersabar ketika terhalang keinginannya, ketika tujuannya gagal. Coba bayangkan, dia berdoa tapi tidak diijabah, dia memohon tapi tidak diberi, dia mengadu, tapi bertambah aduannya, dia mencari jalan keluar tapi tidak menemukan, dia mendekat tetapi tidak tahu apakah Dia dekat dengannya, seakan-akan dia tak beriman dan tak bertauhid. Dan semua itu dilakukan dengan penuh kesabaran, karena dia hanya tahu bahwa kesabarannya itulah jadi obat bagi kejernihan jiwanya, bagi pendekatan kepadaNya. Semua kebaikan akan tiba setelah perjuangannya itu. Maka disinilah bedanya orang beriman dan orang munafik, orang bertauhid dan orang musyrik, orang yang ikhlas dan orang yang pamer, orang yang berani dan orang penakut, orang yang kokoh dan skeptik, orang yang sabar dan orang emosional., orang yang benar dan orang bathil, orang yang jujur dan pendusta, orang pencinta dan pemberang, pengikut sunnah dan pengikut bid’ah.
Dengarkan ucapan kaum sufi. “Jadilah di dunia ini seperti orang yang terluka dan sabar atas obat yang dituangkan demi menghilangkan rasa sakitnya. Semua yang ada di dunia adalah cobaan dan bencana ketika anda bersama makhluk. Mereka memandang dalam bencana, manfaat, anugerah dan kegagalan. Semua obat, dan hilangnya bala’, justru ketika hatimu keluar dari makhluk, dan tekadmu hanya pada ketentuan takdir. Janganlah anda berambisi menjadi pemuka diantara mereka, dan hendaknya hatimu hanya bersama Tuhanmu Azza wa-Jalla, sirrmu jernih bersamaNya, hasratmu hanya menuju kepadaNya. Jika nyata bagimu seperti itu maka hatimu membubung di barisan para Nabi dan rasul , Syuhada’ dan Sholihin, serta Malaikat Muqarrabin. Jika langgeng konsistensimu, engkau akan besar, agung, tinggi, membubung, dan semua kembali kepadamu. Allah melimpahkan apa yang dilimpahkanNya, memberikan apa yang diberikanNya. Sungguh rugi orang yang tuli dari ucapan ini.”Wahai orang yang sibuk dengan kehidupannya, jauh dari meraca cukup bersamaku, sedangkan laba ada padaku, riasan akhirat pada diriku. Aku mengundang sekali lagi, mengumumkan sekali lagi, kenapa kalian masih menengok selain Diriku? Aku telah memberikan segalanya. Jika berhasil meraih akhirat padaku, aku tidak makan sendiri, karena orang dermawan tidak pernah makan sendiri. jadilah kalian orang yang melihat kemurahan Ilahi, dan anda tidak pernah melihat diriku bakhil bukan? Siapa yang mengenal Allah Azza wa-Jalla, selainNya terasa hina. Kebakhilan itu dari ego nafsu, sedangkan nafsu si Arif telah mati jika disandarkan pada nafsu makhluk. Nafsu arif muthmainnah pada janji Allah Azza wa-Jalla, takut dengan ancamanNya.
Ya Tuhan, limpahilah rizki pada kami sebagaimana Engkau limpahi rizki pada kaum Sufi. Dan berikanlah kepada kami kebajikan dunia dan kebajikan akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.”

DEBAT TRADISI TALQIN MAYIT

Di kalangan masyarakat kita, ketika ada orang meninggal dunia, dan dimakamkan, maka dibacakan talqin, yaitu sebuah tuntunan kepada si mayit agar mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. Tradisi ini berlaku hampir di seluruh negara Islam yang menganut faham Ahlussunnah Wal-Jama'ah. Ada dialog menarik seputar talqin ini, yang diceritakan oleh teman saya, Ustadz Syafi'i Umar Lubis dari Medan. Ia bercerita begini:


Sekitar bulan Maret 2010 ada seorang mahasiswa IAIN Sumatera Utara yang kos di salah satu sudut kota Medan. Tiap malam rabu ia belajar mengaji bersama kami didaerah Sunggal. Waktu itu kitab yang dibaca adalah kitab al-Tahdzib fi Adillat al-Ghayah wa al-Taqrib, karya Musthafa Dibul Bugha. Mahasiswa ini sangat resah dengan keberadaan ponakannya yang belajar di Pondok As-Sunnah, sebuah pesantren yang diasuh oleh orang orang Wahhabi. Sepertinya anak itu telah termakan racun ajaran Salafi. Mahasiswa itu berjanji membawa keponakannya ke Majelis Ta'lim kami di Sunggal. Pada malam yang ditentukan datanglah mereka, bersama keponakannya itu, sebut saja dengan inisial X.


Setelah mereka berkumpul, saya bertanya, kira-kira apa yang akan kita diskusikan? X menjawab, "Banyak Ustadz, antara lain soal Talqin dan bid'ah". Saya bertanya, "Apa yang kita masalahkan dengan bid'ah itu?" "Ini Ustadz, bid'ah itu kan dosa dan pelakunya diancam siksa dalam banyak hadist" Demikian X itu menjawab. Saya tanya, "Benar, kita sepakat bid'ah itu sebuah ancaman dan membahayakan sekali. Tapi perlu diingat, bid'ah itu tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari nama Islam alias Murtad. Bid'ah itu ada kalanya berkaitan dengan aqidah, kadang dengan ibadah. Kamu tahu enggak apa itu Bid'ah?"


X menjawab, "Sebagaimana yang kami pelajari, bid'ah itu ialah segala sesuatu yang menyangkut ibadah yang tidak ada di zaman Nabi dan dilakoni oleh Nabi dan Salafus Sholeh, seperti Talqin, Madzhab, Ushalli dan lain sebagainya." Saya berkata, "Definisi bid'ah seperti itu siapa yang membuatnya? Nabi, atau Sahabat, dan atau Tabiin?"


X menjawab, "Itu rangkuman pemikiran saya saja." Saya berkata, "Kalau begitu definisi bid'ah menurut Anda itu kan tidak ada penjelasannya dari Nabi. Nah definisi Anda itu juga Bid'ah, kan definisi anda itu bukan keluar dari ucapan Nabi. Ok..? Ini sesuai yang Anda katakan."


Mendengar umpan saya, X terdiam. Kemudian ia berkata, "Lalu bagaimana dengan hadisi "Man Ahdasta Fii Amrina haza Fahuwa Roddun". Saya balik bertanya, "Kenapa dengan Hadist itu?" X berkata, "Hadist ini secara tegas menyingkap apa itu bid'ah."


Saya berkata, "Benar, tapi perlu dicermati maksud kalimat, man ahdatsa fi amrina hadza ma laisa minhu. Menurut pemahaman Anda bagaimana dengan kalimat itu?" Ia menjawab: "Menurut saya pokoknya menciptakan Ibadah baru itu Bid'ah!!." Saya berkata: "Kalau begitu Anda memahami hadist itu pakai kacamata kuda dong. Saya bertanya, apa arti ma laisa mihu dalam hadits tersebut? Tolong Anda jelaskan tiga kata ini." TernyataX hanya terdiam tidak bisa menjawab.

Saya berkata: "Saudara, kata ahdatsa dalam hadits tersebut bermakna menciptakan sesuatu yang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Sedangkan kata fi amrina, bermakna sesuatu yang merupakan urusan Agama kami, maksudnya suatu hal yang baru yang berkaitan dengan agama. Sedangkan kata ma laisa mihu, bermakna sesuatu yang tidak ada dalilnya secara langsung atau tidak langsung dari agama. Nah demikian itu baru dihukumi bid'ah. Makanya al-Imam al-Nawawi dalam Kitab al- Majmu' Syarah al-Muhadzdzab menyatakan bahwa bid'ah adalah sesuatu urusan yang baru dalam agama yang tidak ada dalilnya. Dalil-dalil itu adalah al-Qur'an, Sunnah, Ijma' dan Qiyas. Selama masih ada dalilnya dari salah satu yang empat tersebut, maka itu bukan bid'ah. Anda kalau zakat fitrah pake apa? Seharusnya mesti pakai korma dong. Rasul SAW mengatakan tidak pernah pakai beras.


Rasul tidak mempraktekkan zakat fitrah pakai beras. Pakai beras itu Qiyas dari korma dan gandum. Jadi kalau tidak menggunakan Qiyas, tentu saja Islam ini sempit sekali. Demikian pula masalah Takhtim, Tahlil yang selalu diamalkan masyarakat kita, isinya adalah pembacaan al Qur'an, Tahlil dengan kalimat Laa lllaha lllalloh, Sholawat, lalu doa. Saya tanya Anda. "Apakah ada larangan membaca itu semua, baik menurut al-Qur'an dan hadist?"


Mendengar pertanyaan saya, X menjawab: "Tidak ada." Saya berkata: "Apakah ada perintah membaca itu semua menurut al-Qur'an dan hadist secara umum?" X menjawab: "Ada." Saya bertanya: "Adakah larangan Allah dan Rasul untuk berdzikir, baca al-Qur'an dan lain sebagainya itu?" X menjawab:" Tidak ada." Saya berkata: "Nah! Kan tidak ada larangan. Sementara pengamalan tersebut ada sanjungan dari Allah dan Rasul, maka itu bukanlah bid'ah yang terlarang atau sesat. Anda faham!" X menjawab: "Emangnya apa sanjungan Allah dan Rasul-Nya?"


Saya menjawab: "Lho...!! Tidakkah pernah saudara dengar sebuah hadist shahih yang artinya, 'Tidaklah sekelompok orang yang duduk sambil berzikir kepada Allah kecuali para malaikat akan mengelilinginya, rahmat kasih sayang Allah akan meliputinya, ketenangan akan diturunkan kepadanya dan Allah akan menyebut-nyebut mereka dihadapan makhluk yang ada disisiNya". (HR Ahmad, Muslim, al-Tirmidzi, Ibn Majah, Ibnu Abi Syaibah dan al-Baihaqi dari Abi Hurairah dan Abi Sa'id al- Khudri). Dalam hadist ini atau hadist lain tidak pernah ada larangan, kecuali ditempat-tempat kotor seperti di WC dan semacamnya."


Mendengar penjelasan saya, X terdiam. Kemudian ia angkat bicara: "Bagaimana masalah Talqin? Bukankah itu Bid'ah?" Saya menjawab: "Begini saja supaya jelas. Lalu saya berdiri dan mengambil spidol dan menuliskan di Whiteboard, "TALQIN MAYIT BUKAN BID'AH TAPI KHILAFIAH" dan saya tanda tangani. Lalu saya suruh ia untuk menuliskan kalimat tandingan dari pernyataan saya. Lalu iapun menuliskan "TALQIN MAYIT ADALAH BIDAH" dan ditanda tanganinya. Lalu saya bertanya : "Kalau Talqin mayit adalah bid'ah berarti pelakunya diancam siksa?" X menjawab: "Ya."


Saya bertanya: 'Yang mengatakan bahwa talqin mayit itu bid'ah, siapa?" Dengan semangat, X yang masih anak muda itu mengatakan: "Syaikhul Islam Ibn Taimiyah." Mendengar jawaban itu, saya pun mengambil kitab Majmu' Fatawa Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah. Lalu saya berkata: "Ini kitab Majmu' Fatawa Ibn Taimiyah." Sambil menunjukkan kepada hadirin semua, halaman 242 jilid 1, yang isinya adalah:

"Talqin yang tersebut ini (talqin setelah mayit dikuburkan) telah diriwayatkan dari segolongan sahabat bahwa menka memerintahkannya seperti Abi Umamah al-Bahili sertu beberapa sahabat lainnya, oleh karena ini al-lmam Ahmad bin Hanbal dan para ulama yang lain mengatakan bahwa sesungguhnya talqin mayit ini tidak apa-apa untuk diamalkan..." (Majmu' Fatawa Ibn Taimiyah, juz 1 hal. 242).


Nah, Ibn Taimiyah tidak mengatakan bahwa talqin itu bid'ah, malah menyatakan ada dalilnya bahwa talqin itu dilakukan oleh sebagian Sahabat. Yang jelas ini masalah Khilafiah bukan masalah bid'ah!!!" Mendengar penjelasan saya, X pun terdiam. Tidak lama kemudian, ia pamitan pulang." Demikian kisah dialog publik antara Ustady Syafi'i Umar Lubis dari Medan Sumatera Utara dengan pemuda Wahabi.


Sebenarnya masih banyak kisah-kisah Debat dan dialog antara Aswaja dengan Wahabi yang terangkum dalam sebuah buku berjudul “BUKU PINTAR BERDEBAT DENGAN WAHHABI” untuk dapat diambil hikmahnya. Saya sangat menyarankan bagi anda untuk bisa membeli buku tersebut di toko-toko buku terdekat di kota anda. Semoga bermanfaat!!


Disadur oleh: M. Luqman Firmansyah dari “Buku Pintar Berdebat Dengan Wahhabi” halaman 161-166, karangan Muhammad Idrus Ramli, Penerbit Bina Aswaja bekerjasama dengan LBM NU Jember, Cetakan Pertama September 2010

Hakikat Pasrah Dalam Perjalanan Spiritual

(Wejangan Spiritual Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani)

Janganlah kamu bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan dan jangan pula kamu mencoba menghindarkan diri dari malapetaka. Keuntungan itu akan datang kepadamu jika memang sudah ditentukan oleh Allah untuk kamu, baik kamu sengaja untuk mencarinya maupun tidak. Malapetaka itupun akan datang menimpamu, baik kamu menghindarkannya dengan doa dan shalat atau kamu menghadapinya dengan penuh kesabaran, karena hendak mencari keridhoan Allah.
Hendaklah kamu berserah diri dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah di dalam segala hal, agar Dia memanifestasikan kerja-Nya melalui kamu. Jika kebaikan yang kamu dapati, maka bersyukurlah. Dan jika bencana yang menimpa kamu, maka bersabarlah dan kembalilah kepada Dia. Kemudian, rasakanlah keuntungan yang kamu dapati dari apa yang kamu anggap sebagai bencana itu, lalu tenggelamlah di dalam Dia melalui perkara itu sejauh kemampuan yang kamu miliki dengan cara keadaan rohani yang telah diberikan kepadamu. Dengan cara inilah kamu dinaikkan dari satu peringkat ke peringkat lainnya yang lebih tinggi dalam perjalanan menuju Allah, supaya kamu dapat mencapai Dia. Kemudian kamu akan disampaikan kepada satu kedudukan yang telah dicapai oleh orang-orang shiddiq, para syuhada dan orang-orang saleh sebelum kamu. Dengan demikian kamu akan dekat dengan Allah, agar kamu dapat melihat kedudukan orang-orang sebelum kamu dengan menuju Raja Yang Maha Agung itu. Di sisi Tuhan Allah-lah kamu mendapatkan kesentosaan, keselamatan dan keuntungan. Biarlah bencana itu menimpa kamu dan jangan sekali-kali kamu mencoba menghindarkannya dengan doa dan shalatmu, dan jangan pula kamu merasa tidak senang dengan kedatangan bencana itu, karena panas api bencana itu tidak sehebat dan sepanas api neraka.
Telah diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya api neraka akan berkata kepada orang-orang yang beriman; ‘Lekaslah kamu pergi wahai orang-orang mu’min, karena cahayamu akan memadamkan apiku’” Bukankah cahaya si Mu’min yang memadamkan api neraka itu serupa dengan cahaya yang terdapat padanya di dunia ini dan yang membedakan orang-orang yang ta’at kepada Allah dengan orang-orang yang durhaka kepada-Nya ? Biarkanlah cahaya itu memadamkan api bencana, dan biarkanlah kesabaranmu terhadap Tuhan itu memadamkan hawa panas yang hendak menguasai kamu.
Sebenarnya, bencana yang datang kepada kamu itu bukannya akan menghancurkan kamu, melainkan sebenarnya adalah akan menguji kamu, mengesahkan kesempurnaan iman kamu, menguatkan dasar kepercayaanmu dan memberikan kabar baik ke dalam batinmu. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS 47:31)
Oleh karena itu, manakala kebenaran keimanan kamu telah terbukti dan kamu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak dan perbuatan Allah, dan dengan idzin Allah juga, maka hendaklah kamu tetap bersabar dan ridho serta patuh kepada-Nya. Janganlah kamu melakukan apa saja yang dilarang oleh Allah. Apabila perintah-Nya telah datang, maka dengarkanlah, perhatikanlah, bersegeralah melakukannya, senantiasalah kamu bergerak dan jangan bersikap pasif terhadap takdir dan perbuatan-Nya, tetapi pergunakanlah seluruh daya dan upayamu untuk melaksanakan perintah-Nya itu.
Sekiranya kamu tidak sanggup melaksanakan perintah itu, maka janganlah lalai untuk kembali menghadap Tuhan. Mohonlah ampunan-Nya dan memintalah dengan penuh merendahkan diri kepada-Nya. Carilah sebab musabab mengapa kamu tidak sanggup melaksanakan perintah itu. Mungkin saja kamu tidak sanggup melaksanakan perintah itu lantaran kejahatan syak wasangka yang tedapat di dalam pikiranmu, atau kamu kurang bersopan santun di dalam mematuhi-Nya, atau kamu terlalu sombong dan bangga, atau kamu terlalu menggantungkan diri kepada daya dan upayamu sendiri, dan atau kamu menyekutukan Allah dengan dirimu atau mahluk. Akibat semua itu, kamu berada terlalu jauh dari Dia, membuatmu lupa untuk mematuhi Dia, kamu dijauhkan dari pertolongan-Nya, Dia murka kepadamu dan membiarkanmu asyik terlena dengan hal-hal keduniaan dan menuruti nafsu angkara murkamu. Tahukah kamu, bahwa semua itu menyebabkan kamu lupa kepada Allah dan menjauhkan kamu dari Dia yang menjadikan dan mengasuhmu serta memberimu rizki yang tiada terkira.
Oleh karena itu waspadalah terhadap apa saja yang dapat menjauhkan kau dari Allah. Berhati-hatilah terhadap apa saja selain Allah yang hendak memalingkan kamu dari Allah. Apa saja selain Allah bukanlah Allah. Karenanya, kamu jangan mengambil apa saja selain Allah lalu kamu membuang Allah, karena Allahmembencinya, maupun kamu mencoba menciptakan kamu itu hanya untuk mengabdi kepada-Nya saja. Maka janganlah kamu menganiaya dirimu sendiri dengan melupakan Allah dan perintah-Nya, karena hal ini akan menyeretmu masuk neraka yang bahan bakarnya terdiri atas manusia dan batu. Ketika itu kamu akan menyesal, sesal yang tiada berguna lagi. Tobat pada waktu itu sudah tidak berguna lagi. Merataplah dan menangislah, tetapi siapakah yang berdaya untuk menolongmu ? Kamu memohon ampun kepada Allah, tetapi Allah tidak menerima permohonanmu lagi ketika itu. Kemudian kamu berangan-angan hendak kembali lagi ke dunia untuk membetulkan ibadahmu kepada Allah, tetapi apa daya dunia sudah tidak ada lagi bagi kamu.
Kasihanilah diri kamu itu. Gunakanlah segala daya dan upayamu untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Gunakanlah apa saja yang telah diberikan Allah kepadamu, berupa ilmu, akal, kepercayaan dan cahaya kerohanian kamu untuk mengabdikan diri kepada Allah, agar kamu diliputi cahaya yang terang benderang dan tidak lagi berada di dalam kegelapan. Berpegang teguhlah kepada Allah dan hukum-hukum-Nya, dan mengembaralah kamu menuju Allah menurut aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah. Dia-lah yang telah menciptakan dan memelihara kamu seta menjadikan kamu seorang manusia yang sempurna. Janganlah kamu mencari apa-apa yang tidak diperintahkan-Nya dan janganlah kamu mengatakan bahwa sesuatu itu buruk sebelum Dia mengharamkannya. Apabila telah terdapat keserasian antara kamu dengan Allah dan perintah-Nya, maka seluruh alam ini akan menghambakan diri kepada kamu. Dan apabila kamu menghindarkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah, maka semua perkara yang tidak diinginkan itu akan lari dari kamu di manapun juga kamu berada.
Allah berfirman, “Wahai manusia, Aku-lah Tuhan. Tidak ada Tuhan selain Aku. Jika Aku mengatakan kepada sesuatu, “Jadilah !” maka jadilah ia. Patuhlah kepada-Ku sehingga jika kamu mengatakan kepada sesuatu, “Jadilah !” maka jadilah ia.” Allah juga berfirman, “Wahai bumi, barangsiapa menghambakan dirinya kepada-Ku, maka berkhidmadlah engkau kepadanya. Dan barangsiapa menghambakan dirinya kepadamu, maka buatlah ia susah.” Demikianlah firman-firman Tuhan di dalam kitab-Nya.
Oleh karena itulah, jika datang larangan dari Allah, maka jadikanlah dirimu seolah-olah orang yang letih, lesu dan tiada berdaya; atau seperti tubuh yang tiada bersemangat, tiada berkehendak dan bernafsu, bebas dari dunia kebendaan, lepas dari nafsu-nafsu kebinatangan; atau bagaikan halaman rumah yang gelap gulita; dan atau seperti bangunan yang hendak roboh yang tidak berpenghuni. Hendaknya kamu menjadi seperti orang yang telah tuli, buta, bisu, sakit gigi, lumpuh, tidak bernafsu, tidak berakal dan badan kamu seolah-olah mati dan dibawa kabur. Hendaklah kamu memperhatikan dan segera melaksanakan perintah-perintah Allah. Bencilah dan malaslah untuk melakukan apa-apa yang dilarang oleh Allah, beraksilah terhadapnya seperti orang mati dan serahkanlah bulat-bulat dirimu kepada Allah. Minumlah minuman ini, ambillah obat ini dan makanlah makanan ini, supaya kamu bebas dari nafsu-nafsu kebinatangan dan kesetanan, agar kamu sembuh dari penyakit dosa dan maksiat serta terlepas dari ikatan hawa nafsu. Semoga kamu mencapai kesehatan jiwa yang sempurna.

Jangan Jual Agamamu Dengan Debu

(Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilani)
Hari Jum’at Pertengahan Syawal Tahun 545 H.

Qalbu orang-orang beriman senantiasa bersih, suci dan melupakan makhluk, terus menerus mengingat Allah Azza wa-Jalla, melupakan dunia, mengingat akhirat, melupakan apa yang ada padamu, dan mengingat apa yang ada di sisi Allah Ta’ala.
Kalian bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yang ada pada para makhluk itu, disebabkan kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan akhirat. Kalian meninggalkan rasa malu di hadapan Allah Azza wa-Jalla, sehingga kalian tersungkur di sana. Karena itu terimalah nasehat kawan anda yang mukmin dan anda jangan kontra. Karena dia yang tahu apa yang ada pada dirimu, hal-hal yang anda tidak tahu tentang dirimu.
Karena itu Rasulullah Saww bersabda: “Orang mukmin adalah cermin bagi sesama mukmin.”
Mukmin yang benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan menampakkan kejelasan apa yang tersembunyi pada saudaranya, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ia mengenalkan mana yang menjadi kebaikan dan mana yang berdampak keburukan. Maha Suci Allah yang telah memberikan anugerah di hatiku untuk menasehati makhluk dan hal demikian telah dijadikan sebagai hasrat besarku.
Saya menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan imbalan. Sebab akhiratku telah menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi Tuhanku Azza wa-Jalla. Aku tidak mencari dunia, karena aku bukan budak dunia, juga bukan hamba akhirat, bahkan bukan hamba selain Allah azza wa-Jalla.
Aku tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha Esa nan Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan kedukaanku jika kalian hancur celaka. Jika aku melihat murid yang benar dan benar-benar telah meraih kemenangan melalui diriku, aku merasakan kepuasan dan kelegaan, bahkan kegembiraan, karena bagaimana hal itu terjadi melalui diriku?
Anak-anak muridku….Hasratku adalah anda, bukan diriku. Jika anda bisa berubah, itu demi anda, bukan demi diriku. Aku hanya menggambarkan pelajaran, dan sesungguhnya yang membuat aku senang, semata karena ini semua hanya untuk dirimu.
Wahai para kaum Sufi tinggalkan takabur di hadapan Allah Azza wa-Jalla dan takabur di hadapan sesama makhluk. Lihatlah kadar diri-diri anda, dan rendah hatilah dirimu. Awalmu hanya setets air hina, dan akhirmu hanyalah bangkai yang terbuang. Karena itu kamu semua jangan tergolong orang yang tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu yang mendorong anda untuk memasuki pintu-pintu penguasa untuk mencari sesuatu dari mereka, untuk mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal bagian yang diberikan itu begitu hinadina.
Kanjeng Nabi Saww, bersabda:“Siksa paling dahsyat dari Allah Azza wajalla pada hambaNya, adalah ambisinya si hamba untuk meraih apa yang tidak dibagikan padanya.”
Betapa celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan bagian dari Allah. Apakah kalian menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan bagian pada kalian, hal-hal yang bukan bagianmu? Tetapi anda perlu ingat, bahwa waswas (godaan) syetan yang terus menggoda kealam dan hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi hamba Allah Azza wa-Jalla, dan menjadi hamba diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda. Menjadi budak naluri, harta dan uang anda. Hati-hatilah mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai anda mampu menempuh jalan ubudiyah anda.
Diantara para Ulama sufi mengatakan, “Siapa yang tidak mengenal tempat kebahagiaan hakiki, pasti tidak pernah bahagia.” Anda mengetahua tempatnya, tetapi anda hanya mengenal melalui kedua mata kepala anda, bukan dengan matahati dan rahasia batin anda. Iman anda hanya melintas belaka, sampai anda hanya melihat tidak dengan penglihatan hakiki. Allah Azza wa-Jalla berfirman:“Sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta adalah matahati yang ada di dalam dada.”
Si tamak yang memburu dunia dari tangan makhluk telah menjual agama dengan debu, menjual apa yang abadi dengan yang fana, lalu dia tak mendapatkan kedua-duanya. Sepanjang iman anda kurang, anda merasa kurang dengan dunia dan kehidupan anda hanya untuk merebut sesama, sampai agama anda tergadaikan dan anda merasa bisa makan dari mereka. Namun sepanjang iman anda sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda kepada Allah azza wa-Jalla dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan hati pada budak dunia menuju kepada Allah Ta’ala, lalu hati anda pergi menjauh dari seluruh makhluk.
Disinilah hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari took dan popularitasmu. Lalu anda menyerahkan semua itu pada mereka, seakan-akan Malakat Maut hendak menjemput anda, anda seperti sedang disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi hendak menelan anda, dan gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam lautan ilmu dan menenggelamkan anda di sana. Siapa yang mampu di tahap ini, segala penderitaan dunia tidak berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya, bukan masuk dalam batinnya. Bahkan dunia untuk yang lain bukan untuk hatinya.
Wahai para kaum sufi…. Jika anda semua mampu melakukan apa yang saya sebutkan itu, mampu mengeluarkan sebab akibat dunia dan ketergantungan padanya dari hatimu, anda akan meraih kemenangan dari segala segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling tidak sebagian ajaran itu anda dapatkan. Nabi kita SAW bersabda:“Kosongkan dirimu dari problema duniawi semampu (semaksimalmu).”
Anak-anak muridku…Jika kamu sekalian mampu mengosongkan hatimu dari dunia, lakukanlah. Jika tidak, maka cepatlah larikan hatimu menuju kepada Allah Azza-wa-Jalla. Gantungkan hatimu pada Rahmat Allah Ta’ala, sampai problema dunia keluar dari hatimu, karena Allah azza wa-Jalla Maha Kuasa atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada KuasaNyalah segalanya tergenggam. Kokohlah di pintuNya, mohonlah agar hatimu disucikan dari selain DiriNya, lalu dipenuhi iman dan ma’rifat padaNya, mengenalNya dan cukup denganNya, jauh bergantung pada makhlukNya. Mohonlah agar dianugerahi Yaqin, dan kemesraan qalbu bersamaNya, kesibukan fisik untuk taat padaNya. Mohonlah semuanya dariNya bukan dari selain Dia.
Jangan sampai anda menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi serahkan padaNya, bukan lainNya. Engkau bermuamalah denganNya dan bagiNya, bukan bagi yang lain.Anak muridku….Kefahaman teoritis dan ucapan, tetapi tidak disertai amal qalbu, membuat anda tidak bisa melangkah kepada Allah Ta’ala, walau pun selangkah. Perjalanan adalah perjalanan Qalbu. Kedekatan adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya adalah amal hakiki disertai disiplin pada aturan syariat dalam gerak fisik badan kita, dan Tawadlu (rendah hati) kepada Allah azza wa-Jalla dan kepada para hambaNya.
Siapa yang mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka tidak akan dapatkan ukuran benar. Siapa yang memamerkan amalnya pada makhluk, bukanlah disebut amal. Amal sesungguhnya justru tersembunyi, kecuali hal-hal yang fardlu, yang harus ditampakkan. Dan anda telah sembrono dalam melangkahkan jejak asas jiwa anda. Tentu tidak ada manfaatnya manfaatnya anda membangun sesuatu di atasnya, karena bangunan akan roboh. Fondasi amal adalah Tauhid dan Ikhlas. Siapa yang tidak berpijak pada Tauhid dan Ikhlas, tidak akan meraih amal. Kokohkan asas fondasi amal anda dengan Tauhid dan Ikhlas, lalu bangunlah amal itu dengan Daya Allah Azza wa-Jalla, bukan dengan kekuatan dan dayamu. Tangan Tauhid adalah penegak, bukan tangan syirik dan kemunafikan. Orang yang bertauhid adalah yang mampu meninggikan derajat amalnya, bukan pada orang munafik.
Ya Allah jauhkan diri kami dari kemunafikan dalam seluruh tingkah kami. Dan berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.

PENGABDIAN PADA ALLAH

(Nasihat Spiritual Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani)

Anak-anak muridku semua, manakah sesungguhnya Ubudiyah yang benar kepada Allah Ta’ala? Betapa jauh anda meraih hakikatnya. Raihlah rasa cukup bersama Allah dalam seluruh perkara kehidupan anda. Anda adalah hamba yang pergi dari tuan anda, dan kembalilah kepadaNya. Merasalah sebagai hamba yang hina dan rendah hatilah di hadapanNya, mengikuti perintah dan menjauhi laranganNya. Bersabar dan berselaras terhadap ketentuanNya.
Bila semua ini sudah anda lakukan dengan sempurna berarti pengabdian anda pada Tuan anda sudah maksimal, dan anda bisa merasa cukup bersama Allah. “Bukankan Allah telah mencukupi hambaNya?”Jika ubudiyah anda benar Allah pasti mencintai anda yang anda rasakan dalam hati anda, yang membuat hati anda mesra bersamaNya. Taqarub anda pun tanpa disertai susah payah, dan anda tidak merasa kesunyian karena Allah bersama Anda, sehingga anda terus menerus Ridlo kepadaNya dalam segala hal. Bahkan jika saja dunia ini terasa sempit bagi anda dan peluang-peluangnya tertutup, maka Allah Yang Maha luas tetap bersama Anda. Bahkan anda tidak ingin makan makanan selain dariNya, anda pun akan berselaras dengan Nabi Musa as, ketika Allah berfirman:“Dan Kami haramkan pada Musa untuk disusui para wanita penyusu sebelumnya.” (Al-Qashsah, 12)
Tuhan kita Azza wa-Jalla, senantiasa Melihat dan Menyaksikan segalanya, dalam segala sesuatu senantiasa Hadir, Dekat dengan segalaNya, tidak butuh pada segalaNya. Lalu kenapa mesti ada keingkaran setelah mengenalNya?
Celaka anda ini. Anda sudah mengenalNya kenapa harus mengingkariNya berkali-kali? Kalau anda tidak segera kembali kepadaNya, anda akan terhalang dari semua kebaikan. Karena itu bersabarlah bersamaNya, dan jangan bersabar untuk jauh dariNya.Ketahuilah, siapa yang sabar akan mendapatkan kemampuan. Mana akal dan kehidupan anda? Allah sampai berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan jadilah orang yang penyabar, berkaitlah kepada Allah dan bertaqwalah pada Allah agar kalian semua meraih kemenangan.”
Banyak ayat tentang kesabaran yang menunjukkan adanya kebaikan dan kenikmatan, balasan dan pemberian yang yang besar, ringan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Karenanya bersamalah dengan Allah, dunia akhirat anda akan bahagia dengan kebajikan.Anda semua harus banyak berziarah kubur dan ziarah pada orang-orang yang saleh, berbuat kebaikan, maka perkara kehidupan anda akan beres. Jangan seperti orang-orang yang yang mendapat nasehat tetapi tidak dihayati, dan seperti orang yang mendengarkan pengetahuan tetapi tidak diamalkan.

Label: Ajaran Sufi, Syaikh Abdul Qadir al Jilani

Antara Shalat Syariat & Shalat Thariqah

(Nasihat Spiritual Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani)

Sholat Syari’ah, anda sudah tahu ayat:
“Peliharalah sholat-sholat…” (Al-Baqoroh: 238)
yang disana tentu ada rukun-rukun sholat secara lahiriyah dengan gerakan-gerakan jasmani, seperti berdiri, ruku’, sujud, duduk, suara dan lafadz yang diucapkan. Semua itu masuk dalam ayat, “Peliharalah….”
Sedangkan Sholat Thoriqoh, adalah sholatnya qalbu, yaitu sholat yang diabadikan. Dalam ayat itu berlanjut : “Dan sholat yang di tengah..” atau disebut sebagai Sholat Wustho, yaitu sholatnya qalbu, karena qalbu itu diciptakan posisinya di tengah, antara kanan dan kiri, antara bawah dan atas, antara bahagia dan sengsara, sebagaimana sabda Nabi Saw, : “Qalbu berada diantara dua Jemari dari Jemari-jemari Ar-Rahman, dimana Allah membolak-balikkannya semauNya…” (Hr. Muslim, dan juga dikutip oleh Al-Ghazali dalam Al-Ihya’).
Yang dimaksud dengan Dua Jemari adalah dua sifatNya, Al-Qahr (Yang Maha Memaksa) dan Al-Luthf (Yang Maha Lembut), sebab Allah Maha Suci dari Jemari-jemari. Maka menjadi jelas maksud ayat tersebut adalah Sholat Qalbu. Apabila Sholat Qalbu rusak, maka Sholatnya pun rusak termasuk sholat jasmaninya, sebagaimana hadits Nabi Saw, “Tidak ada sholat melainkan dengan hati yang hadir di hadapan Allah.”
Orang yang sholat bermunajat kepada Tuhannya, dan tempat munajat itu qalbu (hati). Jika hatinya alpa, maka rusak pula sholatnya. Hati adalah pokoknya, yang lain hanyalah pengikutnya, sebagaimana dalam hadits Nabi Saw. “ Ingatlah! Sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila ia bagus maka bagus pula seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ingatlah, daging itu adalah qalbu…” (Hr. Bukhori).
Sholat syariat itu ada waktunya, setiap hari dan malam, lima kali. Disunnahkan berjama’ah di masjid dan harus menghadap Ka’bah, mengikuti iman, tanpa ada sikap pamer dan popularitas.
Sedangkan Sholat Thoriqoh itu adalah Dzikrullah sepanjang hidup. Masjidnya adalah qalbunya. Jama’ahnya adalah perkumpulan kekuatan-kekuatan batin, untuk sibuk terus menerus mengingat Nama-nama Allah dan mentauhidkan Allah dengan lisan batin. Imamnya adalah rasa rindu dalam spirit qalbu (Fuad). Dan kibaltnya adalah Al-Hadrah al-Ahadiyah (Manunggal hamba-Allah dalam KeesaanNya) dan Keindahan ShomadiyahNya, itulah kiblat Hakikat.
Qalbu dan Ruh sibuk dengan sholat Thariqat ini sepanjang zaman. Karena Qalbu tidak mati dan tidak tidur. Ia sibuk dalam tidur dan jaga dengan kehidupan qalbu, tanpa suara, tanpa berdiri dan tanpa duduk. Itulah yang disebut oleh Allah swt:“Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan…” (Al-Fatihah, 5)
Dalam Tafsir Al-Baidhowi, Anwarut Tanzil wa Asdrorut Ta’wil, beliau mengatakan, “Dalam ayat tersebut ada isyarat bagi orang yang ma’rifat kepada Allah, dan transformasinya dari kondisi dimana ia tidak hadir jiwanya menjadi hadir di hadapan Allah Ta’ala. Maka ia berhak mendapatkan tugas ini, sebagaimana sabda Rasululllah saw: “Para Nabi dan para wali senantiasa sholat dalam kuburnya sebagaimana mereka sholat di rumah-rumah mereka.”Maksudnya mereka terus sibuk bersama Allah dan munajat bagi kehidupan qalbunya. Bila Sholat Syariat dan Sholat Thoriqoh telah berpadu, lahir dan batin, maka sempurnalah sholatnya, dan meraih pahala yang agung dalam taqarrub dengan alam ruhaninya. Dan dia juga meraih derajat jasmaniyah, lalu si hamba menjadi seorang ‘abid secara dzohir, dan ‘arif secara batin.Jika seseorang tidak berhasil sholat Thoriqoh dengan hati yang hidup, maka ia tergolong tidak sempurna, dan pahalanya tidak sampai pada derajat taqarrub kepada Allah Ta’ala.

HILANGNYA AGAMA KARENA 4 SEBAB

(Nasihate Spiritual Maulana Syyaikh Abdul Qadir al Jilani)

Hilangnya Agama Ini karena Empat Hal:
Pertama : karena anda tidak mengetahui apa yang anda amalkan.
Kedua : karena anda mengamalkan perkara-perkara yang anda tidak mengetahuinya.
Ketiga : karena anda tidak mau belajar hal-hal yang anda tidak mengerti, lalu anda terus menerus bodoh.
Keempat : anda menghalangi orang-orang yang belajar pengetahuan, dimana mereka tidak tahu

Jika anda menghadiri majlis dzikir, ternyata anda menghadirinya agar masalah anda terpecahkan. Anda malah kontra dengan nasehat kebajikan, lalu anda pelihara kesalahan dan ketergelinciran, bahkan anda tertawa dan main-main. Anda benar-benar mengkawatirkan, padahal anda bersama Allah Azza wajalla.
Karena itu bertobatlah kalian dari situasi itu, jangan sampai anda ini seperti para musuh Allah Azza waJalla. Raihlah manfaat dari apa yang anda simak disana.Anak-anak, anda sudah terikat dengan ibadah, dan Allah mengikat dengan AnugerahNya. Hendaknya anda berpijak pada Sang Penyebab, bukan pada akibat, dan bertawakallah padaNya. Hendaknya anda tidak mengabaikan amaliah, hendaknya pula ikhlas dalam beramal.
Allah SWT berfirman: “Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah.”
Allah tidak menciptakan mereka untuk berdusta, tidak menciptakan mereka untuk bermain-main hampa, mencipatakan mereka bukan untuk makan dan minum, tidur dan kawin. Ingatlah! Wahai orang-orang yang alpa dari kealpaanmu. Ingatlah, anda melangkahkan hatimu satu langkah, Allah menuju kepadamu beberapa langkah, dan Dia paling layak untuk anda rindukan semua dibanding yang lainNya.
“Allah memberi rizki pada yang dikehendaki tanpa terhingga.”
Jika Allah menginginkan pada hambaNya, Allah menyediakan langsung padanya. Ini sesuatu yang berhubungan dengan makna hakiki bukan rupa fisik. Bila si hamba benar dalam ubudiyahnya ini, maka benarlah zuhudnya di dunia dan akhirat.Selain Allah Ta’ala, ketika anda datang padanya, anda bisa tetap benar, baik raja, sulthan, pemerintah, maka kedatangan anda, atom anda adalah bukit, tetesannya adalah lautan, bintanya adalah rembulan, rembulannya adalah matahari, sedikitnya adalah banyak, terhapusnya adalah tetapnya, fana’nya adalah baqo’nya, geraknya adalah tetapnya. Pohonnya menjulang hingga menyentuh Arasy, dan akarnya membubung sampai ke bintang Tsurayya, dan dahan-dahannya melindungi dunia dan akhirat. Pohon apakah ini? Pohon Hikmah dan Pengetahuan.
Dunia seperti lingkaran cincin, bukan dunia yang anda miliki, bukan akhirat yang anda kait, yang tidak dimiliki oleh raja maupun budak, tidak bisa dihalangi oleh apa pun atau diambil oleh siapa pun, tidak bisa dikotori. Jika anda bisa memenuhi semua itu, anda akan bagus ketika berada di tengah-tengah khalayak publik.
Manakala Allah menghendaki kebajikan pada hambaNya, maka Allah menjadikan hamba itu sebagai dalil bagi mereka, menjadikan dokter bagi mereka, menjadikan pendidik dan pengatur mereka. Sang hamba dijakdikan penerjemah untuk mereka, dijadikan riasan bagi mereka, dijadikan lampu dan matahari bagi mereka. Bila Allah menghendaki, segala terwujud. Jika tidak demikian, si hamba ditirai dari segala hal selain DiriNya.
Individu-individu jenis manusia seperti ini memang ditugaskan di tengah-tengah makhluk tetapi dengan perlindungan dan kesalamatan menyeluruh pada dirinya. Allah menolong hamba ini untuk sebuah kemashlahatan makhluk dan memberikan jalan menuju hidayah.
Orang yang zuhud dari dunia, diuji dengan akhirat. Orang yang zuhud dari dunia dan akhirat, diuji oleh Pencipta dunia dan akhirat. Kalau semua telah alpa, seakan-akan kalian tidak pernah bakal mati, seakan-akan kalian tidak akan dihamparkan di padang mahsyar, anda tidak di hisab di sana, anda tidak melewati jembatan Shirothol Mustaqim?
Ini sifat-sifat anda, padahal anda mengajak Islam dan Iman. Ini Al-Quran dan Ilmu sebagai argumentasi bagi kalian. Jika kalian hadir dalam majlis Ulama, dan anda menolak apa yang dikatakan mereka, maka kehadiran anda sebagai hujjah yang membuat anda berdosa. Sebagaimana anda semua bertemu Rasulullah Saww, di hari kiamat nanti, sementara anda tidak menerima beliau, ketika seluruh makhluk dalam ketakutan atas kebesaran, keagungan dan keadilan serta kesombonganNya, maka ketika itu seluruh kerajaan dunia musnah, dan hanya kerajaan Ilahi yang abadi, semuanya di hari kiamat kembali kepadaNya.
Sementara itu para pemuka kaum Sufi juga tampak di sana dengan kemuliaan dan kelengkapannya, dan bagaimana Allah memuliakan mereka di hari itu. Para paku bumi, adalah penegak bumi, yaitu mereka sebagai penguasa makhluk dan pemukanya sekaligus sebagai wakil Tuhan Azza wa-Jalla. Mereka hari ini tidak tampak dalam rupa, tapi dalam makna, tetapi esok mereka tampak dalam rupa.Para pemberani dalam argumentasi dan perang adalah mereka yang melawan orang kafir. Sedangkan sang pemberani dari kalangan orang-orang sholeh adalah yang melawan hawa nafsunya, watak manusiawinya, syetan dan para kolaborator kejahatan. Mereka ini adalah syetan-syetan manusia. Sedangkan sang pemberani dari kalangan Khowash adalah keberaniannya dalam Zuhud dunia dan akhirat dan zuhud dari segala hal selain Allah secara total.